Satu tahun empat bulan kemudian atau lebih tepatnya dua tahun empat bulan setelah kepergian Lee Dokyeom. Vernon dan Lisa telah menjalani empat bulan bekerja sebagai satu team di Justice Building. Pengerjaan bangunan lima lantai kebanggaan Jungkook itu membutuhkan waktu satu tahun full. Dan tanpa membuang waktu, ia telah menempatkan orang-orang pilihan di gedung itu.
Dalam empat bulan saja progres kepuasan masyarakat akan kinerja anggota Justice Building meningkat setiap harinya. Masyarakat memuji kerja keras para Jaksa yang berhasil memecahkan kasus-kasus beku, kecekatan Golden Time Team yang berhasil menyelamatkan korban-korbannya dalam waktu krusial, dan keberanian para detektif yang berani maju digarda depan untuk menangkap pelaku kejahatan di TKP.
Dalam empat bulan terhitung ada puluhan warga yang berhasil diselamatkan Golden Time Team, dan ada puluhan pelaku kejahatan juga yang tertangkap. Semua itu tidak luput dari campur tangan Vernon dan Lisa. Awalnya anggota Justice Building tidak terima mereka harus berdiri dibawah naungan perintah anak yang bahkan belum genap 22 tahun, tapi kelamaan mereka mengakui kemampuan Vernon dalam mengambil keputusan yang nantinya akan dia perintahkan pada Lisa.
Meski ia mendapat pengakuan bahkan dari bapak Presiden karena kerja kerasnya selama empat bulan ini, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Vernon masih terus terlihat tertekan kala ia mencoba mencari waktu untuk menemukan Secret dan akan semakin tertekan ketika pencariannya menemui jalan buntu. Sudah dua tahun empat bulan Secret atau Dokyeom pergi melarikan diri, maka selama itu juga Vernon belum mampu menemukannya.
Hari ini adalah hari minggu pertama Vernon mendapat libur dari Jungkook. Tujuan utamanya adalah menuju kediaman seseorang dan bersantai disana. Meski Vernon diharuskan terus memakai interkom ditelinganya, guna untuk memerintahkan Lisa dari jarak jauh melalui jam tangan canggih yang biasa ia pakai sebagai alat komukasinya dengan Lisa dan Jungkook yang standby di ruang server utama Justice Building, itu tak menjadi masalah untuknya.
"Hmm, udara disini sejuk sekali. Dadaku rasanya terlepas dari lilitan tali tambang yang mengikatku selama empat bulan hanya berada di ruangan server saja. Udaranya menyejukkan isi kepalaku rasanya.". Celetuk Vernon untuk dirinya sendiri sambil memeluk pot tanaman bunga dan makanan ringan didalam tas belanja.
"SSAEM ... SSAEM ..... SSAEM...". Teriak Vernon melambaikan tangan kegirangan pada si pemilik rumah yang sedang duduk santai sambil minum teh, dirumah kecil sederhananya yang dikelilingi lahan luas perkebunan apel hijau. Ya, perkebunan ini memang miliknya.
"Hansol~ah?". Balas sapanya sedikit terkejut melihat sosok Vernon.
"Bukankah kau sibuk di Justice Building?". Lanjut tanya beliau.
"Jungkook Ssaem memberiku libur maka aku putuskan untuk menemanimu disini agar kau tidak kesepian.". Jawab Vernon cengengesan. Gurunya yang satu ini memang orang yang selalu ia khawatirkan sejak kepergian Dokyeom. Beliau bahkan sampai menyerah pada mimpinya untuk membuat fasilitas pendidikan terlengkap, semenjak ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan hanya karena rasa bersalahnya pada Dokyeom.
"RapMonster Ssaem tidak pernah kesepian, yang kesepian itu kau. Akui saja!". Ledek Wonwoo yang tiba-tiba keluar dari rumah RM Ssaem bersama Jin, Jimin, J-Hope, Hoshi, Scoups, Jun, bahkan Woozi meski tanpa Jeonghan.
"Mwoyya? Kalian semua disini? Ssaem, bukankah kau bilang hari minggu Hoshi ada babak kualifikasi di Jepang?". Protes Vernon. Jin mengambil barang bawaan Vernon.
"Aku memang bilang hari minggu tapi bukan minggu ini, minggu depan.". Jawab J-Hope.
"Ssaem, bagaimana dengan The8? Dimana dia?".
"Ada yang harus dia teliti dirumah sakit.". Jawab Jin.
"Haaeh, apa anak itu tidak lelah meneliti kejiwaan orang lain terus?". Cerca Vernon.
"Hey, aku yang memiliki dua gelar pun biasa saja.". Sahut Jun membela temannya, itu membuat Jin tersenyum lebar sambil menyesap teh nya.
