"Kau yang apaan, Bodoh! Kau begitu kurang belaian, ya? Kenapa kau menciummu, Sialan!" teriakan Ryujin tak kalah keras dari bentakan Jaya tadi.
Jaya terdiam, mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi.
Ah, ternyata Jaya terlalu hanyut dalam mimpi indahnya hingga mengira Ryujin adalah Zenkyo-nya.
Tapi, ada yang belum ia mengerti saat ini.
"Kenapa kau tidur di kamarku, hah?!"
Kini Jaya ganti menghajar Ryujin. Berani sekali lelaki itu menghancurkan mimpi indah Jaya saat tidur siang begini?
Ryujin terus menangkis semua pukulan Jaya.
"Miryu dan Mario tak ada di rumah. Jadi, Len berinisiatif untuk main ke cafe ini. Karena aku juga mengantuk, aku ikut tidur siang di sebelahmu," ungkap Ryujin.
"Kenapa kau memilih kamar sempit cafe ini, hah?! Pantas saja sejak tadi hawanya panas. Eh, ternyata ada iblis di ruangan ini." Jaya berucap sambil menarik-narik kausnya, gerah.
"Itu karena aku merindukan adikku yang manis ini." Ryujin bersikap aneh. Ia mencubit kedua pipi Jaya.