Chereads / Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur / Chapter 29 - Bab 29 - Pria Tua

Chapter 29 - Bab 29 - Pria Tua

Xiao Yi segera menuju kantor milik Li Zheng Yu menggunakan taksi. Sudah tidak ada waktu lagi untuk berhemat. Yang terpenting saat ini adalah memastikan pria itu belum menarik kata-katanya. Jika sampai penawaran itu sudah tidak berlaku lagi.

Gedung menjulang tinggi berada di depan mata Xiao Yi. Ada keraguan saat ingin masuk tapi jika memikirkan Fang Yin sampai menjual diri karena hanya sebuah rumah membuatnya frustasi dan sakit kepala.

Langkahnya berat dan jantungnya berdetak kencang saat melangkah masuk hendak bertanya pada resepsionis yang sedang berjaga.

"Permisi, bisakah aku bertemu dengan Tuan Li Zheng Yu?" tanya Xiao Yi memberanikan diri.

"Apakah Nona sudah ada janji temu dengan Tuan Li?" tanya sang resepsionis.

"Ah, belum. Namun saat ini sedang genting. Kami adalah tetangga dekat dan anaknya sangat dekat denganku. Katakan saja padanya namaku Xiao Yi," ucap gadis itu secara asal. Bingung harus menjelaskan alasan untuk apa bertemu dengannya.

"Baiklah, aku akan menghubungi sekretarisnya terlebih dahulu," ujar resepsionis. Wanita itu langsung mengangkat gagang telepon yang berada di dekatnya.

"Bagaimana kalau pria itu sudah tidak membutuhkanku lagi? Apa yang harus aku lakukan?" gumam Xiao Yi sembari memukul pelan kepalanya. Tidak menyangka akan terjebak ke dalam situasi yang sangat rumit.

"Nona, mari aku antar ke ruangan Tuan Li. Sebenarnya sedang ada rapat tapi kau bisa menunggu di ruangannya. Kemungkinan rapatnya tidak lama lagi akan selesai," ujar sang resepsionis.

Xiao Yi tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Semoga pria itu selesai rapat sebelum terlalu malam.

"Siapa namamu?" tanya Xiao pada resepsionis. Tidak enak mete berdua tapi tanpa berbicara.

"Namaku Lien-hua," sahutnya.

"Kau bilang kalian bertetangga tapi kenapa harus pergi ke kantornya?" tanya Lien-hua.

"Itu karena kami jarang bertemu jika di rumah. Dia kan pria yang sangat sibuk," ujar Xiao Yi dengan cuek.

"Benar, bahkan kadang putrinya sampai diajak bekerja," terang Lien-hua.

"Apakah dia memang tidak memiliki istri? Memangnya berapa umurnya? Dia tampak sudah dewasa." Xiao Yi ingin mencari tahu lebih banyak tentang pria itu. Meski Fang Yin sudah pernah mengatakannya tapi Xiao Yi belum terlalu percaya.

"Benar, Tuan Li memang seorang single daddy."

"Dia pasti ditinggalkan istrinya karena sangat menyebalkan," cibir Xiao Yi. Siapa yang akan suka tinggal dengan pria yang terlalu mesum.

"Apa kau bilang?" tanya Lien-hua karena ia hanya bisa mendengar samar-samar saja ucapan Xiao Yi.

"Tidak apa-apa. Lupakan saja apapun yang kau dengar," ujar Xiao Yi.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan," ujar Lien-hua.

"Berapa umur bosmu? Dia terlihat sudah dewasa," tukas Xiao Yi.

"Umurnya 45 tahun tapi rasanya wajahnya terlihat masih muda," tukas Lien-hua sembari menangkup pipinya sendiri karena ia juga merasa kagum dengan bosnya.

"Hah, 45? Tua sekali dia," cibir Xiao dengan wajah terperangah karena cukup terkejut jika pria itu ternyata sudah tua. Padahal ia pikir belum sampai kepala empat.

"Tuan Li bukannya tua melainkan memang lebih dewasa," sanggah Lien-hua. Tidak setuju jika bosnya dianggap sudah tua.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di lantai 10 gedung perkantoran tersebut dimana ruangan Li Zheng Yu berada.

"Tuan Li menyuruhmu menunggu di sini," ujar Lien-hua sembari membuka ruangan milik Li Zheng Yu.

"Terima kasih," ucap Xiao Yi.

Lien-hua segera kembali ke bawah untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.

Xiao Yi menghempaskan tubuhnya di atas sofa karena kakinya terasa lelah setelah seharian berjalan ke sana kemari tidak tentu arah. 

"Lama sekali dia," gumam Xiao Yi setelah menunggu setengah jam lamanya. Ia bahkan sampai merasa bosan karena sangat lama menunggu.

Xiao Yi hanya berharap jika rentenir sialan itu tidak mengunjungi rumah mereka terlebih dahulu.

Ceklek ….

Pintu terbuka dengan suara pelan sehingga Xiao Yi yang sedang terbaring di sofa tidak mendengarkannya.

"Hmmmm." 

Sebuah suara langsung membuat Xiao Yi terperanjat kaget dan membetulkan posisi duduknya dan menyisir rambutnya yang berantakan. Mendadak perasaan Xiao Yi saat ini menjadi sangat gugup.

"Maaf, jika aku mengganggumu." Xiao Yi tertunduk berusaha untuk bersikap sopan meskipun sebenarnya sangat malas.

"Tumben sekali kau datang ke kantorku. Apa ada sesuatu yang sangat penting?" tanya Li Zheng Yu setelah duduk di kursi kebesarannya.