Mereka bercanda, tertawa, meledek, mengobrol dan bahkan sampai saling pukul meski tidak serius. Guru-gurunya hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah mereka. Ini sudah tahun keempat Seventeen menimba ilmu di Keimyung University, kenangan saat mereka baru bertemu dengan Fire tiba-tiba menyeruak dikepala Jin. Saat ini, mereka tidak bisa sering berkumpul bersama dalam anggota utuh -13 orang- dikarenakan kesibukan mereka masing-masing. Dino yang masih terus memahami tentang mesin dengan belajar mengunjungi berbagai pabrik pembuat suku cadang mesin untuk motor, mobil bahkan kereta. Layaknya ilmuwan yang sedang melakukan penelitian. Jadwal penerbangan Suga padat karena ia ditugaskan untuk mengantar tamu-tamu penting kenegaraan, ia bahkan jarang bertemu dua anak didiknya Seungkwan dan Joshua yang sedang menyiapkan diri mereka sebelum debut album Duo. Namun tetap memberikan petuah-petuah dan menyemangati mereka lewat video call.
Taehyung dan Shin Je Bin kembali ke aktivitas mereka ke awal setelah berhasil mendidik Vernon hingga anak itu dapat mengendalikan Lisa dan menjadi andalan di Justice Building. Terkadang Je Bin mengisi kelas di Hacking Club, Keimyung. Malik iskandar sendiri baru saja kembali ke Indonesia empat bulan kemarin, ia merasa kecewa ketika tidak bisa hadir diperesmian Justice Building karena ia berada di Indonesia. Tapi, sekarang ia kembali ke Korea Selatan setelah meminta izin cuti dari tugas kenegaraannya di negara asalnya itu. Karena memang ada banyak yang harus ia urus di Keimyung University.
Mingyu sendiri tidak bisa hadir karena sang ayah mengundangnya untuk pulang kerumah, ada perayaan untuk agama budha katanya. Iya, seperti yang kita tahu Mingyu memiliki orang tua yang berbeda keyakinan. Mingyu sendiri memilih untuk menjadi seorang Protestan meski sang ibu memeluk Katolik. Sementara Jeonghan harus menghadiri seminar di pulau Jeju, Woozi dan Jimin tidak ikut dengannya karena Seminar di pulau Jeju bulan lalu, Woozi yang menghadirinya.
"Ssaem, boleh aku minta teh mu.". Celetuk Vernon pada RM.
"Yakk! Kau kan bisa membuatnya sendiri didalam, kenapa kau kurang ajar sekali.". Omel Hoshi.
"Gwenchana, Hoshi~ah.". Seru RM Ssaem sambil memberikan cangkir tehnya pada Vernon, anak itu menerimanya.
"Gumawoyo, Ssaem. Wlee~ ....". Katanya lalu berlanjut menjulurkan lidahnya ke Hoshi.
"Apa dia selalu semenyebalkan itu, Wonwoo~ah?". Protes Hoshi, Wonwoo mengangguk mengakuinya. Lagi-lagi tingkah mereka membuat guru mereka tersenyum. Vernon terlihat hati-hati menyesap teh nya, meniupnya agar tidak terlalu panas lalu menghirup wanginya yang membuat tubuhnya seketika rileks, menyesapnya perlahan. Namun ditengah aktivitasnya itu, Lisa tampak menghubunginya lewat Interkom ditelinganya, Vernon terlihat menekan telinganya pelan.
"Eung, Lisa~ah. Waegeurae?". Seru Vernon, tiba-tiba anak itu tertegun dan.....
-PRAAANG~....
Gelas teh yang ia pegang meluncur kebawah dan pecah, matanya tiba-tiba berkaca-kaca, nafasnya terdengar cepat, dan berlanjut pada tubuhnya yang kini bergetar hebat. Wonwoo yang memang selalu peka pada Vernon menyadari ada yang tidak beres, ketiga gurunya saja sampai bangkit dari duduknya.
"Ada apa, Hasol~ah?". Tanya Wonwoo mengguncang bahu Vernon. Tapi anak itu masih tertegun malah airmatanya turun deras meski tanpa isakan. Wonwoo meraih tangan Vernon yang memakai jam tangan canggih lalu mensettingnya agar speaker kecil pada jam itu aktif, dengan begitu mereka bisa mendengar aktivitas yang terjadi diruangan Server, terdengar sibuk disana.
"Hansol~ah. Kenapa kau tidak menjawabku? CHWE HANSOL.". Bentak Jungkook dari ruangan server.
"Ssaem , ini aku Wonwoo. Ada apa sebenarnya sampai Vernon terkejut seperti ini?". Teriak Wonwoo pada jam tangan Vernon.
"Haaeh, FBI berhasil menangkap Secret.". Jawab Jungkook. Kini mata mereka yang membulat bahkan tubuh mereka ikut menegang dengan nafas yang tercekat. Lantas Vernon berjongkok sambil memukul-mukul kepalanya.
