Setibanya di kantor, Dean berjalan mengikuti Bryana dengan langkah ragu karena saat itu pula para karyawan yang didominasi oleh para gadis cantik menatapinya dengan memicingkan mata mereka.
"Apa Dean naik jabatan?"
"Apa dia bukan lagi bodyguard? Tapi tadi pagi dia masih jadi bodyguard."
"Tidak peduli dia naik jabatan atau masih jadi bodyguard, aku justru tidak bisa memungkiri bahwa dia pria yang gagah dan tampan. Kharisma nya sebagai bos terpancar kuat di wajahnya yang tampan dan mempesona itu."
Dua karyawan perempuan saling berbisik sembari melirik Dean yang berjalan di samping Bryana hingga mereka tidak fokus pada pekerjaan lagi bahkan lupa menyapa bos nya yang sedang lewat.
Setibanya di lift, Bryana segera masuk diikuti oleh Dean dan juga beberapa karyawan lain yang ternyata adalah Monica dan Kareen. Mereka berempat pun saling diam menunggu lift yang mengantar mereka tiba di lantai yang dituju.
'Entah kenapa, aku tidak suka dengannya. Sepertinya dia menyukai Dean,' batin Bryana sesekali melirik Kareen yang sejak tadi melirik ke arah Dean yang berdiri di sisi kiri Bryana.
"Monica, setelah ini kamu dan juga ...." Bryana melirik Kareen.
"Kareen, Bu," sambung Kareen memberitahukan namanya yang mungkin belum dihapal oleh Bryana.
"Ah iya Kareen, kamu juga ikut ke ruangan saya," seru Bryana dengan tatapan datarnya, kemudian kembali fokus menatap ke depan.
Saat lift terbuka, Monica dan Kareen mempersilahkan Bryana untuk keluar terlebih dahulu diikuti oleh Dean. Setelah bos dan bodyguard itu keluar, mereka pun menyusul.hingga memasuki ruangan CEO yang terletak di dekat ruang sekretaris.
Bryan berjalan menuju meja kerjanya kemudian duduk di kursi kebesarannya sedangkan Dean berhenti dan berdiri di depan pintu. Monica dan Kareen menghampiri Bryana yang langsung mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi.
"Saya to the point saja, karena sebentar lagi akan ada rapat," ucap Bryana dengan tatapan dinginnya pada kedua karyawan perempuan nya itu.
Ralat. Kareen masih calon karyawan. Apakah dia akan mendapat posisi seperti yang Bryana butuhkan yaitu sebagai asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan?
"Setelah mempertimbangkan semua, secara langsung saya akan memutuskan posisi untuk ...." Bryana melirik Kareen. "Untuk kamu, akan saya terima sebagai sekretaris dan Monica yang akan menjadi orang kepercayaan saya."
Kareen mengerutkan keningnya kemudian melirik Monica seakan ingin protes. 'Dia bilang bosnya akan menjadikan aku sebagai orang kepercayaan tapi kenapa malah sekarang keputusan nya ditukar?'
"Saya naik jabatan, Bu?" Monica menatap Bryana dengan mata yang berbinar-binar. Tentu saja dia senang karena akan naik jabatan.
"Karena kamu yang sudah lama mengabdi pada saya, makanya saya memilih kamu yang jadi orang kepercayaan saya," jelas Bryana dengan tersenyum menatap Monica yang memang sudah dipercayainya.
Kareen menghembuskan napas kasar dan memilih untuk tetap diam karena tidak berani menolak keputusan itu.
"Kareen, jika kamu tidak bisa menerima jabatan sekretaris, saya tidak bisa memaksa. Kamu bisa melamar di perusahaan lain, karena saya tidak bisa menjadikanmu orang kepercayaan sedangkan kamu masih baru di sini," jelas Bryana saat menyadari ekspresi tidak suka dari Kareen. 'Andai kamu tidak main mata dengan Dean, mungkin aku bisa memberikan jabatan itu kepadamu,' batinnya sembari menatap malas pada Kareen.
"Saya terima jabatan ini, Bu. Karena saya sudah bersyukur bisa bergabung di perusahaan ini," ucap Kareen dengan senyum terpaksa nya.
Bryana pun membalas senyum Kareen dengan senyum palsu pula. "Mulai besok kamu bisa bekerja sebagai sekretaris. Monica akan memberi penjelasan tentang perusahaan ini," serunya kemudian.
"Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi," balas Kareen kemudian beranjak dari duduknya dan menyalami Bryana.
