Chereads / The Scent of Life (1) / Chapter 26 - BAB 25 TERKUAKNYA RAHASIA

Chapter 26 - BAB 25 TERKUAKNYA RAHASIA

Hari berlalu dan harapan itu bergulir positif. Kondisi Man Se semakin membaik walau belum sadarkan diri. Alat deteksi gelombang otaknya mulai sering bergerak merespon. Dokter Hyun mengizinkan Hye Bin pulang sehari untuk menemui ibunya. Hyeo Jin bersedia mengantar Hye Bin pulang, tapi dia berencana menemui ayahnya dulu di kantor Grup Kang. Saat ini Hyeo Jin dan Hye Bin dalam sebuah mobil menuju ke Seoul.

Sesampainya di depan gedung kantor Grup Kang, mereka langsung menuju kantor Min Hyuk. Mereka bertemu tepat di depan pintu kantor ketika Min Hyuk hendak masuk ruangan. Ayah dan anak itu pun saling berpelukan. Melihat sosok yang datang bersama Hyeo Jin membuat Min Hyuk mengerutkan dahi. Gadis yang ada di audisi waktu itu. Dari dekat wajahnya benar-benar mirip Oh Man Se. Hati Min Hyuk tiba-tiba berubah sendu, tapi dia berusaha menguasai perasaannya.

"Siapa?" tanya Min Hyuk pada Hyeo Jin sambil memandang Hye Bin.

"Teman," jawab Hyeo Jin.

"Nama saya Jung Hye Bin," ucap Hye Bin sambil membungkukkan badan memberi hormat.

Min Hyuk menatap intens pada Hye Bin. Lalu pandangannya tertuju pada kalung yang dipakai oleh Hye Bin. Min Hyuk terkejut. Dia mengenal kalung itu. Itu milik Man Se yang pernah dia berikan saat melamar Man Se. Mengapa ada pada gadis bernama Hye Bin ini? Apa hubungan Man Se dengan Hye Bin?

Begitu Hyeo Jin dan Hye Bin pergi dari kantor, Min Hyuk meminta Sekretaris Park untuk mencari tahu tentang Jung Hye Bin. Tak sulit mencari alamat dan data Jung Hye Bin, Sekretaris Park tinggal menyodorkan file peserta audisi beberapa waktu yang lalu kepada Min Hyuk. Laki-laki itu membaca setiap detail data dan alamat Hye Bin. Dipandangnya foto Hye Bin. Benar-benar mirip Man Se, batin Min Hyuk.

***

Sore itu kedai ibu Hye Bin sepi pengunjung saat Sekretaris Park tiba. Suara wind chime bergemerincing ketika pintu kedai terbuka

"Anda Jung Hyeri?" tanya Sekretaris Park.

"Ya," jawab perempuan itu.

Lalu tiba-tiba matanya terbelalak karena terkejut melihat sosok yang muncul di belakang Sekretaris Park. Kang Min Hyuk menatap ibu Hye Bin.

Min Hyuk dan ibu Hye Bin duduk berhadapan. Mereka saling pandang dalam diam.

"Jung Min Ji, sepertinya kau berhutang banyak penjelasan padaku," ujar Min Hyuk memecah keheningan.

Min Ji hanya diam menundukkan kepala tak berani memandang Min Hyuk. Raut wajahnya terlihat gelisah. Ibu Hye Bin memiliki nama asli Jung Min Ji, sahabat Man Se, yang puluhan tahun lalu membawa Man Se pergi ke Ganghwa.

