Chereads / My Lovely Bodyguard. / Chapter 22 - Sandiwara berkelanjutan

Chapter 22 - Sandiwara berkelanjutan

Saat siang, Bryana mengajak Dean ke suatu butik ternama yang menjual pakaian khusus untuk pria. Janda muda itu berniat mencarikan setelan tuxedo untuk sang bodyguard yang akan menjadi pasangannya di pesta pernikahan sahabatnya yang akan digelar besok malam.

Dalam sebuah butik yang mewah dengan dinding kaca yang membatasi beberapa ruangan untuk  memisah berbagai jenis pakaian dipajang, Bryana mengajak Dean ke bagian jenis yang menyediakan berbagai macam tuxedo.

"Jill, untuk apa kita ke sini?" tanya Dean dengan mengerutkan keningnya.

"Tentu saja aku harus membeli pakaian yang keren untukmu besok, Dean. Tidak mungkin aku membawamu sebagai pasangan tapi kamu pakai pakaian bodyguard atau t-shirt seperti ini," jelas Bryana sambil memilih tuxedo yang pas untuk Dean. Dia mengambil salah satu tuxedo kemudian menempelkannya ke tubuh Dean, lalu mengembalikan ke gantungan pakaian lagi dan memilih lagi.

Sembari mengikuti Bryana, Dean menyentuh salah satu tuxedo yang menarik perhatiannya. Namun saat melihat bandrol yang tergantung di bagian kerah tuxedo itu, dia menggeleng menelan salivanya.

"Jill, lebih baik tidak perlu membelikan pakaian untukku, harganya sangat mahal dan lebih baik aku memakai tuxedo milikku saja. Kebetulan, aku punya satu di rumah," ucap Dean dengan tatapan tidak nyaman.

Bryana menghela napas melirik Dean yang terlalu memikirkan harga, namun dia tidak mengindahkan perkataan bodyguard nya itu dan malah memilih salah satu tuxedo yang terbilang mewah dengan warna hitam polos.

"Coba pakai ini, sepertinya sangat pas untukmu," seru Bryana sembari memberikan tuxedo itu pada Dean.

"Jill, ini pasti mahal. Aku bahkan tidak akan mampu membelinya dengan gajiku," ucap Dean setelah melirik harga yang dibandrol untuk tuxedo itu.

"Aku yang akan membelinya untukmu, bukan kamu yang membayarnya. Sudah sana pakai saja, aku tunggu di sini," seru Bryana dengan mendorong Dean ke arah ruang ganti yang terletak dekat pintu belakang butik itu.

Dean menghembuskan napas kasar dan segera masuk ke ruang ganti. Dia segera melucuti pakaian nya kemudian menggantinya dengan mengenakan setelan tuxedo itu.

Di luar, Bryana menunggu sambil memilih tuxedo lagi, dia berpikir mungkin saja tuxedo yang tadi tidak pas untuk Dean.

"Bryana," seorang pria memanggil Bryana.

Bryana pun segera menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya dan dia langsung menatap malas orang itu. 'Alex. Aku mimpi apa semalam? Hingga harus bertemu dengannya di sini.'

"Kita harus bicara penting, Bryana," ucap Alex sembari mendekati Bryana yang langsung memalingkan wajahnya.

"Bicara apa, apa kamu mau berencana menculik Calvin lagi, heh?" tanya Bryana dengan tatapan marah.

"Bryana, dia putraku, aku berhak mengambilnya. Dan jangan sebut aku menculiknya karena aku memiliki hak atas dirinya!" Alex menegaskan dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Bryana tersenyum tipis kemudian menatap Alex. "Asal kamu tahu, karena ulah orang-orangmu yang bodoh itu, Calvin jadi terluka. Dan ingatlah bahwa aku tidak akan memberikannya untuk kamu asuh bersama kekasih gelapmu itu!"

"Bryana, tapi aku berhak bertemu dengannya! Kamu tidak boleh menghalangi seorang ayah untuk menemui putranya!" Alex tetap negeyel kemudian seorang wanita yang terlihat seperti sedang hamil menghampirinya.

"Sayang," sapa wanita itu.

Bryana memutar bola matanya seolah menatap malas wanita itu dan dia pun memilih untuk memalingkan wajahnya.

"Tunggu sebentar, Sayang, aku harus bicara dengan wanita sombong ini," seru Alex pada wanita yang mungkin sudah menjadi istrinya itu.

"Aku tidak akan tinggal diam, sebentar lagi hak asuh Calvin akan jatuh ke tanganku. Aku akan membuat hakim memilih untuk memberikan hak asuh Calvin kepadaku!" ucap Alex dengan tegas sambil menunjuk wajah Bryana.

"Oh, lakukan saja jika bisa. Hakim tidak akan memberikan keputusan itu karena kamu bukan ayah yang baik," tantang Bryana dengan menatap tajam Alex.

"Hak asuh akan tetap jatuh kepadaku, karena kamu hanya akan sibuk bekerja tanpa sempat mengurusnya." Alex mendekati wanita itu kemudian merangkulnya dari samping. "Dan aku punya istri yang bisa menjadi ibu untuk Calvin. Dia akan lebih memiliki waktu dan perhatian pada Calvin dibanding kamu!"

Bryana menatap benci pada Alex yang begitu sombong memamerkan istri barunya yang dulu memang selingkuhannya saat masih menjadi suami Bryana. 'istrimu bahkan tidak lebih cantik dariku,' batinnya dengan kesal.