"Andwe, andwe, andwe, andwe, ANDWE!!". Teriak Vernon histeris, Jin segera merangkulnya. Tapi Vernon terus mengoceh seperti sedang mengucap mantra.
"Dia tidak boleh ditemukan orang lain, dia tidak boleh ditemukan orang lain. Harus aku yang menemukannya, harus aku yang menemukannya.". Ocehnya.
"Vernon~ah! Vernon~ah!.". Panggil Jin berusaha menenangkannya. Jin semakin khawatir saat melihat RM terhuyung dan hampir terjatuh jika tidak ditahan J-Hope, napasnya juga ikut berantakan dengan airmata yang membasahi wajahnya ditambah tubuh RM yang mulai gemetar.
"Hyung!". Seru J-Hope. RM berusaha keras mengendalikan dirinya.
"Andwe, andwe, andwe, andwe, andwe, andwe.....".
"Vernon~ah! Lihat mataku. Vernon~ah .... CHWE HANSOL.". Bentak Jin sampai Vernon tercekat dan menatapnya.
"Ssaem, Dokyeom tidak boleh ditangkap oleh mereka. Mereka akan menyiksanya disana, Lee Dokyeom tidak boleh tertangkap oleh mereka. Hiks.hiks.hiks....". Tangis Vernon.
"Aku tahu. Kita belum dengar lengkap beritanya, Hansol~ah! Tenang kan dulu dirimu, lalu kita akan sama-sama pergi ke Justice Building. Lisa akan kacau jika dia melihat ekspresimu saat ini, kau tahu itu kan?". Jawab Jin.
"Ssaeeeem ..... hiks.hiks.". Lanjut tangis Vernon memeluk Jin, sang guru hanya bisa mengusap punggungnya agar anak itu terlihat lebih tenang.
"Jimin~ah, siapkan mobil! Kita ke Justice Building sekarang.".
"Oke. Ayo Hyung.". Ajak Jimin.
"Tidak. Biarkan J-Hope disini menjaganya.". Seru Jin melirik RM.
"Aku ikut.". Sahutnya pelan.
"Namjoon~aah.....". Protes Jin.
"Aku ikut. Aku harus melihatnya sendiri kabar itu benar atau tidak.". Sambar RM, J-Hope tampak mengangguk untuk membujuk Jin agar mengizinkan RM ikut.
"Haaeh, oke. Tapi kau harus berjanji padaku untuk mengendalikan dirimu. Jangan pingsan lagi seperti waktu itu.". Kata Jin memperingatkan, karena hari dimana Dokyeom berhasil melarikan diri dari Keimyung, RM pingsan dijalan dan tidak sadarkan diri selama dua hari. Setelah mendapat janji dari RM, mereka pun berangkat bersama ke Justice Building dengan mobil Jimin dan J-Hope yang terparkir dihalaman belakang rumah RM.
Sementara di Justice Building semua orang hanya bisa terpaku mendengarkan berita-berita asing yang terus mengabarkan bahwa buronan FBI dan CIA berhasil mereka tangkap dalam operasi gabungan di Russia. Negara itu memang tempat teraman bagi para buronan yang ingin bersembunyi. Sebab negara itu bahkan memiliki undang-undang untuk kesejahteraan turis asing sampai tunawisma. Ketika mereka sampai Vernon langsung mengambl alih Lisa, Jungkook melihat kedatangannya dan sejenak menatap RM. Hyung yang sudah dua tahun lebih tidak ia temui.
"Apa yang terjadi, Jungkook~ah? Kau yakin itu benar Dokyeom?". Seru Jin mewakili yang lain.
"Aku juga belum yakin.".
"Lisa~ah! Cari informasi lengkapnya tentang penangkapan Secret hari ini. Berita atau artikel apapun itu tunjukkan padaku.".
"Oke, Vernon.".
Mereka semua berdiri menilik layar virtual besar yang sedang disortir oleh Lisa, Holo itu memisahkan artikel terkait disebelah kiri dan berita siaran langsung disebelah kanan. Mata Vernon membaca artikel itu namun telinganya mendengar berita siaran langsung disebelah kanan.
"Apa kau bisa periksa CCTV tempat dimana Secret ditangkap?".
"Tidak, Vernon. Karena Russia bukan wilayahku. Russia berada di dunia bagian utara.". Jawabnya. Vernon terlihat putus asa.
"Lalu bagaimana dengan CCTV ruang introgasi FBI? Apa kau bisa meretasnya?".
"Tidak bisa, Vernon. Amerika Serikat termasuk dalam dunia bagian barat.".
"KENAPA TIDAK BISA? AKU HARUS PASTIKAN ITU DOKYEOM ATAU BUKAN?". Teriak Vernon membentak Lisa.
"Aku yang akan pergi memeriksanya.".
"Ssaem ....".
"Aku akan pergi dan memeriksanya sendiri itu benar Dokyeom atau bukan. Jadi bisakah kau tenangkan dirimu, Chwe Hansol?.". Lanjut kata Jungkook.
