"Lalu apakah kedua orang tua mu tahu jika kamu hamil?"
alia memberikan jawaban dengan menggeleng kan kepala nya, seraya meneteskan air mata nya, alia begitu sedih jika mengingat kedua orang tua nya.
"Hari ini aku harus datang ke kantor untuk tanda tangan, aku akan magang kerja di sebuah perusahaan, dan aku di minta datang hari ini, apa kamu mau ikut? ucap tasya berusaha mengalih kan perhatian sahabat nya supaya tidak sedih lagi,
"Ya aku mau ikut, tapi nanti ya aku mau minta izin majikan ku dulu." ucap alia polos
Alia langsung mengirim pesan pada stive meminta izin untuk pergi bersama teman nya, tak lupa ia pun meceritakan dengan singkat pertemuan nya dengan tasya
"Coba kamu sekarang kirim foto sahabat lama mu yang akan pergi dengan mu, " jawab stive
lalu alia mengajak foto bersama sahabat nya lalu mengirim nya pada stive,
"Oke, salam untuk sahabat mu" jawab stive
"oke" di jawab alia dengan memberikan emoticon senyum
Dengan menaiki taksi online yang di pesan oleh tasya mereka berangkat menuju ke sebuah gedung perkantoran,
"Al, apa kamu tahu jika kakak ku mas aldi selalu nanya in kamu?" ucap tasya membuka pembicaraan di dalam mobil,
"Mas mas sekarang di mana?, " jawab alia
"Dia bekerja, pulang nya sore, dia pasti seneng banget bisa ketemu kamu" kata tasya
"Aku malu sya, dengan kondisi ku saat ini. tolong jangan beri tahu dia tentang pertemuan kita ya" kata alia
Setelah beberapa menit berjibaku di jalan ibu kota, kini mereka telah sampai di sebuah gedung perkantoran yang tinggi dan megah, ini pertama kali nya untuk alia mau memasuki sebuah gedung perkantoran
"Ini adalah PT wijaya group al, yang bekerja di sini orang² pilihan, gaji nya pun dua x sampai tiga x lipat gaji di tempat lain," kata tasya pelan.
mereka pun turun dari taxi setelah membayar taxi tersebut, tasya masuk lebih dulu dan mengutarakan maksud kedatangan nya pada resepsionis sedangkan alia mengikuti dari belakang lalu duduk di kursi yang tersedia di lobby.
Tasya berjalan menuju lift setelah berpamitan pada alia, alia mengangguk seraya memandandangi punggung sahabat nya yang perlahan menghilang seiring pintu lift yang tertutup,
Alia memilih terus duduk sambil mengutak ngatik ponsel milik nya, ia mulai membaca artikel tentang kehamilan, ia sudah tidak mempedulikan omongan orang lain, ia sudah bertekad akan merawat anak nya jika lahir nanti seorang diri .
Untuk beberapa saat alia masih anteng di tempat nya, namun karena lama menunggu, akhir nya alia merasa bosan.
Alia melangkah kan kaki nya ke arah pintu bermaksud keluar dari ruangan tersebut untuk jalan² di luar, namun saat ia membuka pintu ia terkejut melihat seseorang yang sangat ia kenal turun dari mobil nya, alia pun buru² menutup pintu kaca tersebut dan masuk kembali kedalam
*****
Alia begitu terkejut tanpa di sadari tubuh nya bergetar mengingat apa yang dilakukan rafa pada nya, di toilet beberapa hari lalu.
Alia berbalik ingin lari ke belakang, namun tangan rafa dengan cepat menarik nya. Membuat jarak mereka sangat dekat
"Ikut lah dengan ku"
"Ke mana pak?"
"Memeriksakan kehamilan mu"
Dengan ragu-ragu alia mengikuti rafa masuk ke dalam mobil itu.
"Berikan ponsel mu, tolong hubungkan aku dengan majikan mu" kata rafa.
Tanpa menjawab alia mengikuti kemauan rafa memncet nomor stiven.
"Halo selamat siang"
"Siang"
"Dengan bos nya alia, betul?"
"Ya saya sendiri"
"Saya rafa ayah dari calon bayi yang di kandung nya, saya akan bertanggung jawab atas diri nya dan bayi nya, jadi alia tidak lagi bisa bekerja di sana"
"Oke, hati-hati" jawab stiven,
"Saya ingin bicara dengan alia, suruh dia menelpon ku."