"Maafkan aku. Aku melakukan ini semua bukan tanpa alasan. Nyawa kami terancam oleh istrimu, Hong Sun Hwa dan samchonmu, Kang Min Jung. Karena itu aku membawa Man Se menjauh darimu. Aku anak petugas keamanan yang mengetahui peristiwa perusakan alarm kebakaran di pabrik. Ayahku bukan mati bunuh diri, tapi dibunuh. Aku tahu dari buku harian ayahku yang kutemukan di kamarnya. Aku kesal pada Kang Min Jung, untuk itulah aku menerornya. Tapi aku hanya seperti singa yang mengaum keras tapi tak bergigi dan tak berkuku. Mereka tahu aku yang meneror, karena itu Kang Min Jung mengancamku. Aku tak takut pada awalnya, tapi ketika tahu bahwa Man Se juga menjadi target, aku mengalah. Hong Sung Hwa ... dia menganggap Man Se seperti debu di matanya. Dia tahu kau begitu mencintainya, karena itu dia bekerjasama dengan Kang Min Jung untuk menyingkirkan Man Se. Dia mengancam akan membunuhku, adik-adikku dan juga Man Se jika tak menjauh darimu. Bahkan kami juga mengganti identitas agar tak pernah lagi ditemukan. Pada hari pernikahanmu, kami memang ke Seoul, karena dia ingin bertemu denganmu. Tapi setelah itu aku kehilangan kontak dengannya. Aku kembali ke Seoul bersama Hye Bin untuk mencari Man Se, tapi sampai saat ini aku tak pernah menemukannya. Gadis itu, Hye Bin ... adalah anakmu," terang Min Ji dengan mata berkaca-kaca.

Penjelasan Min Ji bak sebuah godam yang dipukulkan ke kepala Min Hyuk. Dia merasa tak karuan, antara terkejut, sedih, dan kecewa dengan dirinya sendiri. Air matanya meleleh dan akhirnya dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia kecewa karena telah menjadi lelaki lemah yang bahkan tak bisa melindungi perempuan yang dicintainya. Dia bahkan tak tahu fakta Man Se memiliki anak darinya. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Man Se sekarang.

"Tapi kuharap kau tak langsung memberitahukan ini pada Hye Bin. Dia tak tahu apa-apa. Kumohon," pinta Min Ji dengan mata yang berkaca-kaca.

***

Kang Min Hyuk keluar dari kedai dengan gontai, dia masuk ke dalam mobil lalu diantar kembali ke kantor oleh Sekretaris Park. Min Hyuk duduk merenung di balik meja kerjanya. Dia mengingat kembali masa lalunya bersama Man Se, pertengkaran dengan ayahnya, dan saat dia tak menemukan jejak Man Se setelah peristiwa penculikan. Kehadiran Hong Sun Hwa yang baginya bak seorang penolong dan penghibur bagi dirinya. Wajahnya yang seperti bidadari dan hatinya bak malaikat, Hong Sun Hwa selalu mendukungnya, bahkan saat perusahaan mengalami gonjang ganjing setelah samchon Kang ditangkap.

"Suamiku, aku akan selalu di sampingmu. Hilangkan kesedihanmu," janji Hong Sun Hwa saat di upacara kematian Tuan Kang, ayahnya.

Min Hyuk akhirnya saat ini tahu wajah asli istrinya. Dia terlalu serakah dan jahat. Geraham Min Hyuk mengeras tanda menahan amarah. Dia berdiri lalu beranjak keluar dari kantornya menuju kediaman Kang. Hong Sun Hwa harus menjelaskan semua kekejiannya.

***

Kang Min Hyuk langsung mencari Sun Hwa setiba di rumah. Sun Hwa sedang membuat rangkaian bunga ketika Min Hyuk baru saja datang. Perempuan itu tersenyum cerah lalu menyambut Min Hyuk. Tapi wajah Sun Hwa berubah menjadi mendung saat melihat respon suaminya. Min Hyuk memandangnya dengan penuh kebencian.

Min Hyuk diam tak berbicara sepatah pun, hingga Sun Hwa merasa heran. Min Hyuk berubah pikiran, dia tak bisa langsung menuduh Sun Hwa sebagai dalang semuanya, dia harus memiliki bukti atau setidaknya sampai dia menemukan Man Se. Ditepisnya tangan Sun Hwa yang memegang lengannya, lalu pergi begitu saja. Sun Hwa ditinggalkannya dalam sebuah tanda tanya di hatinya.

***

Hye Bin sedang menelepon Jung Min Ji di kamar Man Se.

"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik baik saja?" tanya Jung Min Ji.

"Ya, Bu, jangan lupa jaga kesehatanmu. Perempuan yang aku rawat sangat cantik. Dia bak sleeping beauty. Kau ingin tahu bagaimana rupanya, sebentar aku akan fotokan," kata Hye Bin.

