Saat ada kehebohan yang riuh di kelas, guru bahasa Indonesia, Bu Vita kebetulan lewat sambil memegang kertas ujian bahasa Indonesia.
Mendengar suara-suara keras di kelas, Bu Vita berhenti dan berjalan masuk, "Pak Benny, ada apa ini? Bagaimana mungkin ada kericuhan seperti ini di pagi hari?"
"Apa lagi yang bisa kulakukan! Para siswa benar-benar keterlaluan! "Benny memelototi Hani dan berkata dengan marah.
"Hei, Hani, kamu lagi ..." Bu Vita memandang gadis yang tampak tak berdaya di sudut kelas. "Pak Benny, jangan terlalu memarahinya, memang ada yang salah dengan gadis itu, tapi bukan hal yang tak masuk akal bagi anak seusianya untuk berdandan dan bersikap tak biasa."
"Juga jangan marah hanya karena gadis itu mendapat hasil bagus dalam ujian ini! Aku baru saja mengoreksi ulang kertas ujiannya dan dia mendapat nilai sempurna dalam bahasa Indonesia! Bahkan nilai esainya semua mendapat nilai penuh! Hasil ujiannya itu bisa digunakan sebagai pembanding bagi hasil ujian siswa yang lain!"
Mendengar ini, Pak Benny tertegun dan memotong kata-kata Bu Vita," Apa? Bu Vita, Anda bilang Anda baru saja membaca hasil ujian Hani?
" Ya! Lihat, ini, yang ini ... "Vita dengan bangga mengeluarkan lembar jawaban Hani yang ditempatkan di atas.
Benny membaca kertas ujian itu dari awal sampai akhir, dan lembar jawaban itu memang sempurna, seperti yang dikatakan Bu Vita dan bisa digunakan sebagai pembanding.
Wajah Benny tiba-tiba menjadi serius, dan dia berkata dengan sungguh-sungguh "Bu Vita! Aku khawatir masalahnya cukup besar sekarang! Pertanyaan ujian kita mungkin telah bocor kali ini!"
Bu Vita tampak terkejut, wajahnya dengan sungguh-sungguh berkata, "Pak Benny, Anda tidak boleh sembarangan mengatakan hal seperti itu. Bagaimana mungkin! Semua soal ujian kita dirahasiakan, bagaimana bisa bocor?"
Benny mendengus dan menyerahkan transkrip Hani ke Bu Vita, "Bu Vita, Anda akan tahu kalau Anda melihat ini! "
Bu Vita mengambil transkrip itu dan membaliknya dengan cepat, dan wajahnya tiba-tiba terkejut.
Kecuali untuk Matematika dengan 0 poin, Hani ternyata memiliki nilai penuh, dan dia menduduki peringkat pertama di kelasnya!
Ini sungguh luar biasa bagi Hani, yang selalu menempati peringkat terakhir di setiap ujian!
Tadinya, mendapatkan nilai penuh dalam ujian bahasa Indonesia saja sudah sangat luar biasa ...
"Ini ..." Untuk sementara, Bu Vita tidak berani membuat kesimpulan.
"Pemberitahuan pengeluarannya dari sekolah sudah diturunkan, dan sekarang ada gangguan. Murid semacam ini tetap di PL hanya akan membuat malu seluruh alumni PL!" Pak Benny mengatakannya dengan keras ke arah Hani di baris terakhir. "Hani! Jangan keluar dulu! Ikut aku ke Kantor Urusan Akademik sekarang! Sudah kubilang, ini bukan lagi masalah yang bisa diselesaikan dengan hanya mengeluarkanmu dari sekolah!" Kalau soal ujian mengalami kebocoran maka hal ini bisa menjadi sangat rumit.
"Brengsek! Aku sama sekali tidak menyangka! Monster jelek ini rupanya jago juga! Dia bahkan bisa mendapatkan soal ujian!"
"Dia punya soal ujian untuk digunakan sendiri! Dia tidak pantas menerimanya!"
"Si bodoh itu, aku tidak tahu sudah ada berapa banyak masalah yang dia timbulkan. Kuharap ini segera jelas. Bukankah begitu?"
" Monster jelek ini mengerikan! "
... Di sudut baris terakhir dekat jendela, anak laki-laki itu mengangkat buku yang menutupi wajahnya dan menatap gadis di sampingnya dengan cemberut.
Banyak hal telah berkembang hingga titik ini, tapi wajah gadis itu tidak berubah dari awal sampai akhir, ekspresinya masih sama tak pedulinya seperti sedang berjalan-jalan di halaman, dan bahkan ada sedikit cemoohan di matanya saat dia melihat Benny.
Semua orang mengatakan bahwa Hani bodoh, dan dia juga berpikir bahwa gadis itu sangat bodoh.
Kalau kamu benar-benar mendapatkan soal ujian, lakukan dengan diam-diam agar kamu tidak ditemukan.
"Idiot! Lihat saja bagaimana akhirmu kali ini!"
Hani mendengar dengusan menghina dari anak laki-laki di sebelahnya, dan matanya memandangnya dengan malas, "Tapi ini hanya pemeriksaan ulang, ini bukan masalah besar ... Bu guru akan memberiku nilai penuh di tempat!"
