Chereads / Aldi dan Batu Bulan / Chapter 3 - Gadis berambut Merah

Chapter 3 - Gadis berambut Merah

"Din, apakah dia-" kata-kata Tania juga terputus,ketika dia melihat wajah tak percaya Aldi.

Senyum yang di wajahnya beberapa saat lalu menghilang dan berubah menjadi cemberut masam ketika dia meneruskan menata meja makan.

"Kenapa kau disini, dasar mesum!"

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu!" Tukas Aldi,memukul meja tersebut. Kemudian memandang Dini yang pura-pura tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Kau sudah tahu,kan? Kalau dia akan tinggal disini?" Kata Aldi berang.

"Tentu saja." Kata Dini,

"Aku ingin memberi tahu saat kau dihukum,tapi kau malah mengusirku!"

"Aku tidak mengusirmu!" Kata Aldi mengoreksi.

"Tunggu sebentar," kata Tania menatap Dini, "Kau kenal dengan si mesum ini?"

"Ya, karena dia sepupu-"

Kata-kata Dini terputus ketika terdengar ketukan di pintu.

Aldi bergegas menuju ke ruang depan,hanya karena ingin menghindari di gadis berambut merah dan membuka pintu depannya. Dibalik pintu berdirilah : seorang pemuda yang mirip dengan Aldi, lebih tampan dan gagah dari Aldi,dengan zirah seorang ksatria yang lengkap.

Lima detik setelah Aldi melihat wajah pemuda itu yang tersenyum,dia langsung menutup pintu asrama lagi dan si pemuda tadi berteriak sambil memukul pintu itu.

"Aldi! Buka Pintunya! Ayah ingin bicara denganmu!"

Aldi membuka pintu lagi,setelah menghela napas. Bersamaan dengan kedua gadis yang memasuki ruang depan.

"Jadi, ada apa Raja memanggilku?"

Namun,si pemuda itu tidak mendengarnya dan memandang kedua gadis di belakang Aldi.

"Wah,aku tidak heran kau dipanggil si mesum hari ini!" Kekehnya.

Tania berbisik keras kepada Dini di belakang Aldi.

"Siapa laki-laki keren itu?"

"Alfan, pangeran pertama sekaligus kakak Aldi!"

"Tidak mungkin,jadi Aldi itu-"

"Kenapa Raja memanggilku?"kata Aldi lagi, dengan suara lebih keras.

"Kau nanti juga akan tahu."

Aldi menghela napas lagi,sebelum berkata.

"Baiklah."

"Nah, sekarang ikut aku adik kecil-"

"Aku bukan Adikmu!" Tukas Aldi.

"Kejam sekali, bukankah kita saudara-"

"Ya, saudara tiri." Kata Aldi kemudian mengikuti Alfan keluar dari gedung asrama menuju ke arah kastil, meninggalkan dua gadis di ruangan yang sama.

"Dia bilang mereka saudara tiri." Kata Tania, berjalan kembali menuju ke ruang makan.

"Ya, mereka memiliki ibu yang sama,tapi..." Dini berhenti bicara,dan Tania menoleh kepada gadis berambut biru yang kini menjadi murung.

"Kenapa?" Tanya Tania bingung.

"Raja bersikap buruk kepada Aldi, karena itu sejak kecil dia tinggal bersama keluargaku."

"Begitu,ya?" Kata Tania,"Aku telah berkata buruk kepadanya." Tania kini terlihat sangat menyesal sekarang, Dini yang melihat ini menggeleng cepat.

"Tidak usah dipikirkan. Aldi akan baik-baik saja."

"Tapi, bagaimana kalau dia dimarahi gara-gara aku?"

"Mana mungkin!" Kata Dini, membawa Tania kembali menuju ruang makan.

Namun,Aldi baru kembali saat tengah malam,ketika Tania sedang membaca buku di ruang rekreasi.

Aldi membuka pintu dengan berang dan memasuki ruangan itu dengan berkata keras.

"Sial!" Dan bergegas menaiki tangga menuju lantai dua tanpa mempedulikan Tania yang tercengang melihat tingkah laku Aldi.

Gadis itu bergegas menyusul Aldi, dan dia sampai di lantai dua ketika Aldi membanting pintu kamarnya. Tania mengetuk pintu dan suara teredam Aldi terdengar.

"Aku tidak lapar,Din. Jangan ganggu aku."

"Ini aku." Kata Tania,dan beberapa saat kemudian pintu kamar itu terbuka dan Aldi berdiri di balik pintu,dengan wajah kesal yang berusaha untuk disembunyikan.