Hye Bin mengambil swafoto dengan Man Se yang sedang tertidur. Foto itu langsung dikirim ke ibunya. Sebuah file foto masuk langsung terunduh otomatis. Melihat foto yang dikirim Hye Bin, Jung Min Ji mendadak lemas kakinya, matanya terbelalak, dan tangannya menutup mulut. Seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat. Perempuan itu adalah Oh Man Se. Air matanya meleleh. Akhirnya dia tahu di mana Man Se berada. Lalu suara Hye Bin terdengar dari speaker gawai.

"Bu, aku tutup dulu ya, temanku memanggil meminta tolong," terang Hye Bin.

"Ya...Ya... baiklah. Semoga semua baik-baik saja di sana," ujar Jung Min Ji sambil menyeka air matanya dan berusaha menguasai diri. Setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa menemukan Man Se. Min Ji dengan rasa gugup dan bahagia yang membuncah langsung menghubungi nomor Min Hyuk.

***

Shahib masuk ke dalam rumah dan meminta bantuan Hye Bin mengangkut kayu bakar untuk rumah utama karena pelayan dan Halmeoni sedang pergi ke kota untuk belanja. Mereka berdua ke gudang di samping rumah belakang yang agak jauh dari rumah utama. Setelah membuka pintu mereka masuk ke dalam menuruni sebuah tangga. Mereka semampunya mengangkut kayu bakar untuk dibawa ke atas, tapi mereka menemukan pintu tertutup. Hye Bin lupa tak mengganjal pintu gudang sehingga tak bisa dibuka dari dalam.

"Terkunci dari luar, pintunya tak bisa dibuka," ujar Shahib kepada Hye Bin.

"Aaah, aku lupa pesan Nyonya Joo, fiiuuuh!" ujar Hye Bin menyesal.

"Apa yang bisa kita lakukan dalam gudang ini selain duduk menunggu mereka menemukan kita di sini?" ujar Shahib.

"Apakah kau membawa gawaimu?" tanya Hye Bin.

Shahib mengangkat pundak dan menggelengkan kepala.

"Benar-benar deh!" seru Hye Bin yang juga merasa kecewa karena tak membawa gawai.

Shahib dan Hye Bin berteriak-teriak sambil menggedor-gedor pintu gudang, tapi tak ada seorang pun menyahut dari luar. Berkali-kali mereka mencoba, tapi sia-sia. Akhirnya, mereka berdua duduk bersandar di dinding. Sejam dua jam tiga jam waktu berlalu, di luar sudah mulai gelap. Tak ada tanda-tanda orang akan menolong. Mereka sudah lelah berteriak. Lalu mereka duduk berdampingan besandar di tembok, sambil menunggu orang datang menolong.

"Apa momen yang paling manis dalam hidup Anda?" tanya Hye Bin memulai pembicaraan setelah hening cukup lama.

"Eeemm apa yaa? Pada saat aku dibelikan baju baru setiap hari raya oleh ibuku," jawab Shahib.

"Hari raya? Wah pasti momen yang menyenangkan," ujar Hye Bin.

"Ya, kami merayakan dua hari raya setiap tahun. Hari Raya Fitri dan Hari Raya Adha. Setiap hari raya ibuku membelikanku baju baru, itu ketika aku masih kecil. Adikku Hanan juga, setelah salat di kampung, kami berkunjung ke tetangga-tetangga, kami makan-makan dan seringkali orang yang lebih tua memberi kami uang" cerita Shahib mengenang masa kecilnya.

"Wah, kenangan yang manis," ujar Hye Bin.

"Kamu sendiri? Apa kenangan manis dalam hidupmu?" tanya Shahib balik.

"Entahlah ... mungkin saat aku pertama kali masuk sekolah taman kanak-kanak. Ayahku yang mengantarku dan dengan bangganya aku menunjukkan bekal makan siang yang dibuat ibuku kepada teman-temanku. Mereka bilang masakan ibuku enak. Tapi sayang, tak lama setelah itu ayah meninggalkan kami selamanya karena kecelakaan lalu lintas. Mungkin itu momen yang paling sedih yang aku alami. Sejak saat itu ibuku menjadi single parent dan bekerja di rumah Dokter Hyun. Dia sudah seperti orangtuaku, dan Halmeoni sudah seperti nenekku. Sampai akhirnya Eomma bisa memiliki rumah dan usaha sendiri sampai sekarang," cerita Hye Bin dengan mata sendu mengingat masa lalu.

