Chereads / Cinta Sang Malaikat Penjaga / Chapter 8 - DIA AKAN MENDERITA TAKDIR YANG SAMA

Chapter 8 - DIA AKAN MENDERITA TAKDIR YANG SAMA

"Minum ini terlebih dahulu." Chiron mengulangi kata-katanya dan membawa cangkir kayu itu ke dekat bibir Lilac, namun guardian angel itu mengangkat tangannya dan menyingkirkan cangkir itu dengan tangannya dengan semua kekuatan yang ia miliki.

Chiron menghela napas dan tidak mencoba lagi, ia berdiri dan menjauh dari Lilac sebanyak tiga langkah.

Lilac berusaha untuk duduk, namun ini jauh lebih sulit dari apa yang ia bayangkan, akhirnya setelah beberapa usaha tanpa mendapatkan hasil apapun, ia menyerah dan hanya menggulingkan tubuhnya, jadi ia bisa berhadapan dengan Chiron. Keringat mulai muncul di dahinya dan hembusan napasnya terlihat sangat dangkal.

"Kenapa kau melakukan hal ini?" Lilac bertanya lagi.

Baru sekarang, Lilac bisa melihat seluruh tempat ini. Ternyata, Chiron membawanya ke sebuah padang rumput. Rumput yang terasa seperti beludru di bawah tubuh Lilac terasa sedikit dingin karena butiran embun, sepertinya Lilac sudah berada disana sepanjang malam.

Di kejauhan, puncak sebuah gunung dapat terlihat dan seakan ujungnya dapat mencapai langit berbintang di atasnya. Ini bukanlah pemandangan yang menyenangkan perasaan Lilac. Suara dari angin yang berbisik, bau dari rumput dan langit yang berada di luar dari dunia ini, itu hanyalah untuk kesenangan mata.

Jika Lilac tidak berada di dalam kondisinya yang seperti saat ini, ia akan merasa terkesima dengan apa yang sedang ia lihat saat ini. Sayangnya, ia tidak sedang memiliki waktu untuk menikmati semua ini sekarang.

Di hadapan matanya, Chiron masih menolak untuk menjawan pertannyaannya dan terus menatap ke arah langit yang berbintang, seakan ia sedang mengartikan apa yang dikatakan oleh bintang-bintang itu kepadanya.

"Apa kau ingin membunuhku?" Lilac bertanya kepadanya lagi. Meskipun mereka bau saja bertemu belum lama lalu dan percakapan di antara mereka sangat singkat, guardian angel itu tidak pernah mengira bahwa ketua dari para centaurus akan melakukan hal ini.

Chiron masih juga menolak untuk bicara padanya.

"Apa kau tahu bahwa apa yang sudah kau lakukan ini akan menempatkan semua rakyatmu di dalam bahaya?" Lilac mencoba untuk melibatkan percakapan dengan Chiron, ia sangat ingin tahu, apa hal yang bisa memancing Chiron untuk melakukan sesuatu seperti ini, mengetahui Jedrek, ia tidak akan membiarkan hal ini begitu saja dengan mudah. "Apa kau tidak peduli dengan mereka semua?"

"Apa yang aku lakukan saat ini, tidak ada hubungannya dengan mereka semua." Chiron akhirnya memberikan respon kepada Lilac.

Ketika Lilac mendengar kalimat dari Chiron, Lilac sangat ingin mencemooh di hadapan wajahnya, pernyataan macam apa itu? Apakah ia tidak tahu siapa Jedrek? Apakah ia baru saja berpura-pura tidak tahu tentang hal itu atau ia hanya bersikap naif untuk percaya bahwa Jedrek tidak akan melukai mereka semua?

"Apa kau kira Jedrek akan peduli dengan hal itu?" Lilac mengerang lagi ketika ia merasakan rasa sakit seperti terbakar di lehernya, tempat di mana tanda Jedrek berada. "Dia akan membunuh mereka jika dia merasa harus."

Chiron menggeser kakinya dan menatap ke arah Lilac. Kedua matanya adalah pantulan dari kesedihan dan rasa sakit yang ia rasakan jauh di dalam hatinya, perasaan yang telah ia kubur sekian lama, sehingga ia mengira, bahwa apa yang ia lakukan saat ini adalah perlu, seakan ini adalah sebuah tujuan hidupnya.