Dimas terpana oleh cahaya yang bersinar di mata kembar itu, dan ketika dia menyadari apa yang dia katakan, kepalanya tiba-tiba ditutupi dengan garis hitam "..."
**
Di kantor urusan akademik.
Semua guru yang mengajar di Kelas F telah waspada, dan mereka sekarang sama-sama mempelajari kertas ujian Hani. Ada banyak siswa di luar pintu yang datang untuk menyaksikan kehebohan itu.
Salah satu guru berkata, "Meskipun tugas esai kali ini sangat rumit, tulisannya tidak berada di luar cakupan. Ini semua adalah topik yang sudah kami ulas. Guru-guru di PL bertindak adil, dan Hani bukan satu-satunya yang mendapat nilai sempurna. Intinya adalah ... ini adalah nilai ujian Hani yang sebenarnya?"
"Tapi, bagaimana bisa nilai penuh dalam bahasa Indonesia tidak dapat dibenarkan? Bahkan jika komposisinya sempurna, tidak ada gunanya kalau dia tidak memahami bacaan? "Guru lain juga mengajukan pertanyaan.
Ekspresi Bu Vita saat ini juga agak mencurigakan, "Hani, aku baru saja memeriksa kertas ujianmu dengan hati-hati dan menemukan bahwa pemahaman bacaanmu persis sama dengan jawaban yang benar. Bisakah kamu menjelaskan ini?"
"Aku sudah pernah melihat dua pertanyaan itu, dan aku juga sudah menghafalnya. Pertanyaan pertama dalam pemahaman membaca berasal dari soal ujian gabungan tiga sekolah menengah atas untuk provinsi Jawa Barat dan pertanyaan kedua berasal dari soal ujian tiga belas SMA nasional di Jawa Barat," Hani menjawabnya dengan cepat.
Mata Vita berbinar ketika dia mendengar Hani mengatakan sumber dari dua soal itu sekaligus, "Ya, sumber dari dua pertanyaan ini memang ada di sana, karena dua set ujian itu terlalu sulit untuk dihafalkan. Tadinya, aku dan guru lainnya merasa tidak semua orang akan menguasainya, tapi dua pertanyaan pemahaman bacaan itu cukup bagus, jadi aku menggunakannya. Kamu mengerjakan soal-soal ujian itu juga sebagai latihan?"
Pemahaman bacaan adalah sesuatu yang mereka ajarkan tentang bagaimana menyelesaikan soal. Tidak mungkin siswa menghafal soal itu satu persatu. Toh, soal yang asli tidak akan pernah disajikan dalam ujian masuk perguruan tinggi.
Karenanya, apa Hani benar-benar menghafal semua jawaban pemahaman bacaan?
Para guru sedang berdiskusi. Seorang pria yang memakai sandal dan mata mengantuk, berusia sekitar 30 tahun, berjalan dengan santai, "Kalau soal-soal ujian itu bocor, kenapa soal matematika itu satu-satunya yang mendapatkan nol poin?" tanya Pak Mahmud, kepala urusan akademik. Melihat penampilan guru lain yang ceroboh, alisnya tiba-tiba berkerut, "Pak Budi, seharusnya Anda lebih memperhatikan citra Anda di sekolah!�� Guru matematika, Pak Budi, menguap lebar "Aku tidak ada kelas pagi ini ..."
Meskipun kepala urusan akademik tidak tahan melihatnya, dia tidak banyak bicara. Meskipun Pak Budi bukan orang yang buruk, tapi pengajaran matematikanya selalu yang terbaik di sekolah ini. Bahkan kepala sekolah pun menutup mata pada kelakuannya.
Benny berkata dengan tidak sabar, "Mungkin dia tidak mendapatkan soal ujian matematika. Sebaliknya, mana mungkin dia bisa menghafalkan dua set soal ujian pemahaman bacaan. Singkatnya, dia mungkin mencontek jadi kita tidak boleh membiarkannya begitu saja!"
Kepala urusan akademik memandang gadis di seberangnya dengan wajah serius, dan bertanya," Hani, darimana kamu mendapatkan soal ujian?"
Wajah Hani masih tanpa ekspresi "Aku mendapatkannya ketika aku akan menjawab soal-soalnya. "
Benny berkata tiba-tiba," Lihat, dia masih belum berkata jujur! "
Hani menatap Benny dengan tatapan dingin "Pak Benny, kamu terus mengatakan kalau aku mencontek dan melakukan kecurangan. Kalau memang ada bukti yang menunjukkan bahwa aku mendapatkan soal ujian sebelumnya maka aku tidak keberatan untuk keluar dari sekolah ini tapi kalau tidak ada, kuharap sekolah mau menarik kembali keputusannya untuk mengeluarkanku dari sekolah."
Benny tiba-tiba mencibir, "Itu mimpimu!"
Pak Budi menemukan kursi kosong. Dia duduk dan melambaikan tangannya, "Setelah semua ini, aku ingin tahu apakah nilai gadis ini benar-benar asli, jadi apa dia bisa mengikuti ujian lagi? Bukankah ada soal ujian cadangan? Lihat saja apa dia bisa merebut kembali soal ujian itu sekarang!"
Merebut kembali?
Mendengar apa yang dikatakan Budi, semua guru terdiam.
Walaupun Hani menolak untuk mengakuinya, dan hanya ada satu cara untuk menemukan kebenarannya.