Mereka mengobrol sampai tak terasa Hye Bin tertidur sambil bersandar di tumpukan barang di gudang. Di sampingnya Shahib memandang Hye Bin yang tertidur. Dia tersenyum melihat Hye Bin yang tidur sampai terbuka mulutnya. Udara malam terasa dingin di dalam gudang, Shahib melepas jaketnya dan diselimutkan pada Hye Bin yang hanya memakai blouse lengan pendek.

Tak lama kemudian ada suara orang-orang yang memanggil nama mereka. Shahib pun berteriak menjawab bahwa mereka ada di gudang. Hye Bin terkejut dan terbangun. Sebuah nyala senter disorotkan ke bawah dan mereka pun bisa keluar dengan selamat dari gudang.

Semua tersenyum lega melihat mereka berdua baik-baik saja. Dilihatnya sosok Hyeo Jin di antara orang-orang yang mencari mereka. Sorot matanya cemburu begitu melihat Shahib juga keluar dari gudang.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Hyeo Jin.

"Kami mengambil kayu bakar, tapi salahku tak mengganjal pintu gudang sehingga tak bisa dibuka dari dalam," jelas Hye Bin.

Shahib hanya tersenyum pada Hyeo Jin lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Hyeo Jin menatap tak suka pada Shahib.

***

Di Seoul, Min Ji mengirimkan sebuah pesan kepada Min Hyuk.

"Min Hyuk, aku tahu di mana Man Se berada," tulis Min Ji pada Min Hyuk lalu mengirim foto yang dikirim Hye Bin.

Min Hyuk di kantor malam itu. Dia membuka pesan dari Min Ji. Jantungnya berdetak cepat, lalu seakan behenti ketika melihat foto yang dikirim oleh Min Ji. Dia lalu mengambil jasnya dan segera turun ke bawah, lantas berkendara menuju rumah Jung Min Ji.

Jung Min Ji sudah menunggu kedatangan Min Hyuk. Mereka langsung menuju ke Hadong malam itu juga. Di saat yang sama Kang Seo Woo juga baru saja datang masuk ke halaman rumah.

Tengah malam Min Ji dan Min Hyuk sampai di vila milik Kang Seo Woo. Min Hyuk langsung masuk dan mencari Kang Seo Woo. Yang dicari keluar dari ruang kerja langsung diserbu oleh Min Hyuk dengan tatapan yang tajam.

"Ada apa ini?" tanya Kang Seo Woo heran dengan kedatangan Kang Min Hyuk yang mendadak.

"Di mana Man Se?" tanya Min Hyuk langsung

"Apa maksudmu? Aku tak tahu di mana Man Se," elak Kang Seo Woo.

"Sebaiknya kau beritahu aku di mana kau sembunyikan Man Se," seru Min Hyuk sambil memegang kerah baju Kang Seo Woo.

Bersamaan dengan itu Hye Bin dan Hyeo Jin masuk ke rumah utama dan melihat kedua laki-laki itu sedang berseteru. Hye Bin juga melihat Min Ji ada di situ. Hye Bin dan Hyeo Jin pun menjadi bingung. Melihat Hye Bin datang, Min Hyuk langsung memegang pundaknya.

"Beritahu aku di mana Man Se?!" desak Min Hyuk.

Hye Bin yang tak tahu harus berucap apa, langsung menarik Min Hyuk ke rumah belakang. Kang Seo Woo mencoba mencegah, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Man Se dan Min Hyuk bertemu kembali. Saatnya telah tiba.

Hye Bin membukakan pintu kamar Man Se. Di dalam sedang ada Halmeoni yang menunggui. Min Hyuk berdiri dekat ranjang, tak bisa bicara sepatah kata pun melihat sosok perempuan yang dicintainya terbaring di atas ranjang.

"Man Se ... Man Se," ucap Min Hyuk penuh rasa sedih.

Min Hyuk lalu memeluk Man Se. Min Hyuk menangis terisak. Sebuah pemandangan yang mengharukan.

Hye Bin, Min Ji, Halmeoni, Hyeo Jin dan Kang Seo Woo mau tak mau juga ikut meneteskan air mata.

Puluhan tahun terpisah dengan perempuan yang dicintainya, akhirnya Min Hyuk bisa menemukan sosok itu dalam kodisi koma.

