Dengan diam, Tae hee pun melihat ke arah Jae seok yang berjalan meninggalkan dirinya tersebut. Ia pun berjalan menuju ke arah kelas untuk menaruh tottenbag yang ia bawa tadi dan menaruh hoodie Yoon bin yang belum sempat ia kembalikan pada Yoon bin tadi. Tae hee pun melihat ke arah jendela, memperhatikan murid-murid yang tengah berolah raga di lapangan. Namun Pantulan dirinya di jendela pun malah membuatnya kembali menyadari apa alasan ia berada di tempat ini, dengan cepat ia pun berlari menuju loker yang ada di depan kelasnya. Dengan cepat Tae hee menuruni anak tangga dan langsung berhenti tepat di depan loker Min ah. Perlahan tangan nya pun menggapai loker tersebut, namun dengan cepat ia membatalkannya.
" saat aku sudah bisa mendapatkan kunci itu, bersiaplah untuk memulai perang dengan ku" sahut Tae hee pelan.
Ia pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lokernya dan langsung membuka nya. Namun saat lokernya terbuka ia pun melihat surat yang bertuliskan ancaman pada dirinya yang di tulis dengan tinta berwarna merah serta sebuah amplop berwarna merah. Dengan perlahan ia membuka amplop merah tersebut yang ternyata adalah sebuah foto Tae hee, Min Ah dan Hyo Rin yang memakai seragam sekolah yang berbeda. Pada foto tersebut wajah Min ah terlihat sudah di silang dengan sebuah spidol merah dan wajah Hyo rin yang di lingkari dengan sebuah kalimat " selanjutnya dia ". Dengan cepat Tae hee menutup foto tersebut dan memasukkan nya ke dalam tas nya, ia pun menutup lokernya namun entah dari mana Yoon bin muncul di hadapan Tae hee dan memberikan nya sebuah susu kotak.
Dengan cepatnya Jae seok memperlihatkan skill nya dalam Taekwondo yang membuat siswi yang baru bergabung di kelas tersebut terpukau oleh Jae seok. Mata kecil dan tajam nya membuat nya terlihat cool serta penampilan badboy nya yang menjadi ciri khas nya di sekolah yang membuat Jae seok terkenal di sekolah, sifat nya yang cuek dengan lingkungan sekitar membuatnya tidak pemperdulikan apa yang tengah terjadi di sekolah dan mengabaikan orang-orang di dekat nya. Namun di balik itu semua, Jae seok hanya nya seorang anak yang sangat patuh pada ibunya.
pada dasarnya Baik Jae seok maupun Tae hee yang memilih untuk menetap sendirian masing-masing memiliki alasan yang berbeda. Sebagian orang merasa bahwa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman baginya untuk tinggal, namun bagi dua orang ini rumah tidak lah lebih dari sebuah tempat dimana diri tersebut di belengggu dan terkurung rapat.tempat dimana tidak ada nya sebuah privasi dan ruang untuk diri sendiri. Jae seok bahkan belum bisa menangis lagi setelah kepergian ibunya, ia merasa air mata nya bahkan sudah habis untuk hal yang menyedihkan untuk dirinya sendiri.
Di tempat yang lain, ada yang lebih tengah berlarut dalam dimensi gelapnya, Sendirian dalam diam dan lamunan yang seakan menelan Tae hee yang tengah berdiri di balkon sekolah dengan Yoon bin. Sejak tadi Yoon bin mengajak nya berbicara, namun Tae hee Nampak nya malah tenggelam dalam lamunannya dan tak mendengarkan apa yang di katakan oleh Yoon bin. Yoon bin pun terdiam dan menatap ke arah wajah Tae hee yang tengah terdiam dengan mata yang kosong tersebut, tanpa kata dan membiarkan angin yang mengisi suara di antara mereka berdua. Namun Seiring berjalannya waktu Tae hee pun malah semakin mengingat terlalu dalam pada masa lalu nya yang sangat galap bagi nya. Dalam pikiran nya menggambarkan seorang anak yang hanya berdiri di ujung sebuah ruangan dan melihat ke arah orang-orang yang tengah tertawa bersama, gambaran itu pun berubah menjadi ke arah seorang anak yang berdiri di tengah-tengah taman bermain dengan anak-anak yang tengah bermain bersama dan tertawa bersama di sana. Namun hanya anak tersebut yang berdiri sendirian dan terdiam. Karena berjalan semakin buruk, akhirnya Tae hee pun menghancurkan lamunan nya tersebut dan tersadar bahwa ia kini tengah berada di balkon bersama Yoon bin. Yoon bin pun tersenyum saat melihat Tae hee yang baru sadar dari lamunannya tersebut, dan malah tersenyum sambil menyodorkan kotak susu yang sedari tadi ia pegang dan akan ia berikan pada Tae hee.
" Terima kasih " sahut Tae hee sambil mengambil kotak susu tersebut.
