Chereads / Ruby Jane / Chapter 4 - Party

Chapter 4 - Party

Ruby menyiapkan makan siang sambil memutar lagi My Everything. Lagu favorit Ruby yang kini jadi lagu favorit Jack lantaran ia terlalu sering memutarnya. Jack datang terlambat siang ini, tadinya lelaki itu hendak mengajak Ruby makan siang di luar seperti biasanya. Namun si gadis justru berujar akan memasak khusus untuk Jack, lelaki mana yang tidak berbunga-bunga hatinya saat sang kekasih memasak untuknya? Tentu saja Jack bahagia bukan main dan tidak sabar mencicipi masakan Ruby.

Jack sudah berdiri didepan meja makan, berhadapan dengan Ruby. Lelaki itu menatap Ruby cukup lama dan tiba-tiba meraih jari jemari sang kekasih kemudian memasangkan cicin di jari manisnya. Ruby tersenyum kecil, paham maksud Jack. Wow, lelaki itu sedang melamarnya kah? Entah kenapa rasanya Ruby bahagia sekali saat ini. Seakan banyak tamu undangan disini, seakan ada ayah Ruby disini, seakan ada ibu Jack disini yang menyaksikan acara lamaran. Dan seakan-akan ada tepuk tangan dan keharuan diudara. Tetapi disini, hanya ada Tuhan, Ruby, dan Jack.

"Aku mengikatmu hari ini, agar kamu tidak pergi lagi". Ujar Jack lembut kemudian mengecup punggung tangan Ruby. Seperti biasa, Ruby hanya mengangguk sebagai jawaban. Entahlah Jack tidak tahu bagaimana perasaan Ruby, perempuan itu tidak menunjukan kebahagiaan yang kentara namun juga tidak terlihat sedih.

Jack menautkan jari-jarinya kesela jemari Ruby, menatap mata sang kekasih amat dalam. Mencoba mencari tahu perasaan perempuan itu melalui tatapan, tapi sayang Jack tidak menemukan apapun.

"Kenapa kamu tidak pernah mengatakan jika mencintaiku?".

"Cinta tidak perlu dikatakan...". Ruby menyentuh dada Jack tanpa melepaskan kontak mata.

"Rasakan saja sendiri, kamu harusnya tahu bagaimana perasaanku". Lanjut perempuan itu kemudian duduk disalah satu kursi meja makan dan mulai menyantap masakannya sendiri. Mengabaikan Jack yang bergelut dengan pemikirannya. Tatapan Ruby terasa hambar, tidak ada pancaran cinta. Tapi Jack mencoba bersabar, hanya butuh waktu. Saat ini ia akan menjadikan Ruby miliknya lebih dulu sebelum berusaha menumbuhkan cinta itu.

Setelah selesai makan siang, mereka pindah ke sofa dan mulai berciuman. Ciuman dalam arti yang sebenarnya, panas dan basah. Jack mencium Ruby dari bibir hingga turun keleher dan turun lagi mencoba menikmati buah dada perempuan itu. Ruby mengacak rambut bagian belakang Jack saat lelaki itu meremas buah dadanya dari luar. Ruby tadinya sangat menikmati perbuatan Jack, bahkan perempuan itu mengerang karena terhanyut oleh nafsu.

Namun lantas tangan Ruby mendorong tubuh Jack untuk menghentikan kemesraan itu. Ruby tidak mau terhanyut, ia tidak ingin Jack menelusuri tubuhnya dengan tidak halal.

"Kenapa?". Mata Jack sayu sekali sudah benar-benar terbawa oleh nafsu, ditambah suaranya yang serak membuat Ruby menunduk dan tanpa sengaja menangkap bagian depan celana Jack yang sudah menggembung.

Ruby diam cukup lama tanpa berani menatap Jack. Dan saat itu pula Jack berdecak samar, lelaki itu merapikan pakaiannya. Menyingkir dari hadapan Ruby sambil berujar "Naif, kamu sangat naif". Menatap Ruby sebal kemudian pergi.

Ruby tahu Jack marah, lelaki itu juga malu oleh penolakan itu. Ruby acuh, perempuan itu merapikan pakaiannya kemudian berjalan ke kamar. Tidak memperdulikan Jack yang marah, biarkan saja. Jadi dia hanya mau tubuh Ruby?

"Ck!". Lamaran selesai.

***

Jack memukul stir mobil sambil mengomel tidak jelas. Bodoh sekali kenapa harus marah pada Ruby dan meninggalkan perempuan itu sendirian? Bukan bermaksud menjadi bejat dengan tindakannya tadi. Hanya saja rasa cinta Jack yang sudah tidak bisa dibendung, meluap begitu saja hingga ingin memiliki Ruby seutuhnya. Jack tahu Ruby tidak mencintanya, untuk itulah ia hendak mengambil mahkota perempuan itu sebagai jaminan agar tidak pergi meninggalkannya.

Setelah merenungi kesalahannya, Jack bergegas meraih ponsel dan menelepon Ruby. Hendak minta maaf tentu saja, harusnya Jack bangga karena Ruby begitu menjaga mahkotanya bukan malah marah tidak jelas.