"Bangunlah sayangku, bangunlah Man Se. Buka matamu, aku ada di sini," ratap Min Hyuk memohon .

Semua orang ikut terharu lalu pergi meninggalkan Min Hyuk dan Man Se berdua dalam kamar.

Seo Woo duduk di ruang tamu bersama Hyeo Jin. Semuanya diam, lalu Min Hyuk pun turun dari lantai dua mendatangi Seo Woo.

"Kak, aku akan menjelaskan semuanya!" ujar Seo Woo.

Min Hyuk duduk di hadapan Seo Woo.

"Aku menyembunyikan Man Se untuk menjaga dan melindunginya. Aku melihat dia menangis keluar dari gedung saat kau menikah dengan Sun Hwa. Lalu aku mencarinya, sampai akhirnya aku melihat pemandangan yang mengerikan di hadapanku. Man Se mencoba bunuh diri dengan terjun dari atas gedung. Tapi takdir Tuhan mengatakan lain. Dia tak mati. Selama beberapa waktu dia dirawat di rumah sakit, lalu kubawa dia ke sini, dan meminta semua orang yang ada menjaga rahasia keberadaan Man Se. Kau sudah menyakitinya, Hyung. Seperti yang sudah kubilang padamu, aku akan mengambilnya darimu jika kau sakiti hatinya," terang Seo Woo.

Min Hyuk diam memandang adiknya itu.

"Kau tahu aku mencintai Man Se, kenapa kau tega menjauhkannya dariku. Kau tahu aku mencarinya bahkan sampai seperti orang gila. Min Ji juga mencarinya dan kau dengan egoisnya menyembunyikan Man Se dari kami," cecar Min Hyuk.

"Maafkan aku, Kak. Aku juga mencintainya," ujar Seo Woo.

Mereka duduk dalam diam, dan hanya saling menatap, seakan ingin mengatasi perasaan masing-masing tanpa banyak kata dan hanya lewat tatapan mata. Min Hyuk menghela nafas panjang lalu menutup wajahnya.

***

Hye Bin duduk di teras bersama Min Ji. Perempuan itu bisa melihat wajah Hye Bin yang penuh tanda tanya. Mengapa ibunya dan Tuan Kang Min Hyuk bisa di Hadong.

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Aku akan menjelaskannya, tapi aku harap kau siap dengan apa yang akan kau dengar. Mungkin saat ini sudah waktunya aku jujur padamu, Hye Bin. Aku ... aku ... bukan ibumu. Ibumu adalah Oh Man Se dan Tuan Kang Min Hyuk adalah ayahmu," jelas Jung Min Ji hati-hati.

Hye Bin terhuyung seakan hilang tenaganya karena terkejut. Dia tak menyangka ada sebuah rahasia besar dalam hidupnya. Hye Bin meneteskan air mata dan terlihat syok tak tahu harus berkata apa. Dia berlari masuk ke dalam rumah. Dia berhenti dan memandang tajam Kang Min Hyuk. Hye Bin lalu berjalan menuju lantai dua dan masuk ke dalam kamar Man Se. Halmeoni yang menjaganya terkejut melihat Man Se masuk lalu dengan wajah menahan marah memandang Man Se.

"Bangun ... buka matamu ... bangunlah. Ini aku Hye Bin, anakmu yang kau tinggalkan. Bangun! Kau perempuan egois. Aku tahu kau pasti mendengarkanku. Bangunlah kau perempuan egois! Kau lebih memilih mengakhiri hidupmu tanpa berpikir tentang aku," cerocos Hye Bin sambil menangis terisak menggoyang-goyang tubuh Man Se yang masih diam menutup mata.

"Aku mohon ... bangunlah Oh Man Se!" ucap Hye Bin, lalu menangis tersedu-sedu menelungkupkan kepalanya di tubuh Man Se.

"Bangunlah ... aku mohon ...," ujar Hye Bin melemah.

Halmeoni yang melihat semua itu pun mengelus rambut Hye Bin. Perempuan tua itu merasa iba dengan tragedi yang menimpa keluarga Kang dan Hye Bin. Matanya berkaca-kaca karena rasa sedih.

"Bersabarlah Hye Bin," ujar Halmeoni sambil mengelus punggung Hye Bin, lalu meninggalkan mereka berdua.