ROSE AND SUNSET
Sang raja sedang menikmati waktu paginya di depan danau dekat aula istana. Badannya bermandikan sinar matahari hangat.
Tiba-tiba seorang kasim datang setengah berlari dari belakang sang raja. Dia pun meminta tempat agar bisa lebih dekat dengan raja. Ia pun mulai mendekati raja dan berbisik. Raut muka sang raja langsung berubah. Ia menjadi lebih ceria dari sebelumnya.
"benarkah? Aku merasa bangga dengan putraku. Akan kupastikan semua rakyatku puas dengan pertunjukan ini, selain itu jika ia bersama hansung aku juga yakin ia akan mendapatkan prestasi yang gemilang dengan ini". Kata sang raja.
"mereka memutuskan satu tim dengan nona chaewon yang mulia" tambah sang kasim.
"aku tidak peduli dengan gadis itu tambah sang raja.
"iya tuan?"
"aku tidak peduli dengan putri dari shin dongwook, aku sudah terlanjur memandangnya buruk perihal kesetiaan meskipun prestasinya selama ini sangat bagus untuk kerajan. Tapi tidak memungkinkan kalau dia juga akan berusaha menggulingkanku suatu hari nanti" setelah mengatakan hal tersebut sang raja lalu berbalik dan menuju ke ruang sidang karena sudah waktunya sidang.
# # #
Hansung dan dohyun sudah memulai perjalanan pagi mereka di pagi buta. Mereka menuju ke tempat yang sunyi dan sepi, di dalam hutan. Kata dohyun hutan adalah tempat terbaik untuk latihan panahan. Maka hansung pun menurut.
Setelah mendapat tempat yang ideal, dohyun menurunkan tasnya dan mengajak hansung berlari mengelilingi hutan. Mereka berdua menikmati waktu pagi mereka bersama, melewati hutan bambu menyeberagi sungai, berendam di bawah air terjun, setelah itu dohyun mengajak hansung kembali ke tempat awal mereka datang ke tempat tersebut.
Disana ia sudah memasang beberapa pohon yang ia ratakan dan ia lingkari seperti papan pada panahan umumnya.
Hansung menyiapkan panah dan busur untuk ia Tarik di kejauhan 3 meter di depan papan pohon yang telah disiapkan oleh dohyun. Tembakan pertamanya melesat tepat di pusat.
"tembakan bagus hansung"
Hansung pun tersenyum, kemudian dia mundur beberapa meter dan siap membidikkan anak panah lagi. "eeh tunggu, tunggu. Jangan tembakkan sekarang" dohyun kemudian mundur beberapa meter lagi.
"siap menembak?" Tanya dohyun.
Hansung sudah siap menembakkan anak panah. Kemudian beberapa detik kemudian anak panahnya sudah melesat jauh namun sayang, anak panahnya meleset dari titik tengah.
"kau sudah mencapai batasmu rupanya?" kata dohyun.
"yah, kan ilmu yang hansung ajarkan itu sewaktu aku masih kecil. Tentu aku sudah lupa, lagian paman lebih memercayai untuk belajar pedang daripada panahan"
Dohyun tidak peduli dengan alasan yang hansung lontarkan. "sudahlah, kau harus melatih otot tanganmu sekarang agar bisa menarik anak panah lebih kuat lagi"
Hansung menggerutu karena sikap tegas dohyun yang muncul di saat seperti ini. Namun ketika ia hendak menggantungkan diri di ranting pohon untuk mengangkat tubuhnya, seberkas sinar matahari mulai muncul di balik pohon-pohon.
"Dohyun!! Lihat! Matahari sudah muncul, sudah saatnya kita harus kembali! Teman-teman seasrama kita pasti sedang mencari keberadaan kita. Ayo segera kembali pulang!" kata hansung sambil membawa perbekalannya dan segera lari menuju jalan pulang.
Dohyun yang sedang mencabut satu per satu anak panah hanya bisa menghela napas. "huft, dasar anak itu".
"dohyun! Buruan! Keburu siang!" teriak hansung.
Dohyun merapikan perbekalannya dan mulai menyusul temennya untuk kembali pulang ke asrama bongsul.
# # #
Chaewon hendak mengunjungi kakaknya yang masih dalam masa hukuman di dalam mansionnya. Sebelum melakukan tindakannya ini, ia sudah berpikir hingga ribuan kali. Ia sebenarnya sayang dengan kakaknya, hanya saja terkadang ia takut dengan kemarahan kakaknya yang tidak terduga.
Di depan pintu kamarnya, chaewon menarik napas dalam-dalam. Hingga akhirnya ia berkata pada pelayan kakaknya untuk membuka pintu.