Rafa lalu memberikan ponsel nya pada alia dengan diam seribu bahasa.
Mobil pun melaju. Di dalam mobil hanya ada keheningan. Alia memegang tangan nya dengan erat. Berusaha menghentikan tangannya nya yang gemetar.
Keringat bercucuran membasahi tubuh nya, padahal cuaca di dalam mobil sangat dingin.
Alia menunduk tidak berani menatap wajah pria di samping nya.
Hampir setengah jam mobil itu melaju sebelum akhir nya berhenti di sebuah rumah sakit. Rafa lebih dulu turun, dengan ragu-ragu alia pun mengikuti rafa turun dari mobil tersebut.
Rumah sakit itu merupakan rumah elit khusus ibu dan anak, alia terus mengikuti langkah rafa dari belakang meskipun sedikit terseok-seok karena langkah rafa begitu cepat sehingga alia sedikit kewalahan mengikuti bekas majikan nya itu.
Alia berjalan menuju loket pendaftaran, rafa menunggu di samping nya.
"Silahkan isi formulir ini nyonya." Ucap perawat tersebut seraya memberikan selembar kertas untuk alia.
Alia pun akhir nya mengisi formulir yang di berikan perawat, ia memilih meng ngosong kan nama suami lalu berniat memberikan formulir yang telah di isi nya pada perawat. Namun rafa dengan cepat merebut formulir itu dan merebut pulpn yang di pegang alia
Rafa menulis nama nya di formulir tersebut sebagai calon ayah dari bayi yang di kandung alia.
Alia terdiam tidak berani membalas tatapan suami nya, yang begitu tajam menatap nya seakan-akan ingin menelan nya.
"Ibu silahkan duduk ya, nanti nunggu nama nya di panggil." Kata suster itu.
Setelah menunggu kurang lebih sekitar setengah jam, nama alia pun di panggi oleh perawat.
Alia mendatangi perawat tersebut. Seorang perawat membantu menyuruh alia naik ke atas timbangan badan, setelah itu menyuruh nya duduk untuk di tensi darah.
Alia masuk ke ruangan dokter, di susul rafa yang mengikuti nya dari belakang.
"Selamat siang ibu, bapak, silahkan duduk. Sapa ibu dokter tersebut, setelah melakukan sedikit wawancara, pun di minta rebahan di ranjang yang tersedia di ruang pemeriksaan.
Selamat ya bapak, ibu, calon bayi kalian sehat. Ini semua normal, kehamilan nya saat ini menginjak delapan minggu atau jalan dua bulan.
Masih sangat kecil, namun semua normal, berat badan janin nya pun normal, sehat tanpa ada masalah.
Rafa dan alia terkesiap ketika dokter memperdengarkan suara detak jantung calon buah hati mereka.
***
Mereka keluar dari rumah sakit dengan perasaan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata².
Sekian tahun rafa begitu menantikan kehadiran buah hati, namun kini tiba-tiba ia akan memiliki nya. Meskipun bukan dari rahim seorang istri.
Sesampai nya di mobil rafa begitu lembut membimbing nya masuk kedalam mobilnya. "Jangan takut, aku tidak akan mengigit mu"
Alia terdiam hanya melemparkan pandangan nya keluar saat rafa berusaha memakai kan sabuk pengaman untuk nya.
"Apa kamu tidak ingin makan sesuatu?"
"Tidak" jawab alia singkat.
Rafa melajukan mobil nya membelah jalanan ibu kota, "aku tidak peduli lagi, aku harus mendapatkan hak asuh atas anak yang di kandung alia" batin rafa
"Pak tolong siapkan berkas nya ya, saya sudah hampir sampai" kata rafa di dalam ponsel nya.
Mobil berhenti di sebuah restoran besar, rafa lalu mengajak alia untuk masuk dan membimbing nya nya berjalan menyelusuri lorong dan berhenti di sebuah ruangan yang dengan pemandangan danau yang begitu indah. Seorang pria telah berada di sana menunggu mereka.
"Silahkan duduk" ucap pria tersebut.
"Perkenalkan saya pengacara sodara tuan rafa." Kata pria tersebut
Alia hanya menyalami pria tersebut lalu duduk di depan nya tanpa exspresi.