Rosie...
Nama indah itu terus menggema di kedua telinga Calleb, membuatnya mengabaikan perdebatan yang terjadi di antara Kace dan Sterling, juga kedua saudara kembar, kedua mata hijaunya mencari sosok menarik dari gadis itu dengan tidak sabar, sehingga ia mengulurkan lehernya.
"Sterling, kau tidak perlu bersikap berlebihan seperti ini." Kace berkata dengan frustasi. "Dia dalah pasangannya, apa lagi yang ingin kau lakukan? Kau ingin menjauhkannya dari pasangannya sendiri?"
"Ya." Sterling menjawab tanpa berpikir dua kali dan tetap berdiri dengan tegak di antara Ian dan Ethan, yang juga tidak ingin bergerak. Mereka melindungi Rosie, seakan Calleb akan membawanya pergi dan tidak akan membawanya kembali lagi.
Betapa pemikiran yang sangat bodoh!
"Minggir!" Calleb hendak berlari maju, namun Sebastian menahan tubuh Calleb, jika mereka terlibat perkelahian, situasinya tidak akan membaik dari ini.
Sementara di sisi lain, Raine terlihat sangat khawatir dengan Calleb, ia tidak penah melihat Calleb kehilangan ketenangannya seperti ini dan menjadi bertindak dengan sangat memaksa.
Namun, ketika ia menatap ke arah Torak yang ada disebelahnya, ia melihat pasangannya sedang tersenyum lemah sambil merangkulkan lengan di sekitar bahunya dengan santai, seakan ia sedang menikmati apa yang sedang ia lihat sekarang.
"Torak." Raine memanggilnya, ia menarik pakaian Torak untuk mendapatkan perhatiannya.
"Hm?" Torak bergumam dan menatap ke arah wajah menggemaskan pasangannya yang sedang terlihat khawatir sebelum ia terkekeh dengan pelan dan mengecup pipinya. "Ada apa?"
"Apa kau tidak ingin membantu Calleb? Dia terlihat sedang dalam masalah." Dan kemudian Raine menambahkannya lagi. "Dan adikmu juga." Ia menatap ke sekelilingnya, namun tidak bisa menemukan Hope dimana pun. Kenapa ia pergi?
"Apa kau ingin aku membantunya?" Torak bertanya dengan nada bicara yang menggoda. "Cium aku maka aku akan membantu mereka."
"Torak!" Raine menjerit. Di hadapan mereka ada beberapa orang yang hendak berkelahi, namun disini Torak meminta sebuah kecupan? Ugh! Bisakah ia menjadi lebih tidak menyebalkan seperti ini?
Torak terkekeh dan mengecup bibir Raine, bahkta tidak memikirkan tentang situasi saat ini di hadapannya dengan serius. "Jangan khawatir sayang, mereka tidak akan saling membunuh."
Tepat pada saat itu, Hope muncul bersama dengan seorang wanita cantik, yang berjalan dengan terburu-buru menuju ke arah keributan kecil itu dan dengan segera menghampiri Sterling.
Semua orang terkesiap dengan keras ketika secara tiba-tiba, wanita itu menendang kaki Sterling dan menatap dengan sangat mengerikan ke arahnya. Namun, bagian yang paling mengejutkan adalah ketika Sterling hanya merintih dan menatap ke arah wanita itu, tapi tak berani mengatakan kalimat lain kepadanya ketika wanita itu berdiri dengan bertolak pinggang.
"Dia bertemu dengan pasangannya, kenapa kau melarangnya untuk tidak melihat pasangannya sendiri?!" Sophia memarahi pasangannya dan mengerutkan dahi kepada kedua anak laki-lakinya.
"Ibu, Rosie masih terlalu kecil untuk bisa bersama dengan pasangannya." Ian mengatakan kalimat protesnya. Walaupun ibunya menatap dengan sangat tajam, ia tetap tidak membiarkan adikknya pergi ke arah Calleb.
"Dia sangat kasar kepada kami." Ethan juga tidak ingin kalah, ia mengikuti Ian untuk memprotes.
Namun, mereka berdua hanya mendapatkan pukulan di kepala oleh ibu mereka ketika mereka mencoba untuk mencari alasan atas tingkah mereka yang sangat berlebihan. Itu sangat jelas terlihat bahwa merekalah yang menjadi kasar kepada Calleb karena tidak membiarkannya bertemu dengan Rosie.