"Hoon! Hubungi Rodd, katakan apa aku bisa masuk sebentar ke ruang introgasi disana?". Perintah Jungkook pada Hoon yang berada di lantai empat.
"Aku sudah mencoba menghubunginya sejak tadi, Kapten. Tapi tidak ada jawaban.". Jawab Hoon.
"Kalau begitu pesankan aku tiket kesana. Cari penerbangan tercepat dari sekarang.".
"Baik, Kapten.". Jawab Hoon sigap.
"Aku ikut, Ssaem.". Pinta Vernon.
"Tidak. Kau harus tetap disini karena hanya kau satu-satunya yang bisa mengakses Lisa. Aku akan mengabarimu terus. Aku akan segera kembali setelah ku pastikan yang tertangkap itu asli atau bukan.". Kata Jungkook, meski kecewa tapi apa yang dikatakan gurunya benar. Vernon memang tidak bisa kemana-mana.
"Kapten. Aku sudah pesankan tiketnya, pesawatmu take off tiga jam dari sekarang. Kau harus segera berangkat ke bandara.". Seru Hoon terdengar dari speaker di ruangan ini.
"Aku mengerti. Aku berangkat sekarang.". Seru Jungkook.
"Kabari aku terus, Ssaem.". Pinta Vernon, Jungkook mengangguk.
"Hati-hati, Jungkook~ah.". Ujar Jin.
"Mm, pasti.". Jawabnya yang tersenyum. Ia sedikit canggung ketika harus berjalan melewati RM tanpa menyapanya lebih dulu. Namun apa daya, mungkin rasa kecewa RM padanya masih bertahan hingga sekarang sama seperti rasa bersalah yang terus menggerogoti Jungkook hingga saat ini. Maka mau tidak mau, Jungkook harus tetap melewatinya walau tanpa menyapa.
"Jungkook~ah....".
DEG.....
RM memanggil namanya, rasanya seperti mimpi. Dan itu berhasil membuat langkah Jungkook berhenti.
"Jika memang benar itu dia. Aku mohon, bawa dia pulang.". Kata RM yang berdiri kaku, bicara tanpa menoleh pada lawan bicaranya. Jika Jungkook tidak mengepalkan tangannya keras-keras, RM pasti bisa memdengar gemuruh dalam dadanya. Bahkan jika mungkin Jungkook ingin menatap mata Hyung yang ia kecewakan itu.
"Tentu. Jika benar itu dia, akan ku pastikan untuk membawanya pulang.". Jawab Jungkook lalu berlari keluar ruangan menuju lift. Sementara RM lagi-lagi terhuyung terjatuh setengah badan karena Jin keburu mengkapnya.
"Kau sudah berjanji padaku, Namjoon~ah.". Omel Jin.
"Mianh, lututku lemas.". Sahut RM.
Selama setahun setelah kepergian Dokyeom, RapMonster rutin menjalani teraphy dengan Jin. Rasa bersalah yang menggerogoti RM tidak bisa dianggap sepele, ia sering sekali kehilangan kesadaran, kehilangan nafsu makan, kehilangan gairah hidup, seperti tidak lagi membaca buku, tidak lagi menonton berita, tidak lagi bersepeda, padahal itu semua adalah bagian dari hobi nya. Untungnya, Jin berhasil membuatnya mengurangi rasa bersalahnya itu hingga setidaknya ia mampu menjalani kehidupannya yang sekarang sebagai petani apel hijau. Iya, RM membeli satu hektar tanah untuk menanam apel hijau dan membangun sebuah rumah sederhana yang kecil dan minimalis namun jauh dari jalan raya. Udara yang bagus dan dekat dengan pegunungan membuat RM merasa nyaman akan dirinya sendiri. Anggota Fire bergantian datang meski hanya untuk sekedar duduk minum teh, kicauan burung dan suara dedaunan yang terhembus angin membuat hati tenteram.
RapMonster mempekerjakan petani-petani ahli demi untuk dapat memanen apel dengan hasil terbaik. Namun sekarang, RM sampai membutuhkan bantuan warga sekitar untuk merawat pohon apelnya. Yang tadinya hanya sekitar 20 pohon saja, sekarang menjadi lebih dari 120 pohon apel hijau. Yang tadinya hanya sebuah kebun saja, sekarang orang-orang menyebutnya sebagai perkebunan Menteri Kim. Sebutan itu masih bertahan meski sudah lebih dari dua tahun ia melepas jabatan itu. Dan alasan RM memilih menanam apel hijau karena itu adalah buah favoritnya Lee Dokyeom. Ia berharap, semoga suatu hari nanti apel hasil tanamannya bisa dinikmati oleh Dokyeom, dimana pun anak itu berada.
Jungkook mengabari Vernon bahwa pesawatnya akan segera lepas landas. Tangan Vernon berkeringat, RM bahkan terlihat begitu gelisah.