"Jadi,apa maumu?" Kata Aldi agak dingin.

"Boleh aku masuk?" Kata Tania melempar senyum masih yang membuat Aldi curiga. Aldi menyingkir dari pintu membiarkan Tania memasuki kamarnya yang setengah berantakan.

"Apa kau itu pemalas?" Kata Tania duduk di ranjang Aldi.

"Apa kau hanya ingin mengejekku saja?" Timpal Aldi duduk di kursi meja belajarnya.

"Kenapa kau dipanggil Raja?" Begitu Tania mengatakan itu, kemarahan dalam tubuhnya memuncak, namun Aldi tidak ingin menyakiti perasaan gadis itu.

"Apa aku harus memberitahumu?" Kata Aldi dengan suara bergetar, menahan emosi yang meledak-ledak didalam tubuhnya.

Tania tidak menjawab setelah melihat ekspresi Aldi.

"Dia memintaku agar bersikap lebih dewasa," kata Aldi dingin, "padahal aku bukan anak kecil lagi,konyol kan? Padahal aku bukan anak kandungnya. Tapi,dia suka sekali mengatur ku-"

"Bukankah itu bagus." Kata Tania parau,"Masih ada yang peduli denganmu-"

"Apa kau berpikir dia itu mencoba bersikap baik kepada anak tirinya?" Kata Aldi berang,bangkit berdiri.

"Kau tidak tahu apa yang kurasakan-"

"Dan kau juga tidak tahu apa yang telah aku rasakan sejak kecil!" Timpal Tania, membuat Aldi terdiam.

"Maaf!" Kata Aldi parau, kemudian duduk lagi di kursinya. Menatap gadis berambut merah yang kini berwajah masam itu.

"Kau bilang kau berasal dari kota Whiten? Kota Siluman Harimau Putih yang kini menjadi kota mati?" Kata Aldi, berpikir mengubah topik mungkin akan mencairkan suasana yang canggung saat ini.

"Ya,apa kau tidak percaya?"kata gadis itu pedas.

"Yah,aku tidak percaya kalau masih ada yang tinggal di tempat itu. Apa kau satu-satunya yang selamat dari Pembantaian itu" tanya Aldi dan Tania mengangguk pelan.

"Aku hanya memanfaatkan harta yang diwariskan oleh orang tuaku, sebenarnya banyak orang dari kerajaan yang memintaku untuk pindah,tapi..." Kelanjutannya tak terdengar oleh Aldi.

"Jadi,kenapa kau ke ibukota dan masuk Akademi?"

Tania tidak menjawab, dan berkata dengan wajah memerah.

"Apa aku bisa minta tolong?"

Sebelum Aldi bisa menjawab. Gadis itu telah meninggalkan kamar dan Aldi mengikutinya menuju lantai tiga. Dan dia berhenti di depan pintu dengan papan bertuliskan nama gadis itu.

"Jadi,kau ingin aku melakukan apa?" Tanya Aldi bingung.

"Buka Pintunya!" Kata Tania berdiri di belakang Aldi, membuat Aldi terheran-heran. Aldi membuka pintu kamar itu.

Dan begitu pintu terbuka,Aldi langsung paham. Ketika seekor tikus keluar dari kamar itu dan Tania menjerit.

"Jangan bilang kau takut dengan tikus?" Kata Aldi masih tidak percaya. Gadis yang dia kira menakutkan ternyata takut ketika melihat tikus. Sekarang gadis di belakangnya itu mencengkram bahunya erat-erat. Sambil menyembunyikan wajahnya di balik punggung Aldi.

"Tikus itu sudah pergi-"

"Tidak,masih ada satu di dalam lemari!" Rengek gadis itu, setengah menangis.

Aldi menghela napas,dan berkata.

"Baiklah aku akan mengusirnya,bisa kau lepaskan aku?" Kata Aldi. Namun,gadis itu tidak bergerak dari tempatnya.

"Tania,bisa kau lepaskan aku?"

"Tikus itu akan mengejarku!"

"Kalau begitu bagaimana aku harus mengusirnya sekarang?"

Dan gadis itu melepaskannya dan Aldi memasuki kamar dan menutup pintu kamar itu lagi, sementara Tania berlutut di depan pintu.

Beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka dan Aldi keluar.

"Kau sudah mengusirnya?" Kata Tania memegang sapu dalam tangan yang gemetar.

Aldi nyengir dan mengeluarkan seekor tikus yang dia simpan dalam sakunya. Tania menjerit dan menghatam wajah Aldi dengan sapu yang di pegangnya.