"IBU!" Ethan dan Ian berteriak, sambil menutupi kepala mereka dengan menggunakan tangan, ketika Sophia memukuli mereka.
"Minggir!" Sophia bertolak pinggang lagi dan menatap tajam ke arah para laki-laki dalam keluarganya.
Memprotes dan mengomel, ketiga laki-laki itu, akhirnya menyingkir dan menampilkan keberadaan Rosie. Gadis itu menatap ke arah sekelilingnya dengan gelisah, ia tidak benar-benar tahu apa yang harus ia lakukan. Rasa penasarannya membuatnya ingin mengetahui pasangan yang baru saja ia temui, namun reaksi ayah dan kakak-kakaknya membuatnya merasa ragu.
"Kau sangat pintar." Kace berbisik kepada Hope. Sophia adalah orang yang tepat yang bisa menjinakkan mereka bertiga tanpa ada masalah.
Berdiri di sebelah Kace, Hope menyilangkan lengannya di hadapan dada dan berkata kepada pasangannya dengan bangga. "Kau harus menyelesaikan masalah seperti ini dengan efisien."
Kace terkekeh dan mencubit kedua pipi Hope.
"Kemarilah Rosie." Sophia memanggil anak perempuannya dan mengulurkan tangan.
Dengan ragu, Rosie mengambil tangan ibunya dan bergerak mendekat, ia mengintip ke arah Calleb, yang berdiri di belakang ibunya, dengan malu-malu.
"Rosie tidak ingin dengannya." Ian berkata dengan merajuk, namun dengan sangat pelan, jadi hanya Hope yang bisa mendengarnya.
"Kau tahu dia menginginkannya." Hope berkata dengan penuh keyakinan sambil memberikannya tatapan mengejek karena telah menjadi orang yang sibuk. "Yang selalu ia bicarakan sejak kami masih sekolah adalah tentang mimpinya ketika nanti pada akhirnya dia akan bertemu pasangannya dan hari ini mimpinya menjadi kenyataan."
"Cih," Ethan mendecakkan lidahnya, merasa kesal.
"Tapi, karena beberapa orang, mimpinya yang indah hampir saja berubah menjadi mimpi buruk." Hope menambahkan, memberikan tatapan yang penuh arti kepada mereka berdua, yang mana mereka abaikan dengan berpura-pura menjadi sangat tertarik dengan sepatu yang mereka kenakan.
Callen tidak pernah merasa sangat senang seperti hati ini, sangar semangat dan gugup dalam waktu yang bersamaan, ia berjalan mendekat untuk menghampiri pasangannya, yang ternyata bernama Rosie. Ia terus mengulangi nama itu lagi dan lagi di dalam kepalanya dan menyukai bagaimana nama itu terdengar.
Namun sebelum sang Gamma bisa mendekat, Sophia melangkah maju dan menatap ke arah Calleb dengan tegas, ia menyilangkan kedua lengannya dalam posisi membela.
"Aku membiarkanmu untuk bersama dengannya karena kau adalah pasangan, tapi..." Nada suaranya menjadi tajam dan sangat serius. "Dia masih berada di bawah umur dan aku belum ingin memiliki seorang cucu dalam waktu dekat. Mengerti?!"
"Ibu..." Rosie merasa kaku ketika ia mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya dan membuat wajahnya berubah menjadi berwarna merah.
Di sisi samping, Ian dan Ethan mendukung ibu mereka dengan semangat. "Benar bu! Katakan padanya!"
Namun, Calleb hanya memiringkan kepalanya dan tersenyum dengan polos. "Tidak mengawini, tapi itu berarti aku bisa menandainya, kan?" Ia bertanya dengan sangat berani.
***
Serefina menatap ke arah langit yang gelap. Entah itu saat siang atau malam, langit yang berada di sekitar istana ini selalu terlihat gelap dan terjadi badai.
Serefina mengetahui istana ini seperti membalikkan telapak tangannya, namun ia tidak pernah mengira bahwa ia akan kembali lagi ke tempat ini dalam situasi seperti sekarang dan tidak pernah berpikir bahwa ia akan sangat membenci untuk berada di tempat ini.
Karena setiap sudut dari tempat ini selalu mengingatkannya akan ingatan yang berasal dari masa lalu.
"Kenapa kita harus memilikimu bersama kami disini?" Lilith muncul entah dari mana dan bertanya kepada sang penyihir. Ia tidak menyembunyikan kebencian yang ada di dalam suaranya.
"Karena kalian semua membutuhkanku."