"Maka dia akan hidup dengan menderita rasa sakit yang sama." Chiron berkata dengan sikap yang dingin. Ini adalah pertama kalinya sebuah kalimat yang kejam keluar dari bibir Chiron. "Menyaksikan bagaimana aku mengambil inti dari keberadaannya tepat di hadapan kedua matanya sendiri."

***

Setelah ia memperbaiki mantra yang ada di sekeliling istana ini, yang mana telah dirusak oleh para iblis ketika mereka menyerang tempat ini, Lidya bertemu dengan Raphael dan Lana di dalam sebuah ruangan dengan mengikuti seekor kupu-kupu berwarna putih.

"Dimana semua orang berada?" Lidya memiliki perasaan yang buruk sejak ia melihat tubuh tak bernyawa berserakan di halaman depan gerbang masuk dan perasaannya menjadi semakin jelas dan kuat ketika ia tidak bisa menemukan siapapun di dalam sini saat ia berkeliling di seputar tempat luas ini untuk memberikan mantra.

Raphael melihat Lidya menghampiri mereka ketika ia sedang berbicara kepada Lana, membahas tentang apa yang harus mereka lakukan sekarang ini.

"Semua orang menghilang dari istana ini." Lidya bergumam saat ia duduk di sebuah sofa di samping Lana. "Dimana Serefina berada?"

Raphael dan Lana menatap satu sama lain dengan mendengar pertanyaan itu.

Ketika Lana menundukkan kepalanya, ia masih merasa terkejut dengan fakta bahwa Serefina telah mengkhianati mereka, Raphael menjelaskan semua apa yang Raine katakan kepada mereka kepada Lidya.

"Dia mengkhianati kita." Raphael berkata dengan dingin. Ia menatap ke arah Lidya ketika ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat terkejut. "Serefina membantu para iblis untuk membawa Lilac dan sekarang ia berada bersama para iblis itu."

"Tidak mungkin." Lidya berbisik dengan sangat lembut dan sangat tidak percaya. "Kau tidak akan percaya dengan hal itu, kan?" Ia menatap ke arah Lana. Gadis itu sudah bersama dengan Serefina selama bertahun-tahun dan ia adalah seseorang yang paling dekat dengan Serefina yang Lidya kenal.

"Aku juga tidak ingin mempercayai hal itu..." Lana berkata dengan nada yang lembut, ia menyentuh perutnya secara insting ketika ia merasa tidak nyaman.

***

Raine menggenggam bulu makhluk buas berwarna putih itu dengan erat, saat makhluk buas itu bergerak dengan sangat cepat, namun sangat stabil, menyeberangi hutan, dengan sangat cepat menghindari batang pohon yang berjatuhan.

[Sayangku, apa kau baik-baik saja?] Torak mengirimkan pesan melalui ikatan pikiran mereka dan merasakan bahwa gadis itu mengangguk dengan pelan di atas tengkuknya.

Raine masih terlihat sangat lemah setelah apa yang terjadi kepadanya, namun ia sangat bersikeras agar Torak membawanya menuju ke padang rumput yang sudah ia lihat di dalam penglihatannya.

Raine tidak menjelaskannya secara jauh mengenai hal itu, ia hanya mengatakan kepada mereka semua bahwa Serefina sudah menyeberangi jembatan dan bersama dengan para iblis untuk saat ini.

Tentu saja, kabar ini adalah sesuatu yang, bahkan, sangat sulit untuk Torak percayai. Jika itu bukan Raine, yang memberitahunya mengenai semua hal ini, ia tidak akan percaya sama sekali.

Torak sudah berkelahi dan melawan Serefina untuk waktu yang tidak lagi dapat terhitung, namun ia tidak pernah mengira, bahwa penyihir itu akan melakukan hal seperti ini.

Namun, di sisi lain, Raine tidak mungkin mengatakan kebohongan.

Maka dari itu, Torak dan yang lainnya mengira, Raine ingin pergi ke sebuah padang rumput ini untuk mencari Serefina. Mereka tidak tahu bagaimana Riane bisa mengetahui lokasi keberadaannya. Namun karena itu ada di dalam penglihatan Raine, sesuatu yang hanya Raine dapat melihatnya, mereka tetap mempercayai Raine.

Bersamaan dengan Torak, ada makhluk buas berwarna putih lainnya dan ada Hope di atasnya, duduk di dalam posisi yang sama seperti Raine, mengikuti dengan jarak dekat di belakang Torak, sambil terus memperhatikan Raine, jika saja ia hendak terjatuh dari punggung Torak.