"Sayang, maafkan aku". Ujar Jack langsung saat Ruby mengangkat telepon darinya.

"Kamu marah? Ingin melampiaskan nafsu-mu pada jalang diluar sana?". Sahut Ruby ketus.

"Tidak sayang, tentu saja tidak. Aku minta maaf karena sudah kurang ajar tadi. Demi Tuhan aku...".

"Bajingan! Kau hanya mau tubuhku!".

Tuuttt... tuuut...

"Halo?! Halo! Ruby! Sayang, tidak begitu...". Jack kelimpungan karena Ruby berfikiran buruk tentangnya. Padahal bukan itu maksud Jack.

"Arghhhh!!! Apa yang aku lakukan, Tuhan!". Teriak Jack frustasi sembari melempar ponselnya kesembarang arah.

Masa cuti Ruby sudah habis, mau tidak mau perempuan itu berangkat ke kampus hari ini. Ekspresi Ruby biasa saja, tidak sedih juga tidak senang, datar. Padahal semalam ia bertengkar dengan Jack, cincin yang disematkan Jack juga masih ia pakai. Ruby menganggapnya sebagai angin lalu, tidak terlalu penting. Semua akan kembali seperti semula, Ruby yakin sekali.

Banyak pasang mata yang menatap perempuan itu, dandanan Ruby benar-benar mencolok. Di cuaca sepanas ini pun perempuan itu mengenakan mantel bulu berwarna merah juga kaca mata hitam. Ketika perempuan itu lewat dihadapan mereka, orang-orang akan segera menyingkir. Ketakutan karena Ruby adalah orang gila cantik dimata mereka.

"Hai, Ruby". Sapa seorang perempuan cantik dan glamor, Ruby ingat perempuan didepannya ini adalah teman satu kelasnya.

"Hm?". Sahut Ruby acuh. Perempuan didepannya ini mengganggu sekali. Ruby sudah sangat muak dan hendak menyingkir dari gedung busuk ini, tapi perempuan yang Ruby ketahui bernama Sofi ini justru menghadang langkahnya.

"Malam ini ada pesta dirumah gue, cuma orang tertentu yang gue undang".

"Sorry, gue gak tertarik". Sahut Ruby langsung dan hendak pergi namun Sofi kembali menghadangnya.

"Lo suka yang panas dan menantang kan? Ayolah gak ada salahnya lo have fun bareng gue. Gue tahu lo lagi penat, kapan lagi lo punya temen buat seneng-seneng". Ruby mulai tergiur dengan tawaran Sofia, kebetulan perempuan itu juga hendak menghindari Jack untuk sementara waktu. Panas dan menantang? Ruby yakin pesta di rumah Sofia penuh dengan hingar bingar musik disko, vodka, rokok. Dan Ruby tidak masalah dengan itu.

"Oke, ntar gue dateng". Setelah mengiyakan tawaran Sofia, perempuan itu bergegas menuju halaman belakang kampus untuk merokok.

***

Ruby memenuhi undangan dari Sofia. Perempuan itu sudah mengenakan pakaian minim, juga make up lumayan tebal. Niat hati hendak menghindari Jack namun begitu membuka pintu rumah, lelaki itu justru ada didepan matanya.

"Sayang, kamu mau kemana?". Tanya Jack dengan khawatir. Lelaki itu menelisik penampilan Ruby, hendak menyampirkan jas-nya ke bahu terbuka sang kekasih namun langsung ditolak.

"Hari ini aku sibuk, lebih baik kamu pulang". Jack buru-buru menahan tangan Ruby saat perempuan itu hendak pergi.

"Sibuk apa dengan baju terbuka seperti ini?". Tanya Jack lagi kali ini lebih tegas. Ruby lantas menyentak tangan Jack dengan kasar dan berlalu begitu saja.

"Kamu marah dan ingin balas dendam padaku?". Ruby menghentikan langkahnya. Perempuan itu menghela nafas panjang kemudian berbalik dan merangkul leher Jack secara tiba-tiba.

"Aku tidak marah". Ruby berjinjit lalu meraih bibir Jack untuk dikulum kasar bahkan sampai lipstiknya berantakan. Setelah Ruby melepaskan ciumannya, Jack hanya diam sambil menatap perempuan itu tak percaya.

"Aku hanya ingin senang-senang dengan teman kampus, setelah itu aku akan mengurusmu". Tangan Ruby turun dan meremas penis Jack begitu saja.

"Ru-by?". Gumam Jack gugup. Sungguh Jack bingung dengan sikap Ruby. Malam kemarin jelas-jelas perempuan itu marah dan tidak mau disentuh, tapi kenapa malam ini justru menantangnya?

"Itu kan yang kamu mau, akan aku lakukan nanti. Aku pergi dulu". Tanpa memperdulikan wajah Jack yang merah terbakar nafsu, Ruby bergegas masuk kedalam mobil dan melajukannya menuju rumah Sofia.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Jack untuk kembali pada kesadarannya, lelaki itu langsung membuntuti mobil Ruby karena takut terjadi sesuatu pada perempuan itu. Apalagi Ruby sedang dalam mode liar, mode yang tidak pernah Jack duga. Jangan sampai perempuan itu berakhir diranjang bersama lelaki hidung belang.