"Sudah kubilang sebaiknya kau dirumah saja.". Omel Jin yang memberikan secangkir teh hangat.
"Darahku rasanya mendidih, Seok Jin-ah. Apa ku susul saja Jungkook kesana?".
"Jungkook baru saja lepas landas, Namjoon~ah. Jika kau tidak bisa mengendalikan diri mu, aku akan minta anak buah Jungkook untuk mengantarmu pulang.". Ancam Jin.
"Huuuft, semoga saja itu bukan dia.". Ujar RM mencoba tenang.
Butuh waktu perjalanan yang panjang untuk sampai USA, paling tidak Jungkook akan sampai disana tengah malam. Hoon sudah membooking hotel yang dekat dengan gedung dimana Secret diintrogasi. Jungkook tidak memanfaatkan waktunya untuk tidur, ia pergi mencari informasi dengan membeli berbagai surat kabar dan standby dengan news siaran langsung melalui televisi di hotel dan laptop yang ia bawa. Ia merasa kesal karena tidak mendapatkan petunjuk tentang wajah Secret yang tertangkap, jika saja ada sedikit petunjuk Lisa bisa langsung menganalisisnya dan Jungkook tidak perlu beradu argumen dengan Rodd seperti sekarang ini.
"Rodd! I have to meet him.(Rodd! Aku harus menemuinya.)Bujuk Jungkook pada orang yang menurutnya paling keras kepala.
"JK. I'm not a ruling person here. Back.".(JK. Aku bukan orang yang berkuasa disini. Kembali lah).Jawab Rodd tidak perduli.
"Rodd, I really have to meet him. Just five minutes. Ah, no. Three minutes. ".(Rodd, aku benar-benar harus bertemu dengannya. Lima menit saja. Ah, tidak. Tiga menit.).Ujar Jungkook.
"If you keep forcing forced I have to think of you as a plot.".(Jika kau terus memaksa terpaksa aku harus menganggapmu sebagai komplotannya.).
"We know, JK. You hide the fact that Secret changed his face into a Korean. His history, he even settled in Korea.".(Kami tahu, JK. Kalian menyembunyikan fakta bahwa Secret mengubah wajahnya menjadi orang Korea. Riwayatnya, dia bahkan pernah menetap di Korea.).Lanjut kata Rodd.
"Stupid.".
"What you say?".(Apa kau bilang?).Seru Rodd tersulut emosi mencengkram kerah baju Jungkook.
"Only I can make sure you catch it Secret or not, stupid.".(Hanya aku yang bisa memastikan yang kau tangkap itu Secret atau bukan, bodoh.). Bisik Jungkook.
"Because Secret killed my students to get his face and life at Keimyung University. He lived a life comfortably as my students and tricked me.".(Karena Secret membunuh anak didikku untuk mendapatkan wajah sekaligus hidupnya di Keimyung University. Dia menjalani hidup dengan nyaman sebagai anak didikku dan menipuku.). Lanjut bisik Jungkook membuat mata Rodd membulat.
"Only I know his current face, Rodd. If you don't believe my words, contact Keimyung University. ".(Hanya aku yang mengenal wajahnya yang sekarang, Rodd. Jika kau tidak percaya ucapanku, hubungi pihak Keimyung University.). Tambah Jungkook menatap Rodd intens.
"Five minutes.". Kata Rodd, Jungkook mengangguk daripada tidak sama sekali.
"Only five minutes. Finished or not after five minutes I will immediately drag you out, JK.". (Hanya lima menit. Selesai atau belum setelah lima menit aku akan langsung menyeretmu keluar, JK.). Tambah ucap Rodd, Jungkook hanya mengangguk mengiyakan, malas mencari masalah.
Rodd membuka pintunya dan mempersilahkan Jungkook masuk lalu menutupnya lagi. Ada dua anggota FBI yang berjaga di setiap sudut ruangan, berdiri dengan sigap. Tersangka berbaju tahanan berwarna orange tengah menundukkan kepalanya menutupi kedua tangannya yang diborgol, Jungkook juga melihat kedua kakinya diborgol. Mendengar langkah kaki mendekatinya, tersangka itu menengadahkan kepalanya dan saling bertatapan dengan Jungkook. Keduanya tertegun karena terkejut.
"Lucas?". Lirih Jungkook pelan, sangat pelan. Ia begitu terkejut melihat wajah Kang Dongho dihadapannya.
"Jeon Jungkook?". Seru Lucas.
"Bagaimana dia bisa ada disini? Sebagai Secret?". Ucap Jungkook dalam hati.
"Kau benar-benar Kapten Jeon? Oh, tuhan masih melindungiku. Tolong katakan pada mereka bahwa aku bukan Secret, mereka salah tangkap. Hanya kau yang bisa memastikan identitasku.". Katanya bicara bahasa korea.
