"Wow." Shen Chengjing menempelkan sidik jarinya ke sebuah layar. Setelah beberapa lama, ia melihat bahwa tembok yang ada di hadapannya mulai bergerak. Nyatanya, tembok itu adalah pintu yang menghubungkan sebuah ruangan lain yang besar di belakangnya.
Ya, ruang tamu yang tersembunyi di balik pintu besar ini terlihat sangat besar dan memiliki desain interior yang tradisional. Ruangan ini sungguh memiliki kesan yang klasik.
"Aku bukan sedang bermimpi, kan?" Shen Chengjing hanya berdiri sambil merasa takjub melihat ruangan ini. Saat masuk, matanya tidak hentinya melihat ke kiri dan kanan. Ia masih tidak percaya hal yang dilihatnya sekarang.
Rumah sebesar ini sungguh ditinggali oleh seorang saja? Andaikan benar, bukankah ini masih terlalu luar biasa? Pikir Shen Chengjing.
Melihat Shen Chengjing terkagum-kagum dengan ruang tamunya, Mo Yanchen melangkah mendahuluinya dan menarik sebuah pintu. Ternyata di depan pintu tersebut ada sebuah kamar yang besar.
"Ini adalah kamarmu." Ucap Mo Yanchen.
Shen Chengjing yang ada di belakang pria itu langsung masuk ke kamar itu dan melihat sebuah koper miliknya sudah tergeletak di lantai kamar ini.
"Barangku kenapa ada di sini?" Tanya Shen Chengjing sembari berjalan mendahului Mo Yanchen. Ia membuka koper itu untuk memastikan barang-barang di dalam adalah miliknya.
Barang Shen Chengjing memang tidak terlalu banyak, sehingga sangat mudah untuk memastikannya. Namun, ia tetap bingung dengan penyebab barangnya ada di sini.
"Aku yang menyuruh orang membawanya. Kamu akan tinggal di sini dan mengurus makananku setiap hari mulai sekarang." Jawab Mo Yanchen menjawab ekspresi bingung Shen Chengjing.
"Ha!!!" Shen Chengjing langsung menoleh ke arah Mo Yanchen dan mendekatinya. Seketika ia bertanya seakan tidak menerima ucapan pria ini, "Ternyata kamu menyuruhku untuk menjadi pembantumu, ya?"
Mo Yanchen duduk di atas sofa, ia pun memberi isyarat tangan kepadanya agar ikut duduk di sebelahnya.
"Ada pertanyaan apa? Tanyalah..." Jawab Mo Yanchen dengan santai. Pria ini tampak duduk dengan tegak dan tangan panjangnya yang indahnya diletakkan di atas lutut. Gaya duduk ini menampakkan sikapnya yang sopan dan membuatnya makin terlihat tampan.
Awalnya Shen Chengjing membuang pandangannya dari Mo Yanchen dan melihat ke tempat lain. Namun tidak lama kemudian ia bersandar dan menatap pria itu dengan tajam. Seakan terlihat kesal, ia bertanya, "Mengapa aku?"
"Karena kamu juga menyebalkan." Jawab Mo Yanchen lalu sudut mulutnya terangkat dan memberikan senyuman yang indah, "Tetapi, sepertinya kamu yang mencariku duluan!"
Shen Chengjing seketika merasa langkahnya meminta bantuan orang ini adalah pilihan yang salah. Ia mengangkat kepala dan menatap mata Mo Yanchen.
Walaupun merasa ada tekanan yang tidak menenangkan, tetapi ia mencoba bertahan. Setelah menghirup napas panjang, ia pun memberanikan diri berkata, "Aku tidak mau tinggal di sini. Aku sudah memiliki tempat tinggalku sendiri!"
Mo Yanchen tidak menjawab dan menatap sepasang mata Shen Chengjing yang indah. Ia memandangnya seakan menunggu sesuatu.
"Ding." Bunyi dari suara ponselnya berbunyi.
Shen Chengjing langsung menjawab telepon dan wajahnya berubah total, "Apa? Rumahku sudah dijual? Tidak mungkin, kenapa barang atas namaku masih bisa dijual?"
"Nona Shen, masalah jual beli rumah Anda sudah diurus sejak kemarin malam. Sebelum Anda berumur 19 tahun, maka kekayaan itu adalah milik keluarga Shen. Anda tidak memiliki kekayaan apapun." Pengacara itu menjelaskan.
Mengenai masalah ini, pengacara Shen Chengjing juga merasa sangat bersalah atas terjadinya hal ini.
"Pengacara Li, kemarin malam Anda sudah mengatakan bahwa saat aku berumur 19 tahun dan sudah menikah dengan seseorang, maka semua kekayaan itu akan menjadi milikku. Lalu, kenapa bisa seperti ini." Shen Chengjing panik.
Semua harta yang dimiliki Shen Chengjing merupakan hasil jerih-payah ayahnya. Namun, bagaimana mungkin bisa dijual begitu saja?
"Maaf. Sebelum kemarin malam, Anda masih belum berumur 19 tahun. Kepemilikan rumah Anda pun masih bisa berubah. Selain itu, kekayaan yang Anda terima saat berumur 19 tahun dan yang sudah menikah adalah saham dari perusahan keluarga Shen sebanyak 30%." Ucap Pengacara Li dengan nada meminta maaf.
Shen Chengjing menutup teleponnya, kedua tangannya mengepal dengan erat. Ia tidak menduga bahwa Shen Zhicai bisa begitu serakah dan tamak.
"Ada masalah?" Setelah melihat Shen Chengjing menutup telepon, mata hitam Mo Yanchen itu menatapnya dengan datar seakan menutupi kebenaran bahwa dirinya sudah mengetahui informasi itu.
Sebenarnya saat kemarin malam ketika sedang menyelidikinya, Mo Yanchen sudah mengetahui masalah ini. Namun sebagai orang di luar keluarga tersebut, ia tidak ada hak untuk ikut mencampurinya.
Namun saat gadis itu datang dan sepertinya berjodoh dengannya, maka ia akan menggunakan semua usahanya untuk mendapatkan semua kekayaan itu untuk istrinya ini.
"Iya." Shen Chengjing juga tidak menyembunyikannya. Masalah yang ditakutkannya sudah seburuk ini, apakah masih bisa lebih buruk lagi?
"Aku ada masalah dan harus keluar sebentar." Lanjut Shen Chengjing dengan nada meminta maaf. Ia sudah tidak peduli bila pria ini tidak membolehkannya dan langsung pergi begitu saja.
Mo Yanchen yang duduk di atas sofa melihat gadis ini berbalik dan berpikir sejenak. Dengan sikap keras kepalanya, ia ragu bila gadis ini akan mengakui kekalahannya atas perlakuan keluarganya itu.
"Kak Chen, orang keluarga Shen juga keterlaluan sekali." Tidak tahu awal kemunculannya, tiba-tiba Wu Hao ikut mengomentari situasi yang dialami Shen Chengjing.
Mo Yanchen menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya, "Belakangan ini kamu sepertinya sangat santai ya!"
"Maaf, Kak Chen. Aku hampir lupa bila ada pekerjaan lain." Wu Hao yang menyadari maksud Bosnya ini langsung mengambil kunci dan kabur.