"Sensei, maafkan Gilang!" Gilang menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Sebenarnya, Gilang sudah datang ke sekolah dari pagi. Tapi gara-gara si kampret ini nyasar, jadi terpaksa Gilang nyusulin," sambung Gilang.
Takeyuki menoleh ka arah Joon, tapi ia belum melepaskan telinga Joon dan Gilang.
"Benar seperti itu?"
Joon mengangguk.
"Benar, Otou--- eh maksud saya Sensei. Saya kesasar tadi pagi, jadinya telat," ucap Joon dengan memasang wajah memelas.
Takeyuki melepaskan jewerannya.
"Baiklah! Sekarang tulis 200 kalimat penyesalan saja!"
"Apa?!"
Takeyuki mengangguk. Ia bersidekap.
"Iya. Sekarang pilih saja, memutari lapangan sepuluh kali atau menulis dua ratus kalimat penyesalan, heh?" sungut Takeyuki. Ia masih memasang wajah seram.
Joon dan Gilang saling melemparkan pandang. Setelah melakukan telepati sahabat, mereka memutuskan.
"Baiklah, kami menulis kalimat penyesalan saja, Sensei," putus Gilang.