"Kenapa aku harus? Meski kau bukan Secret tapi kau juga salah satu buronan kasus perampokan itu, Lucas.". Sahut Jungkook, ada rasa lega dihatinya karena yang tertangkap bukan Lee Dokyeom.
"Hey, wajahku ini Kang Dongho. Jelas aku bukan Secret.".
"Dimana Kang Dongho yang asli?". Celetuk Jungkook teringat anak didiknya yang belum ditemukan hingga sekarang.
"Kalian belum menemukannya? Hahaha, itu bagus. Aku jadi bisa mengkonfirmasi identitasku sebagai anak itu kan.".
"Dimana Kang Dongho yang asli?". Ujar Jungkook dengan penekanan karena menahan emosi.
"Akan ku beri tahu jika kau berjanji mengkonfirmasi pada mereka bahwa aku bukan Secret.". Katanya, sementara lima menit hampir habis.
"Aku tidak akan kembali ke Korea dan mengganggumu lagi, akan ku beritahu dimana Kang Dongho, tapi berikan konfirmasi bahwa aku bukan Secret.". Bujuk Lucas, tapi Rodd sudah membuka pintu.
"Your time runs out, JK. Come on.",(Waktumu habis, JK. Ayo.). Ajak Rodd. Saat Jungkook berjalan mendekati Rodd tiba-tiba Lucas berdiri.
"Didalam tembok, dibelakang lemari yang berada dikamar ayah dan ibunya.". Seru Lucas, ucapannya membuat Jungkook menghentikan langkahnya.
"Apa tadi kau bilang?". Tanya Jungkook tanpa menoleh.
"Kau bertanya tentang anak itu kan tadi, aku menyembunyikan dia didalam tembok dibelakang lemari yang berada dikamar ayah dan ibunya.". Jawab Lucas.
"JK.". Panggil Rodd karena ia melihat mata Jungkook yang memerah, deruan nafasnya kasar dan tangannya mengepal. Sesuai dugaannya, Jungkook tiba-tiba berbalik dan menerkam Lucas lalu memukulinya habis-habisan.
"HEY, JUNGKOOK! WHAT'S WRONG WITH YOU? STOP.". (HEY, JUNGKOOK! ADA APA DENGANMU? BERHENTI.)". Ujar Rodd yang berusaha melerai namun Jungkook mendorongnya hingga Rodd pun ikut terpental.
Kedua anggota FBI yang tadi berjaga pun ikut melerai tapi tetap tak bisa menghalangi amarah Jungkook yang sudah terlanjur meluap. Dengan leluasa ia memukuli Lucas karena tangan dan kakinya diborgol, Jungkook menendangnya, meninjunya, menginjak kakinya hingga ketika Jungkook gelap mata akan mematahkan tangan Lucas, Rodd cepat-cepat bangkit dan memukul Jungkook lalu mengangkat tubuh Jungkook. Tangan Jungkook penuh darah karena darah dari hidung dan mulut Lucas juga darah dari tangan nya yang lecet karena memukul dengan sekuat tenaga.
"JK. What's wrong with you? Realized. You can be penalty.". (JK. ADA APA DENGANMU? SADARLAH. KAU BISA DIKENAKAN HUKUMAN.)". Teriak Rodd menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook. Mata itu masih merah dan deruan napasnya semakin mengerikan, layaknya Wolf yang sedang mengamuk.
"He is Secret.". (Dia Secret.). Celetuk Jungkook.
"What?".
"He is Secret.....hh.hh.... He is Secret. I SAID HE WAS RIGHT SECRET.". (KUBILANG DIA BENAR SECRET.). Teriak Jungkook, Rodd sangat terkejut sebab ini pertama kalinya Jungkook terlihat lebih menakutkan dari nya. Jungkook yang Rodd kenal adalah Jungkook yang ceria, bertingkah seperti orang bodoh tapi cekatan dan bijaksana. Saat operasi gabungan beberapa tahun lalu pun Jungkook selalu terlihat tak kenal lelah, karena semangatnya yang ceria.
"Calm yourself before. I can't accept your statement if your situation is like this. How can you conclude that he is Secret?". (Tenangkan dulu dirimu. Aku tidak bisa menerima pernyataanmu jika keadaanmu seperti ini. Bagaimana kau bisa menyimpulkan bahwa dia Secret?). Kata Rodd pelan-pelan.
"He admitted killing my students. He said he buryed my students in the wall behind the closet in his father and mother's room.". (Dia mengakui membunuh anak didikku. Dia bilang dia mengubur anak didikku didalam tembok dibelakang lemari yang berada dikamar ayah dan ibunya.). Jawab Jungkook yang mencoba menahan emosinya, mesti matanya masih terlihat merah dan napasnya masih tak beraturan.
"WHAT?". Seru Rodd yang terkejut dengan kekejian Lucas.