Dawon berada di dalam sedang menyesap tehnya dengan sebuah buku yang halamannya terbuka di depan mejanya, "ada apa kau kemari?" tanyanya tajam.
Chaewon masih terdiam hingga ia menoleh ke belakang sebagai pertanda bahwa ia ingin pintunya ditutup. Pelayannya pun mengangguk kemudian menutup pintunya dari luar.
"duduklah" kata dawon.
Chaewon menuruti perkataan kakaknya, ia pun duduk tepat di seberang meja kakaknya. "aku ingin minta maaf sebelumnya, aku memutuskan untuk menerima tawaran hansung dan hyunsang dalam pertandingan panahan tahun ini" kata chaewon terus terang.
"aku sudah tahu, lagipula ini juga karena kesalahanku sendiri. Membuat hansung hampir celaka dan akhirnya aku dideportasi dari permainan ini tahun ini" kata dawon terus terang.
"kakak, akan kupastikan bahwa aku dan mereka akan menang tahun ini" kata chaewon sungguh-sungguh.
"tidak perlu bersungguh-sungguh untuk menang tahun ini. Aku tidak hadir untuk keluarga ini, jikapun kalian menang pertandingan itu sama saja artinya dengan memalukan keluarga kita" ujar dawon tanpa menoleh sedikitpun ke adiknya.
"jadi, menurutmu? Apakah timku nanti harus kalah?" Tanya chaewon untuk memastikan.
"itu, jika bisa kau lakukan, asal kau tahu saja, ada tuang hyunsang di dalam timmu. Sulit untuk menjaga agar kalian kalah, dia penuh tekad untuk memenangkan setiap pertandingan yang ia ikuti" kata dawon.
Chaewon tampat termenung sebentar.
"benar chaewon" seolah-olah dawon paham akan jalan pikiran adiknya.
"kau harus berusaha meredam semangat tuan hyunsang dalam mengikuti pertandingan ini. Mengingat siapa asal usul dari si hansung, dia pasti memiliki kemampuan untuk menguasai senjata apapun itu dan dia bersikap loyal terhadap raja. Aku yakin bagi dia jauh lebih mudah memegang kendali kemenangan daripada kekalahan" tambah dawon.
Chaewon dilemma, di sisi lain ia ingin menang karena ia bertekad menunjukkan dirinya yang bisa hidup di ambang kemenangan meski tanpa kehadiran dawon tapi di sisi lain, ia tidak mau menang hanya karena dua nama orang hebat tersebut. Dia pun termenung.
"chaewon apa yang kau pikirkan?" Tanya dawon menyadarkan lamunanya.
"oh tidak, tidak apa-apa" kata chaewon.
"aku harap kau lebih percaya dengan kata-kataku daripada keyakinanmu, chaewon" kata dawon.
Chaewon memutuskan untuk pergi meninggalkan kakaknya, ia sedih. Bagaimana mungkin kakaknya lebih memilih untuk menyuruhnya menjadi seorang pecundang daripada pemenang?
Akhirnya ia pun memutuskan untuk berjalan di sekeliling danau, di depannya terdapat sebuah batu besar dan ia pun duduk di atasnya.
Chaewon memandang ke permukaan air danau yang memantulkan cerminan wajahnya. Beberapa kali ia Nampak menghela napas panjang, hingga akhirnya ia tertunduk lesu.
Sebuah tangan muncul di depan wajahnya dengan menggenggam setangkai bunga kecil. Chaewon aslinya terkejut, namun ia hanya terdiam berusaha menetralkan detak jantung yang bergemuruh.
"kau butuh semangat nona"
"kau?" chaewon terkejut karena ternyata orang yang memberinya setangkai bunga adalah pria yang selama ini ingin ia hindari. Kim hansung.
"kenapa? Terkejut? Maaf karena aku hanya mampu memberimu setangkai Bunga kecil ini. Andaikan aku sudah punya uang yang banyak aku harap aku bisa memberimu lebih dari ini" kata hansung. Tanpa disadarinya bunga kecil di tangannya diambil oleh chaewon.
"tuan hansung?"
"iya?" jawab hansung.
"apa kau ingin memenangkan pertandingan ini?" Tanya chaewon.
"hmmm, tunggu biar kupikir dulu" kata hansung sambil termenung diam memandang permukaan air yang memantulkan bayangan mereka.
"jujur, aku mengikuti pertandingan ini agar masa hukumanku dengan hyunsang bisa lebih diperpendek. Soal menang atau kalah itu kan urusan nanti" jawab hansung.
Begitu mengucapkan jawaban sesederhana itu, hansung pun berkata dalam hatinya, "setidaknya ada satu hal yang bisa kujadikan hadiah untuk adik tiriku ini"