ROSE AND SUNSET
Beberapa hari sebelumnya…
Dalam rapat dengan para petinggi istana pagi itu, sang raja mengumumkan akan diadakannya festival musim semi seperti tahun sebelumnya. Yaitu, sebuah festival untuk mendapatkan hadiah istimewa dari raja kepada putri bangsawan yang berhasil memenangkan pertandingan panahan.
Permainan panahan untuk putri bangsawan tidaklah mudah, mereka harus dibiarkan mencari buruan mereka sendiri sesuai petunjuk yang telah dibuat oleh panitia. Permainan semacam ini telah menjadi permainan tradisi untuk para bangsawan. Dahulu, pesertanya adalah para pria tapi setelah dilakukan suatu perundingan untuk dua tahun sekali para pria akan ikut bermain bersama para wanita bangsawan lainnya.
Kesempatan seperti ini menjadi ajang bagi perempuan bangsawan untuk menaikkan reputasi mereka. Tujuannya adalah agar mereka bisa mendapatkan hati para bangsawan yang berpengaruh di istana dan tentunya ia juga akan memiliki kuasa di dalam istana.
"ibu, jika aku bisa memenangkan pertandingan panahan ini bolehkah aku meminta suatu permintaan?" Tanya chaewon pada suatu pada saat menemani ibunya memberi makan burung kesayangannya.
"kamu adalah putriku yang paling baik dan cantik, tentu saja apapun permintaanmu itu akan aku kabulkan. Memangnya apa ada sesuatu dari kebutuhanmu yang belum kupenuhi?" Tanya balik ibunya kepada chaewon.
"tidak ada ibu, hanya saja aku menginginkan sesuatu yang belum pernah kuminta sebelumnya. Lagipula aku sudah dewasa, aku ingin mendapatkan sesuatu setelah aku berusaha" kata chaewon.
"baguslah kau punya pemikiran seperti itu, ibu bangga. Siapapun yang terlahir dari keluarga shin harus memiliki ambisi yang kuat untuk meraih sesuatu. Jangan sampai ambisimu diambil oleh orang lain" kata ibu chaewon kepada putrinya sambil tersenyum.
Namun, jauh di dalam lubuk hatinya ia menginginkan bahwa putrinya memiliki ambisi yang sama sepertinya, bukan seperti ayahnya.
# # #
Hansung dan hyunsang mendapatkan hukuman kedua. Dirinya disuruh pelatih yoon untuk menerima semua perintah dari seorang pelatih lainnya seharian penuh. Akhirnya mereka berdua membuat kesepakatan untuk menuruti pelatih jung. Pelatih jung adalah seorang tabib senior di istana, dirinya meminta mereka berdua untuk mencarikan sebuah buku farmasi yang ada di salah satu took buku pinggiran kota.
Mereka berangkat ke toko tersebut saat sore hari, disaat pelajaran sehari itu sudah selesai. Mereka lebih banyak diam selama perjalanan, hansung masih merasa sedih mengingat dirinya ditampar oleh paman hanlong saat mereka berbicara empat mata.
Mungkin hyunsang tidak menyadarinya karena tidak melihat hansung dengan teliti, di sudut sebelah kanan bibirnya terdapat lebam dan sedikit bekas darah masih memerah di sana.
"Kau harusnya ingat, kau disini membawa nama hansung. Kau sendiri yang bilang yang akan meninggikan nama hansung, namun dengan kejadian barusan kau sama saja menginjak-injak nama hansung. Apa kau tidak malu dengan janjimu itu?" ujar paman hanlong setelah menamparnya.
Perasaan hansung masih sakit saat keberangkatan tersebut. Dirinya merasa kehilangan kepercayaan dari orang yang dia percaya. Apalagi di tempat asing seperti ini hanya pamannya lah yang mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
Perasaan bersalah langsung menyelimuti hatinya, ia merasa telah gagal memerankan hansung anak yang baik dan jujur, kini ia sama saja seperti membunuh hansung dengan cara yang menyakitkan.
"hei, kau kan pria dari desa apa kau pernah berkeliling kota selama masa orientasi kemarin?" Tanya hyunsang mencoba membuka pembicaraan meskipun dengan nada yang masih terdengar datar.