"Listen to me carefully, Rodd. Tell your superiors, make sure he gets a punishment. If you are unable to do that, send him in Korea. Our party who will skin slowly slowly.". (Dengarkan aku baik-baik, Rodd. Katakan pada atasanmu, pastikan dia mendapat hukuman yang setimpal. Jika kalian tidak sanggup melakukan itu, kirim dia pada Korea. Pihak kami yang akan mengulitinya pelan-pelan.). Ujar Jungkook yang mencengkram baju Rodd sambil menatapnya. Lalu pergi meninggalkan ruang introgasi. Rodd pun jadi ikut geram pada Lucas berwajah Kang Dongho.
Jungkook kembali ke hotel dan membalut luka ditangannya dengan perban yang dia beli di apotek terdekat. Setelah itu dia mencoba menghubungi Vernon. RM dan Jin masih diruang server sejak kemarin, J-Hope dan Hoshi harus kembali ke Jepang untuk mempersiapkan kualifikasi F1 yang ketiga, Wonwoo harus kembali latihan dengan Mingyu, Woozi dan Jimin harus menjemput Jeonghan di Bandara sementara Scoups dan Jun harus kembali ke rumah sakit.
"Vernon! Kapten Jeon menghubungimu. Video call.". Seru Lisa yang berhasil membuat semua orang memperhatikan layar virtual, karena video yang terputar di ruang server utama juga terputar dilantai-lantai yang lainnya.
"Sambungkan!". Kata Vernon.
"Aktifkan speaker, Lisa.". Lanjut perintah Vernon. RM dan Jin bediri menghampiri Vernon agar dapat melihat Jungkook lebih jelas.
"Speaker di aktifkan.". Sahut Lisa. Setelah tersambung, terlihat sosok Jungkook yang hanya memakai singlet saja tengah terduduk di ujung ranjang, di hotel.
"Lisa, naikkan resolusi video agar lebih jelas.".
"Oke, Vernon.". Sahut Lisa. Sekarang terlihat jelas tangan Jungkook terbalut perban.
"Ssaem! Tanganmu .....".
"Ah, ini? Gwenchana. Ini bukan apa-apa.". Jawab Jungkook. Anggota Wolf terlihat khawatir dari lantai empat.
"Secret. Apa..... kau berhasil menemuinya?". Tanya Vernon hati-hati. Jungkook menggangguk.
"Mm.".
"Lalu... apa ..... dia ....". Ujar Vernon begitu hati-hati, tangan RM berkeringat dan Jin memperhatikan itu sejak tadi.
"Anhiya.... Dokyeomie Anhiya. Lucas ya.". Jawab Jungkook, RM kembali terhuyung namun tidak jadi karena Jin yang siaga, Vernon yang merasa sesak sejak kemarin kini membuang napas lega.
"LUCAS? Waeyo? Anhi, Ottoehkke?". Seru Vernon yang terkejutnya terlambat.
"Nado mwolla. Saat aku masuk ruang introgasi yang ku lihat hanya dia.". Jawab Jungkook.
"Hansol~ah.".
"Ya, Kapten.". Sahut Vernon, tapi Jungkook hanya terdiam. Terlihat seolah dia mengontrol dirinya.
"Ssaem?". Panggil Vernon tenang.
"Mianhada. Neomu mianhada, tapi aku tidak punya pilihan lain.". Ujar Jungkook yang gusar.
"Ssaem.".
"Aku berbohong pada Rodd. A-aku mengakui Lucas itu adalah Secret.". Kata Jungkook, bukan hanya Vernon yang terkejut. Semua orang yang berada di satu gedung itu pun terkejut.
"Lucas mengatakan sesuatu tentang Dongho yang membuatku berang, aku memukulinya habis-habisan disana. Lucas bilang...". Lanjut kata Dongho namun terhenti, ia terlihat mencoba mengendalikan diri.
"Kang Dongho. Kang Dongho..... Kang Dongho ada didalam tembok dibelakang lemari yang berada dalam kamar ayah dan ibunya.". Tambah Jungkook, kini semua orang dalam gedung itu yang tertegun.
"Itu sebabnya kukatakan pada Rodd, bahwa Lucas adalah Secret. Aku melakukan itu bukan demi Dokyeom, tapi untukku sendiri. Aku takut, jika Lucas lepas dari tuduhan. Dan dia keluar dari sana. Aku takut, aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk membunuhnya.". Ujar Jungkook yang menangis.
"Ssaem... ". Panggil Vernon menenangkan, tiba-tiba Jin mengambil alih mic Vernon.
"Tidak apa-apa. Kau telah bekerja keras, Jungkook~ah. Pulang lah. Kang Dongho menunggumu.". Kata Jin, mendengar suara Jin, Jungkook tak lagi bisa menahan sesak didadanya.
"Hyung~ .... hiks.hiks..... malangnya uri dongho....hiks.hiks..". Tangis Jungkook pecah.
