Takeyuki melihat putranya menekan dada. Ada perasaan menyesal setelah menampar putranya tadi. Ah, Takeyuki memang tidak perlu berubah. Dia selalu berbuat kejam, setelah itu akan menyesalinya.
"Hei, ada apa? Apa kau terluka? Mana yang sakit, Nak?" Takeyuki terlihat khawatir.
"JANGAN SENTUH AKU! Uhuk uhuk uhuk! Huek! Uhuk!"
Takumi muntah-muntah, ia terus menekan dadanya.
"Kenapa ini, Paman? Apa mungkin akibat dia tak makan apapun?" Takeyuki berteriak panik melihat kondisi putranya.
"Mungkin saja." Profesor Akizawa menyahut. Ia menepuk pelan punggung Takumi.
Sedetik kemudian, tubuh Takumi kembali melemah. Takeyuki mendekapnya kembali, tak mempedulikan ia meronta dengan tenaganya yang tersisa.
"Paman Fujiwara, tambah kecepatannya! Taku harus segera mendapat pengobatan!" teriak Takeyuki, panik.
"Baiklah, Tuan Muda!"
Tuan Fujiwara menambah kecepatan mobil mereka.
"Uhuk uhuk! Hoek hoek!!"