" ahh. Aku melupakan sesuatu, seharusnya tadi aku langsung memberikan hoodie yang kau pinjamkan padaku kemarin. Aku sudah mencuci nya dan ada di loker ku " lanjutnya.
" tidak apa-apa, aku masih ada hoodie yang lain " sahut Yoon bin.
Yoon bin pun menyipitkan matanya, ia mencoba melihat ke dalam mata Tae hee guna mengganggunya tapi Tae hee hanya kebingungan melihat apa yang di lakukan oleh Yoon bin tersebut dan langsung mempalingkan wajah nya dari Yoon bin yang mendekatkan wajah nya dekat dengannya.
" kau memiliki mata yang indah " sahut Yoon bin.
" kau ini memujiku atau mengejekku ? " sahut Tae hee yang malah membuat Yoon bin tertawa di depannya.
Seketika Tae hee pun terdiam sejenak dan membuka ponselnya untuk melihat waktu, di sana tertera pukul 11 siang yang menandakan ia harus segera pergi bergegas untuk memasuki kelas tambahannya. Ia pun pamit pada Yoon bin dan segera bergegas turun. Pemilihan kelas, club tambahan, serta nomor loker kelas sudah Tae hee rencanakan dengan sangat matang. Ia sudah sangat mengingatnya saat Min ah mengatakan ada di kelas mana ia berada, dan club apa yang ia ambil di sekolah tapi hanya satu yang Min Ah tidak pernah ungkapkan pada Tae hee dan Hyo rin, bahwa dengan siapa ia menjalin hubungan dan siapa nama pacarnya yang ia katakan satu sekolah dengannya.
Tae hee pun memasuki ruangan dimana di dalam hatinya tidak pernah ia sukai. Dengan sangat terpaksa ia harus ikut club tersebut demi mengungkap apa yang terjadi di balik kematian Min ah, Tae hee bahkan sempat ingin menangis karena harus kembali menjadi seorang anggota club pemanah lagi. Ya, Tae hee pernah merasa tertekan saat dirinya pernah menjadi anggota club memanah di smp. Dimana ia harus di tekan untuk bisa menjadi yang terbaik di club tersebut demi apa yang di inginkan oleh sekolahnya, ia akan dimarahi jika saat penilaian dirinya mendapatkan nilai yang buruk. Bagi sekolah, Tae hee adalah murid yang pandai dalam hal akademik dan hal itu yang membuat prestasi sekolahnya naik dengan begitu sekolah pun menekan Tae hee untuk bisa dalam bidang olahraga juga terlebih dalam hal memanah yang ia pilih sejak memasuki sekolah.
Dengan cepat ia pun mengganti pakaian nya dan menggulungkan sebuah kain ke telapak tangannya, dengan cepat ia mengambil busur panahnya dan berjalan ke arah tempat latihan. Sebelum ia memasuki ruangan, ia pun melihat dirinya pada sebuah cermin dan melihat ke arah matanya sendiri.
" kau bilang mata ini indah ? tidak kah kau melihat badai yang ingin keluar dari dalam mata ini ? " sahut Tae hee pelan dan langsung memasuki ruang latihan.
Di dalam ruang latihan terlihat suasana sudah ramai dengan murid-murid yang mengikuti club tersebut yang kemudian menengok ke arah Tae hee yang datang dengan membawa busur yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Ekspresi wajah Tae hee saat itu pun membuat semua orang yang berada di sana meragukannya, ia memang sangat canggung berada di tempat yang tidak ia sukai sejak dulu dan hari ini adalah hari pertama kali nya ia berada di club tersebut yang bertepatan dengan hari penilaian bulanan yang di adakan setiap bulan untuk melihat perkembangan para murid di dalam club tersebut.
Pelatih dan guru penanggung jawab club pemanah pun memasuki ruangan yang membuat suasana di sana semakin suram bagi Tae hee, ia memikirkan bagaimana jika dirinya takut dan mendapatkan nilai yang sangat buruk maka anggota yang lain akan dengan mudah mengejeknya dan menggagalkan rencananya. Ditambah dengan ruangan latihan yang terbuka yang hanya membataskan lapangan pemanah dengan kaca putih ke ruang koridor kelas yang membuat murid yang tengah melintas di sana bisa menonton dari dekat. Tangan Tae hee pun seketikan bergetar dan dirinya mulai merasa gugup saat melihat ada puluhan murid yang menonton di tambah lagi ia melihat di koridor kelas semua murid dari club Taekwondo sudah keluar dari ruangannya, di sanalah tanpa sengaja Jae seok yang baru saja keluar dari ruangan latihannya melihat Tae hee yang tengah gugup itu melihat ke arah koridor. Ia pun tertawa kecil yang kemudian melambaikan tangan nya kepada Tae hee yang kebetulan melihatnya dan mengisyaratkan Tae hee untuk menemuinya saat itu juga.
Tae hee yang takut itu pun perlahan berdiri dengan tangan yang masih gemetar, ia pun berjalan cepat untuk menemui Jae seok. Jae seok yang sudah menunggunya di depan pintu itu pun langsung tertawa saat Tae hee keluar dari ruangan yang langsung mendapatkan pukulan di lengannya.