"Maafkan aku, Dongho~ah. Maafkan aku..... karena terlambat menemukanmu...hiks.hiks.hiks.".
Semua orang hanya bisa tertunduk ikut merasakan kepedihan Jungkook. Kang Dongho yang asli adalah anak yang ceria, meski ia ketua club beladiri tapi ia tidak terlihat menakutkan justru ia terlihat bersahabat dan selalu tersenyum. Jungkook menjulukinya Giant Kitty, meski ia memiliki tubuh yang tinggi kekar dan besar namun hatinya sangat halus dan naif seperti anak kecil. Mudah tersentuh akan sesuatu yang bahkan sepele.
Jin meminta pada para detektif dilantai satu untuk segera pergi mengecek ke TKP dengan membawa serta Ahli Badan Forensik. Vernon mengabari hal itu juga pada JR atau Kim Jonghyun. Dan anak itu langsung berlari menuju dapur Keimyung University, terlihat Minhyun sedang sibuk mempersiapkan menu untuk makan malam.
"Minhyun~ah. Kajja ...". Teriak JR yang menerobos pintu dapur.
"Mau kemana?". Tanya Minhyun.
"Kang Dongho...". Ucap JR. Minhyun langsung ikut berlari mengikuti JR sampai akhirnya meraka sampai dirumah Dongho yang sudah penuhi oleh para detektif, beberapa Jaksa, dan orang-orang dari Badan Forensik.
Minhyun dan JR masuk perlahan menuju kamar ayah dan ibu Dongho karena mendengar teriakan ibunya Dongho dari sana. Minhyun masuk perlahan lalu melihat yang menjadi pusat perhatian dikamar itu. Dengan begitu hati-hati Badan Forensik membersihkan tulang belulang yang terlihat begitu menyedihkan, seolah tulang belulang itu memohon pertolongan namun tak berdaya. Tangan dan kaki yang terikat lakban plastik dengan sangat tebal berlapis, dan tengkorak kepala yang menunduk tanda ia pasrah, terduduk dengan kaki bertekuk dan lengan yang memeluk kaki itu.
"Penyebab kematiannya apa?". Tanya Jin pada salah satu petugas Badan Forensik.
"Dehidrasi dan kehabisan nafas atau mati lemas.".
"Maksudmu dia mengubur Dongho dalam keadaan hidup-hidup?". Kejut Jin.
"Emh, sepertinya dia juga berusaha berjuang keluar, terlihat dari lakban plastik yang ada bercak hitamnya, itu darah karena lecet dari tangan dan kakinya.". Jawab petugas itu.
"Tubuh anak itu cukup kekar, bukankah mudah menghancurkan semen basah itu jika memang dia dikubur hidup-hidup?".
"Dugaanku, pelaku membiusnya terlebih dulu. Saat Dongho sadar, semennya sudah mengeras. Dengan lingkup ruang sesempit itu, dia tidak cukup mendapat oksigen. Sebab meski ia pingsan pun tetap terus menghirup oksigen kan. Jadilah, ketika ia sadar persediaan oksigen didalam sana hanya tinggal sedikit.". Jawab si petugas menjelaskan.
"Itu Kang Dongho, Ssaem? Yang disana itu Kang Dongho, Ssaem?". Kata Minhyun.
"Minhyun~ah.". Ujar Jin mencoba menenangkan Minhyun.
"Dongho gga wae yeoggi isseo yo, Ssaem?".
"Minhyun~ah kajja!". Ajak JR berusaha menarik tubuh tinggi Minhyun.
"Tunggu! Kang Dongho si berandal itu kenapa bisa ada disana? Wae? Wae? Wae? WAEYOOO?". Teriak Minhyun histeris.
"Dongho~ah..... hiks.hiks... Dongho~ah. KANG DONGHOOO!". Tangis Minhyun yang duduk bersimpuh didepan tulang belulang Kang Dongho.
Selama dua tahun ini Minhyun lah yang tak pernah absen menyebarkan selebaran yang ada foto Dongho didalamnya, setelah pulang bekerja di dapur Keimyung University, Minhyun selalu meminta izin pada Malik untuk mempersempit waktu tidur nya selama tiga jam demi untuk menyebarkan selebaran itu. Malik mengizinkannya tapi tidak terlalu sering, karena Minhyun adalah kepala Chef di Keimyung University. Tanggung jawab Minhyun bukanlah hal sepele, ia bertanggung jawab akan semua menu yang tersedia di kantin Keimyung University untuk semua siswa disana.
Kini sudah satu minggu Minhyun tidak keluar kamarnya. Ia bahkan tidak menghadiri upacara pelepasan Kang Dongho di Keimyung University. Banyak yang mencatat note kecil, pesan untuk Dongho. Dari semua pesan terselip satu pesan.
"SELAMAT JALAN, KAWAN.". -- NUES'T...
BERSAMBUNG ...