Chereads / GUSAR KEHIDUPAN / Chapter 2 - Bab 1

Chapter 2 - Bab 1

Saat ini diriku menginjak usia tujuh belas tahun, masa dimana segala yang ku lakukan hanya untuk bersenang-senang. Seperti saat ini, diriku sedang duduk di cafe idaman para pelajar SMA. Disini semuanya terasa indah, pelayanan, makanan, Wifi, dan pada akhirnya aku betah duduk selama mungkin di tempat ini.

"Ver, pesan lagi dong Red velvetnya" ucapku,

"Siap boss!" jawab Vera, sahabatku itu memang penurut.

Tak berselang lama, Vera kembali dengan waitress yang membawa nampan penuh dengan makanan. Padahal, tadi aku hanya memesan red velvet tapi yang datang malah berbagai makanan.

"Loh, kok yang datang banyak banget?" tanyaku keheranan,

"Ini pesanannya Ici" jawab Vera

"loh! Kok bawa-bawa gue. Gue diem loh dari tadi" timpal Ici. Ici juga nama sahabatku yang lainnya, lengkapnya Pricillia.

"Mukir tuh, si Ici" tuduh Vera seenaknya.

"Loh tuh ya Ci" aku menambahi,

"Ah, kok jadi gue sih. Sebel ah, gue gak mau bayar!" Ucapnya ketus, Ici meletakkan ponselnya kasar di meja. Sedangkan aku dan Vera terkejut dengan tingkah Ici kemudian saling berpandangan.

"Ahh, jangan marah dong. Iya iya ini gue kok yang mesen" ucap Vera

"Tenang, ngga usah marah dong. Ada Diara nih, yang bakal bayarin semuanya" ucapnya lagi.

"Kebangetan loh, Ver! Tadi Ici yang dijadikan sasaran, sekarang gue" ucapku, kemudian menggelengkan kepala tak percaya dengan ucapan Vera yang benar-benar seenak jidat.

"Heh, lo tau ngga sih? Si Devan ngechat deh" ucap Vera tiba-tiba

"So?" tanyaku

"Aneh ngga sih, kalau begitu?" tanya Vera

"Aneh gimana Sriti?" ucapku yang mulai kesal dengan Vera.

Hening....

"Dih, Vera beneran nggak waras deh. Aneh plus nyebelin" ucapku yang sudah menunggu penjelasannya sedari tadi

"Ih! Bentar dulu, aku lagi mikir nih. Devan tanya, gue tuh suka bunga apa?" Ucapnya.

"What?!!!" Jeritku tak percaya,

"Beneran tanya begitu? Heh kok bisa sih Lo di deketin cowok tampan begitu?" Ucapku lagi. Kini aku semakim mendekat dan ingin melihat isi chat antara Vera dengan Devan.

"Beneran ini, masa gue bohong sih? Btw, gue suka bunga apa ya Ra?" tanya Vera

"Dih, lo yang di tanya kok malah tanya ke gue? Mana gue tau. Lagipula kok dia bisa kepincut sama Lo?" tanyaku keheranan

"Gue juga nggak tau, Ra. Kok bisa sih? Apa gue cantik ya? Apa gue good looking ya?" tanya Vera

"Gue juga ngga tau sih lo tuh wujudnya kaya gimana" jawabku asal.

"Resek lu! Emang gue setan?!" ucapnya,

"Tolong dibantu" ucapnya lagi

"Dih, kaya Pak Tarno aja lo! Dibantu apa Sriti?" tanyaku.

"Ini, gue suka bunga apa? Melati aja kali ya?" ucap Vera,

"Loh, kamu memangnya suka bunga? Kok bisa dia nawarin kamu bunga?" ucapku,

"Gue sih ngga bener-bener suka. Kemarin dia tanya, kesukaan gue apa? Kamu suka bunga enggak? Ya, gue jawab 'Iya' aja" ucapnya,

"Bego! Kalau ngga suka, bilang aja ngga suka! Jadi repot sendiri kan?" timpalku,

"Dahlah, Loe malah bikin gue tambah pusing, tau nggak?" ucapnya.

"Gue pulang!" ucap Ici tiba-tiba. Aku dan Vera mendongak.

"Kok udahan, Ci?" tanya Vera

"Capek" balasnya jutek

"Si mbaknya masih marah, Ceu" ucap Vera lagi

"Hus, lo tuh. Sukanya ngledek!" ucapku sambil memukul lengan Vera.

Ici pergi begitu saja tanpa berkata apapun. Suasananya menjadi tak seseru seperti awal tadi, Ici marah dan itu membuat keadaan serba sulit.

"Ini gara-gara Loe, Ver. Ici marah kan" ucapku pelan saat Ici sudah hilang dari pandangan

"lah, gue kan bercanda. Dianya yang pemarah, tapi kok Ici bisa marah juga ya?" ucapnya.

"Loe, nggak tau kalau orang kaya Ici kalau udah marah itu bahaya. Selamanya mesti bakal dia inget deh" ucapku.

Drtt drtt...

"Hape lo, getar tuh!" ucap Vera, seketika aku menoleh ke ponselku.

"Papi, bentar ya aku angkat dulu. Jangan berisik lu!" ucapku mengingatkan Vera

"Halo, Pi?.... Oh iya, iya. Diara pulang sekarang" ucapku.

"Kenapa?" tanya Vera penasaran

"Gue harus pulang sekarang, nih duitnya. Loe yang bayar di kasir" ucapku sebelum pergi dari tempat ini.