Sesampainya di rumah Sofia, Ruby segera masuk ke ruang tengah yang sudah penuh dengan kepulan asap rokok. Teman-teman sekelasnya sudah datang dan ia disambut cukup ramah. Hanya teman perempuannya yang tampak, tak ada satupun laki-laki yang hadir di pesta itu. Mereka duduk disatu sofa yang panjang, Ruby duduk ditengah-tengah. Sofia maju kedepan dan membuka acara.

"Girls, karena semua sudah hadir disini. Kita mulai saja acara ini!".

Tepuk tangan dan sorak gembira memenuhi ruangan. Ruby menaikan alisnya, masih tidak mengerti acara apa yang dimaksud Sofia dan teman-temannya. Ia pun akhirnya bertanya pada orang disebelahnya. Yang ditanyai hanya tertawa kecil kemudian berbisik ditelinga Ruby.

"Karena lo enggak tahu apa-apa tentang acara malam ini, mending lo diam, lo lihat, dan lo rasain. Hahaha". Ruby menggedikan bahunya acuh, perempuan itu memilih meneguk wine didepannya kemudian melenguh nikmat.

"Bagaimana sudah tidak sabar?". Teriak Sofia.

"Cepet dong, jangan kelamaan. Nanti kadaluwarsa".

Mereka tertawa, begitupun Ruby yang ikut tertawa walau masih tidak mengerti. Sofia mematikan lampu utama. Hanya lampu meja yang masih menyala. Sofia bersiul seperti kode. Tak lama keluarlah dua orang lelaki yang memakai kemeja putih, berjas hitam, dan bercelana hitam pula. Musik mulai mengalun pelan, dua lelaki itu maju ketengah ruangan dan mulai menari dengan erotis.

Ruby terbelalak melihat adegan itu. Beberapa saat kemudian dua lelaki itu mulai melepas jas dan kemeja mereka. Jas dan kemeja itu terkapar dilantai. Tinggal celana hitam yang masih mereka kenakan. Tubuh mereka terlihat berotot dan mengkilap diterpa temaram lampu. Para wanita yang menonton, meneguk wine dengan rakus. Tidak kuasa dengan adegan erotis yang mereka tonton.

Dibawah pengaruh alkohol, para perempuan itu mulai gelisah. Ruby mendengar Sofia mendesah. Temannya yang lain mulai mendekati salah satu lelaki sambil masih memegang gelas. Meraba tubuh dan dada si lelaki dengan seduktif. Kemudian ikut menari meliuk-liuk. Ruby meneguk ludahnya susah payah, perempuan itu kembali meneguk wine namun tidak sampai mabuk. Sebenarnya pesta macam apa yang tengah ia hadiri?

Sesaat kemudian dua laki-laki itu mulai melepas celana panjangnya, dan bersamaan dengan itu mata Ruby ditutup kemudian dibopong oleh seseorang. Seseorang itu adalah Jack, Jack sudah mencium hal yang tidak beres. Pesta yang dihadiri Ruby pasti pesta yang tidak benar terlihat dari pakaian yang dikenakan perempuan itu tadi, dan dugaannya ternyata tepat. Apa-apaan Ruby hampir melihat aset lelaki lain secara langsung.

"Jack?". Panggil Ruby masih tidak percaya jika Jack yang membopongnya keluar melewati erangan dan desahan di ruangan itu.

"Kamu nakal". Sahut Jack yang sudah jijik sekali mendengar desahan perempuan-perempuan kurang belaian itu.

Jack langsung memasukan Ruby kedalam mobil, bukannya merasa bersalah karena sudah membuat Jack muram, Ruby justru terbahak mengingat pesta yang baru saja ia hadiri.

"Menurutmu itu tadi hal yang lucu? Bagiku sangat menjijikkan". Jack segera melajukan mobilnya. Ruby tertawa lagi sampai air matanya keluar, dan barulah perempuan itu menyahuti Jack.

"Aku kira malam ini akan sangat menyenangkan. Minum sampai mabuk dan menari di dance floor. Tapi pesta itu justru sangat dewasa, hahaha aku tidak menyangka teman-temanku begitu binal. Mungkinkah dua lelaki itu dilucuti sampai telanjang kemudian diserang?". Dan lagi-lagi Ruby tertawa, kali ini lebih heboh. Bahkan sampai bertepuk tangan. Jack menatap Ruby dengan prihatin, apakah perempuan itu benar-benar tertawa karena senang? Atau pura-pura? Entahlah.

"Setelah aku tahu selera pestamu, ku kira kamu tak kalah binal dari mereka. Menarik". Goda Jack sembari mengusap-usap dagunya.

"Mau coba? Tapi tidak sampai inti?". Ruby mengerlingkan matanya. Jack tersenyum miring, sebelah tangannya merangkum penuh jemari Ruby.

"Sekedar menempel? Digesek? Aku mau". Jack mencium punggung tangan Ruby sekilas.

"Kita ke kamar 3435 sekarang".

***