" Yakkk!! Apa kau sudah gila?!. Aku ketakukatan dan kau menyuruh ku keluar agar kau bisa menetertawakanku! " sahut Tae hee dengan pukulan yang ia layangkan pada Jae seok agar berhenti tertawa.
" Tae hee-ah, apa yang harus kau takutkan ? kau selalu mendapatkan nilai yang baik setiap kali penilaian bulanan. Kau berada di tempat yang berbeda sekarang, kau bukan lagi Tae hee yang takut pada orang yang mengejekmu kan ? aku yakin kau akan memukul mereka seperti kau memukul seseorang saat jam makan siang waktu itu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa …. Kalah kan mereka semua dan kembali lah " sahut Jae seok.
Mendengar hal itu, Tae hee pun langsung membalikkan badan nya berjalan kembali masuk ke ruang latihan. Ia pun menggulung rambutnya sambil berjalan mendekat ke arah anggota yang lain yang tengah bersiap untuk penilaian. Ada tiga siswi yang sudah melakukan penilaian dengan nilai yang lumayan baik, mereka dengan terang-terangan mentertawakan Tae hee yang tadi terlihat ketakuan dan canggung. Tae hee yang mendengar hal itu pun hanya menatap sekilas kepada kita siswa tersebut dan segera mempalingkan wajah nya ke arah busur nya yang ia taruh di kursi.
" Moon Tae hee…. " sahut salah satu guru yang memanggil namanya untuk segera melakukan penilaian nya yang pertama.
" aku rasa hari ini ia akan mendapatkan nilai yang buruk, kalian lihat saja, dengan melihat dirinya gugup seperti itu, bukankah akan menyebabkannya mendapat kan point rendah hahahah"
Tae hee pun tersenyum kecil, ia pun melewati ketiga siswi tersebut dengan rasa cuek nya. Mungkin seperti ini lah gambaran dari hari-hari Min Ah,terlalu banyak murid di sini yang suka merendahkan seseorang. Empat orang pun berdiri di garis lapangan dengan masing – masing memegang busur besar mereka, salah satu dari ke empat orang tersebut adalah Tae hee yang statusnya adalah anggota baru di club tersebut. Satu persatu dari mereka akan memiliki 3x kesempatan untuk mendapatkan poin yang akan menjadi nilai bagi mereka. Jika orang tersebut dapat point sempurna, ia bisa menggunakan dua kesempatan nya untuk menambahkan pointnya.
Satu persatu dari mereka pun sudah menyelesaikan penilaian yang baik dengan point yang cukup baik, hanya tersisa Tae hee yang tengah bersiap dan mengankat busurnya.
" hari demi hari teman ku menderita di dalam tempat yang seperti neraka ini, murid-murid yang memiliki background keluarga kaya di tempat ini sama sekali tidak ramah, mereka akan berusaha membunuh orang-orang yang lemah seperti Min ah. Saat masuk ke tempat ini aku sudah berjanji pada mu, bahwa aku akan menghancurkan orang-orang itu sampai mereka merasakan apa yang kau rasakan setiap hari di tempat ini. dengan ini, aku akan menjadi diriku sendiri dan saat mataku melihat penindasan tepat di depanku, aku akan memukul mereka sampai debu di tubuh mereka berterbangan. " sahut Tae hee di dalam hatinya.
Ia pun menutup satu matanya untuk melihat ke arah papan sasaran yang ada jauh di depannya, shuttt…. Anak panah pun terlepas dari tangan nya dan mengenai sasaran dengan tepat. Dengan cepat Tae hee pun mengambil anak panah lagi dan memanahkan nya lagi yang langsung tepat mengenai anak panah nya yang pertama, begitu pun anak panah ke tiga yang ia lesatkan yang membelah anak panah kedua dan pertama. Guru yang menjadi juri saat itu pun segera berdiri dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Semua orang yang melihat pun langsung terdiam termasuk ketiga siswi yang tadi menetertawakannya, mereka semua langsung melihat ke arah Tae hee. Ia pun membungkukkan badan ke pada para juri dan berjalan menuju ruang ganti, dengan cepat ia pun menaruh busurnya. Namun saat ia akan mengambil seragam sekolahnya, ingatan itu pun muncul di dalam otak Tae hee dan membuatnya berlari keluar ruangan. Jae seok yang melihat Tae hee bergegas dengan wajah ketakutan itu pun langsung ikut berlari mengejarnya ke atas atap sekolah. Dengan cepat Jae seok mencari keberadaan Tae hee di atas atap, Tae hee Nampak tengah menangis sambil menutup kedua telinga nya di dekat gudang. Jae seok pun melangkahkan kakinya dengan perlahan mendekati Tae hee, ia pun memeluknya dengan lembut, ia tidak tega melihat sahabat lamanya menderita dalam labirin kepanikannya sendirian.