"Selamat bergabung di perusahaan kami," ucap Bryana sembari menyalami Kareen.
Kareen pun hanya tersenyum dan mengangguk kemudian melepas salaman itu. Dia segera beranjak dari ruangan Bryana, namun saat melewati Dean, langkahnya melambat dan menatapnya dengan tatapan sendu.
"Kenapa?" lirih Dean dengan mengerutkan keningnya.
Kareen hanya menggeleng dan meninggalkan Dean begitu saja tanpa memberi jawaban.
'Kenapa dia? Apa Jill menolak lamaran pekerjaan nya?' Dean bergegas menyusul Kareen.
Bryana yang sedang bersosialisasi dengan Monica pun melirik kepergian Dean menyusul Kareen. Janda muda itupun menghembuskan napas kasar karena merasa jealousy melihat bodyguard nya yang keren dan tampan itu menyusul gadis yang tidak disukainya.
"Kenapa, Bu?" tanya Monica sembari menoleh ke arah pintu yang kosong tidak ada siapapun karena Dean masih mengejar Kareen.
"Tidak ada apa-apa, kamu siapkan saja berkas untuk rapat," seru Bryana dengan tahapan datanya.
Monica pun mengangguk patuh dan segera beranjak dari kursi. Dia berjalan keluar dari ruangan Bryana dengan perasaan begitu gembira karena mulai besok jabatannya akan naik.
---
Dean mengejar Kareen yang sedang berjalan menyusuri koridor hingga tiba di lift. Dia ikut masuk ke lift bersama sahabatnya itu.
"Kareen, kamu kenapa? Apa kamu tidak diterima?" Dean menatap khawatir pada Kareen. Meski tidak menyukainya sebagai cinta, dia menganggap gadis itu sudah seperti adiknya sendiri. Tentu pria itu khawatir ketika gadis itu terlihat sedih dan kecewa.
"Bos mu tidak menepati janji. Padahal aku memilih perusahaan ini karena tawaran posisi dari Monica yang mengatakan bos nya membutuhkan orang kepercayaan, tapi ternyata aku hanya dijadikan pengganti Monica," jelas Kareen dengan semburat kekecewaan di wajahnya sembari menatap pintu lift.
Dean menghela napas, melirik Kareen yang tidak bersyukur karena sudah mendapat posisi sekretaris yang baginya sudah cukup tinggi. "Kamu harusnya bersyukur karena diterima. Apapun jabatannya, itu akan menghasilkan uang. Kurasa Jill juga punya alasan yang kuat untuk tidak menjadikanmu sebagai orang kepercayaan, karena kamu memang masih baru."
"Jill?" Kareen tidak mengerti kenapa Dean menyebut bos nya yang bernama Bryana dengan sebutan "Jill".
"Maksudku, Bryana. Namanya Bryana Jill Darlene," jelas Dean yang keceplosan.
"Oh."
Lift terbuka. Dean dan Kareen segera keluar, mereka berhenti di dekat lift tepat di dekat dinding berwarna cream yang mendominasi gedung itu.
"Terima saja jabatan itu, karena Bryana adalah bos yang baik dan kamu pasti akan nyaman di sini," seru Dean sembari menepuk pundak Kareen.
"Baik katamu? Sepertinya dia hanya baik kepada orang tertentu." Kareen melirik Dean yang berpakaian seperti bos setelah keluar makan siang dengan Bryana. Hem, dia mengendus bau-bau cinta antara Dean dengan Bryana. Tentu saja hal itu membuatnya kebakaran jenggot karena cemburu.
Dean memperhatikan tubuhnya sendiri karena lirikan dari Kareen. "Kenapa melihatku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?"
"Dia menyukai mu, Dean," ucap Kareen dengan tatapan tidak suka kemudian berjalan meninggalkan Dean yang tampak terkejut akan perkataan nya.
'Jill menyukai aku, benarkah? Rasanya tidak mungkin, aku bukan seleranya.' Dean menggeleng tidak percaya dan kembali memasuki lift hendak menuju lantai di mana ruangan Bryana berada.
Selama di dalam lift, Dean tersenyum sendiri sambil memikirkan apakah benar Bryana menyukai nya? Kenapa Kareen menduga seperti itu? Pria itu seolah bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, namun dia kembali tersadar akan siapa dirinya, bagaimana posisinya, hal itu membuatnya seakan kandas dalam sekejap.
'Aku hanya butiran debu baginya,' batin Dean dengan menyandarkan tubuhnya ke dinding.