Mo Yanchen mengangkat alisnya dan menatap ke arah Shen Chengjing, "Mudah juga membuatmu mengakuinya!"
Shen Chengjing sangat terus terang, membuat Mo Yanchen kagum padanya.
Sebagai seorang tentara, Mo Yanchen lebih menyukai sesuatu yang disampaikan apa adanya. Ia akan merasa membuang waktunya bila mendengarkan sesuatu yang berbelit-belit.
Setelah makan, Mo Yanchen tetap diam dan malah mendapatkan kesan yang sangat baik.
"Lain kali saat kau ada masalah, aku bisa membantumu. Jangan terlalu memaksakan diri. Sebagai seorang pria, aku pasti bisa membantumu." Mo Yanchen mengulurkan tangannya dan menggosok kepala Shen Chengjing. Setelahnya, ia mengambil mangkuk yang bersih untuk dikembalikan ke dalam dapur.
Saat Mo Yanchen berbalik ke dapur, Shen Chengjing melihat sosok bayangan pria yang besar itu. Ia pun tanpa sadar menyentuh rambut yang masih ada bekas aroma pria itu.
Jangan terlalu memaksakan diri, aku bisa menolongmu. Kamu bisa meminta bantuanku saat ada masalah, ucapan Mo Yanchen ini terngiang-ngiang di kepala Shen Chengjing.
Perkataan seperti itu sungguh tidak pernah didengar oleh Shen Chengjing dari orang lain. Padahal pria itu masih termasuk orang asing baginya.
Mo Yanchen tidak hanya sudah menolong Shen Chengjing, ia juga mengingatkannya untuk tidak terlalu memaksakan diri. Dengan terus terang, ia akan membantu semua masalah Shen Chengjing.
"Aku pun juga akan membantumu." Shen Chengjing berdiri dan masuk ke dalam dapur. Sayangnya ia malah didorong keluar, "Tanganmu masih terluka, jangan menambah pekerjaan di sini. Cepat, kembali beristirahat dengan tenang."
Shen Chengjing tetap berdiri di pintu dapur. Sambil melihat gerakan Mo Yanchen yang gesit, ia bertanya, "Apa kamu sering mengerjakan pekerjaan rumah semacam ini?"
"Ketika menjadi tentara, aku sering diminta memasak bersama rekan seangkatanku. Aku pun jadi terbiasa." Jawab Mo Yanchen.
"Kamu pernah menjadi seorang tentara? Pantas saja." Shen Chengjing awalnya tidak percaya dengan pengakuannya itu. Akan tetapi setelah melihat caranya berjalan serta posisi duduknya yang begitu tegak, ia menyadari bahwa setiap gerakannya sungguh sesuai dengan aturan tentara yang selalu siap siaga.
"Dari kecil aku sangat kagum dengan para tentara, ayahku pernah mengatakan bahwa setiap tentara seperti dewa. Sewaktu kecil, aku sangat ingin pergi menjadi tentara, sayangnya tidak diizinkan." Ucap Shen Chengjing sambil menundukan kepala dan mengingat masa-masanya yang paling bahagia.
"Kamu harus ada persiapan mental, sekarang kamu harus mengaguminya seumur hidup!"
"Hei, jangan narsis ya!" Suasana hati Shen Chengjing menjadi sangat senang. Ia seolah melupakan masalah hubungannya dengan Mo Yongqiang dan beberapa hal yang tidak menyenangkan lainnya.
"Aku mau menjawab panggilan ini." Tiba-tiba ada panggilan masuk yang membunyikan ponsel Shen Chengjing di atas meja makan. Setelah memberi hormat, gadis ini langsung berlari mengambilnya.
"Halo, apakah ini dengan Nona Shen?"
"Iya dengan aku sendiri."
"Aku dari studio Lan Guang. Belakangan ini kami sedang bersiap untuk sebuah film tentang perjalanan waktu melampaui masa lalu, apakah kamu ada waktu untuk mencoba audisinya?" Ucap manajer dari panggilan tersebut.
Manajer itu melanjutkan, "Sutradara telah melihat video pendekmu beberapa bulan ini dan merasa bahwa kemampuan aktingmu cukup baik. Dia akan menawarimu menjadi tokoh perempuan kedua."
"Benarkah? Aku bukan sedang bermimpi?" Shen Chengjing belum pernah mendapatkan peranan tokoh perempuan kedua, tetapi siswa di sekolah sudah sering mendapatkan peranan seperti itu.
"Tentu saja. Aku akan mengirimkan alamat dan waktu untuk audisi ke nomormu ini. Semoga ada kesempatan untuk bekerja sama denganmu." Balas manajer itu sangat sopan.
Setelah menutup telepon, ada bunyi sebuah pesan diterima. Shen Chengjing pun membaca pesan yang berisi alamat audisi. Setelah dicari nama studio Lan Guang ini, ternyata studio ini sangat terkenal dan memiliki reputasi yang sangat baik.
"Apa ada yang membuatmu begitu senang?" Tanya Mo Yanchen.
"Mo Yanchen, aku ditawari sebuah audisi. Kemungkinan besar aku akan dengan cepat mendapatkan pekerjaan magangku. Pada saat itu, aku akan bertanggung jawab untuk mencari uang untuk kita." Dengan senang Shen Chengjing melompat dan menarik tangan Mo Yanchen.
"Mencari uang untuk kita?" Mo Yanchen mengangkat alisnya dengan tidak senang, "Apakah Nyonya sudah bersiap untuk menghidupiku?"
"Aku sudah mengatakannya kepadamu bahwa dengan menikahiku, aku pasti tidak akan merugikanmu!" Ucap Shen Chengjing sambil menepuk dadanya dan menatap wajah tampan Mo Yanchen.
Shen Chengjing pun berkata dengan nada kagum, "Wajahmu begitu tampan. Kalau sampai masuk ke dunia perfilman, pasti akan sangat terkenal dengan penampilanmu sebagus ini."
Shen Chengjing seketika membayangkan Mo Yanchen menjadi tokoh utama prianya. Sayangnya, mimpi indahnya ini sangat cepat dirusak.
"Kamu akan membantuku menghidupi kebutuhanku, apa aku begitu membutuhkannya?" Tanya Mo Yanchen dengan suara yang dalam dan sangat seksi. Seketika telapak tangannya yang besar meraba kepala Shen Chengjing seakan tidak mempercayai ucapannya.
Mo Yanchen terlalu dekat, dan Shen Chengjing merasa aroma maskulin dari badannya semakin pekat. Mo Yanchen menatap bibir merah mudah Shen Chengjing dan menundukkan kepala. Sekarang posisi mereka semakin berdekatan dan….