"Lakukan saja semua upaya mu itu, aku akan tetap mempertahankan Calvin untuk tetap bersamaku dan tidak akan diasuh oleh istrimu yang jelek itu!"

"Jaga ucapanmu, Sialan!"

Dean yang sudah mengenakan setelan tuxedo pilihan Bryana pun segera keluar dari ruang ganti dan menghampiri Bryana.

"Jill, bagaimana menurut ...." Perkataan Dean terhenti saat melihat ada pria sedang bersama wanita sedang mengangkat tangannya hendak menampar Bryana.

Dean segera mendorong Alex yang hampir menampar Bryana. "Jika tanganmu sampai mengenai wajahnya, aku akan meremukkan tulang mu sekarang juga!"

Alex yang hampir tersungkur di antara banyaknya jas tuxedo tergntung pun menatap heran pada Dean. Mungkin dia penasaran karena belum pernah bertemu Dean sebelumnya.

"Jangan campuri urusanku, Sialan!" seru Alex dengan geram mengepalkan tangannya.

"Jika kamu mengganggunya, maka itu akan menjadi urusanku," balas Dean dengan tegas dan mata yang tajam seolah berkilat penuh kebencian, karena dia paling tidak suka melihat seorang pria hendak menggunakan tangan untuk menyakiti seorang wanita.

Alex tersenyum sinis pada Dean. "Memangnya siapa kamu, tidak usah sok membela wanita sombong ini!"

Bryana menatap benci pada Alex yang selalu mengatakan dirinya adalah wanita sombong. Dia segera menggandeng tangan Dean dan berkata, "dia adalah calon suamiku dan kamu tidak akan bisa mengambil Calvin dariku karena aku sudah akan memiliki suami yang pantas untuk menjadi ayah baru Calvin."

Dean terdiam melirik Bryana yang mengaku sebagai calon istrinya. 'Apa ini mimpi?' batinnya sembari melirik tangan mulus Bryana yang melingkar di lengannya.

"Oh, jadi kamu sudah punya calon suami. Semoga calon suamimu ini tidak akan direndahkan oleh keluargamu hingga dia tidak memiliki niat untuk membatalkan pernikahannya denganmu," ucap Alex bernada menyindir.

Bryana semakin geram karena Alex mulai mengukit masalalu. "Alex, sebenarnya tidak ada yang merendahkan mu. Dan asal kamu tahu, kita bercerai itu karena kamu yang memulai api perselingkuhan dengan wanita sialan ini!"

"Tetap saja keluargamu dan dirimu itu sombong!"

"Jangan sembarangan berkata! Calon istriku sangat baik dan aku adalah pria paling beruntung karena bisa mendapatkannya. Kamu akan menyesal karena memilih mendua dengan wanita yang tidak lebih cantik darinya." Kali ini Dean ikut berbicara sembari menyentuh tangan Bryana yang melingkar di lengannya. Dia seperti menikmati sandiwara yang membuatnya di panggil dan dapat memanggil "sayang" pada Bryana. itu seperti mewakili hatinya yang paling dalam.

"Sayang, sebaiknya kita pergi saja dari sini. Aku akan mual jika terus berdekatan dengan mereka," ucap Bryana sembari menarik Dean menemui pemilik butik yang sedang melayani pembeli lain.

Alex menatap kepergian Bryana dan Dean dengan penuh kebencian. Dia mengepalkan tangannya seakan ingin meninju Bryana.

"Apa kamu cemburu?" tanya wanita yang berada di samping Alex.

"Tentu saja tidak, untuk apa aku cemburu pada wanita sombong itu? Lebih baik kita cari pakaian di tempat lain saja." Alex segera mengajak wanita itu keluar dari butik, karena dia tidak ingin melihat kemesraan Bryana dan juga Dean.

Bryana yang masih menggandeng tangan Dean pun berjalan menghampiri pemilik butik yang langsung terpesona pada ketampanan Dean.

"Astaga, Bryana. Apa dia calon suami mu?" tanya pemilik butik itu dengan nada kagum.

Bryana tersenyum kaku melirik Dean yang langsung menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

'ini sandiwara yang jadi salah paham untuk semua,' batin Bryana sembari memijat keningnya.

"Aku ... aku harus mengambil pakaian ku di ruang ganti, karena ini belum tentu pas," ucap Dean dengan gugup, karena dia grogi dengan posisinya yang saat ini begitu dekat dengan Bryana. Baginya sandiwara ini sudah berakhir Karena sudah tidak ada Alex. tapi Bryana masih saja memegangi lengannya, membuatnya berkeringat dingin dan berdebar.

Bryana pun tersenyum kaku dan mengeratkan pegangan tangannya pada Dean kemudian melirik pemilik butik. "Tania, tolong carikan jas yang cocok untuk calon suamiku, karena dia seleranya cukup tinggi," serunya kemudian.

Oke, ternyata sandiwara itu masih berlanjut. Lalu siapa yang diuntungkan? Dean atau Bryana? Atau mereka sebenarnya memang suka jika berdekatan seperti itu?

"Jill, mereka akan semakin salah sangka," bisik Dean.

Bryana hanya mengabaikan bisikan Dean karena pemilik butik itu sedang berbicara dengannya.

"Baiklah, Bryana, aku akan mencarikan yang cocok untuk calon suamimu yang tampan itu. Kebetulan aku memiliki koleksi baru dengan kualitas ORI," ucap Tania dengan tersenyum percaya diri kemudian berjalan ke arah ruangan lain.