Brak!!
Pyar!!
Prak!!
Suara-suara gaduh yang terdengar semakin lama semakin keras itulah yang membuat tidur Joon terusik.
Joon berusaha membuka mata, meski kelopak matanya terasa seperti ada lem yang merekatkannya.
Pyar!!
"Kalian semua keluar dari rumah ini! Rumah ini sudah dijual!" Terdengar suara orang marah-marah juga. Seperti di depan kamar Joon. Tapi, Joon tak tahu suara bariton siapa itu. Tidak mungkin itu suara papa, ayah atau daddy-nya.
Ah, Joon rasanya masih mengingat jelas bagaimana ia mengalahkan paman-paman pengganggu tadi. Joon tak tahu kekuatan dari mana itu. Tapi saat itu, Joon merasa ada kekuatan lain pada dirinya yang berusaha untuk menunjukkan eksistensi.
Atau mungkin juga Joon terlalu naif untuk mengakui bahwa memang dialah yang melakukan kekerasan itu tadi. Ia hanya butuh seseorang untuk disalahkan atas kekejamannya tadi.