Tidak ada jawaban dari hansung, diapun membiarkannya selama beberapa saat hingga di saat yang ia rasa tepat dirinya mencoba menoleh kea rah temannya itu dan terkejut. Hansung sedang menatap jalanan kosong sambil berjalan, hyunsang tidak tahu apa yang sedang dipikirkan temannya saat itu. Ia juga baru menyadari bahwa ada sedikit bekas darah di sudut bibir hansung.
"hansung!" teriak hyunsang karena terkejut melihat temannya yang baru ia sadari saat ini.
Hansung masih diam, kakinya tetap berjalan lurus. Hingga akhirnya ia terkejut karena cengekeraman seseorang di pundaknya, "hei! Apa yang sedang terjadi? Kau sedikit terluka sini ke tepi jalan dulu" hyunsang terus saja mengomelinya tanpa hansung gubris sedikitpun. Seketika itu telinganya yang terasa tersumbat oleh sesuatu langsung terkejut dan menoleh kea rah temannya. Dirinya sedang ditarik untuk duduk di sebuah bangku samping jalanan pasar. "apa yang sedang kau lakukan?" Tanya hansung.
"sudahlah, diam dulu kau. Ada sedikit luka di tepi bibirmu, sepertinya belum kau obati. Aku obati sebentar, aku selalu membawa salep ini kemanapun aku pergi aku rasa akan ampuh juga di kamu" kata hyunsang sambil mengeluakan sebuah bungkusan dari kantong lengannya.
Hansung hany terdiam, saat hyunsang hendak mengoleskan salep itu ke bibirnya dia menepis tangan hyunsang, "sudahlah, ayo kita lanjutkan untuk mencari buku yang dimaksud pelatih jung" kata hansung sambil berdiri dan berjalan lurus.
"aku tidak habis pikir, sepertinya aku telah membuat kesalahan besar. Huft, tak lama setelah ini ayah pasti akan memanggilku ke ruangannya" kata hyunsang sebelum akhirnya ia juga berdiri dan menyusul hansung.
Saat hyunsang berjalan santai ia melihat hansung sedang berdiri terpaku di depan sebuah toko dengan plang nama kayu besar di atasnya. Hyunsang penasaran hingga akhirnya mendekati teman sekamarnya itu dan bertanya "kau sedang memandangi apa?" hansung agak terkejut nampaknya. Namun ia tetap meladeni hyunsang dan berkata "oh, aku hanya merasa sepertinya aku pernah masuk ke tempat ini".
Hyunsang mencoba melihat plang nama yang ada di atas pintu toko buku yang sedang dipasang. "wah, benarkah. Aku juga merasa seperti pernah mendatanginya, sudah lama sepertinya. Hei! Tentu saja aku pernah mendatanginya. Aku kan tinggal di kota" penjelasan hyunsang membuatnya sebal hingga akhirnya ia masuk ke dalam terlebih dahulu.
"permisi, ada orang disini?" kata hansung ketika memasuki toko tersebut. Ia merasa sedikit terkejut, bahkan tata dekorasi interior ruangan ini tidak berubah, ia menjadi benar-benar yakin bahwa dulu ia pernah memasuki tempat ini.
Sebuah sosok mendadak muncul di belakang sebuah meja dan itu sangat mengejutkan mereka berdua terutama hyunsang yang baru masuk ke ruangan tersebut.
"aaakkk" teriak mereka hampir bersamaan, untungnya setelah itu mereka saling sadar dan tidak berteriak lagi. "oh, kalian datang lagi rupanya. Sudah lama kalian tidak datang ke tempat ini, silakan masuk tapi jangan merusak sedikitpun barang barang yang ada di sini, mengerti?" dalam hati hansung terkejut sekali. Bagaimana mungkin orang tua ini bisa mengingatnya dengan baik, ia memang pernah kesini beberapa tahun yang lalu saat ke kota. Saat itu juga ia ingat bahwa ia berada di ruangan yang sama dengan buronan istana, karena saat itu, setelah keluar dari toko buku tersebut ia dikejar-kejar oleh prajurit istana.
"kami berjanji kami hanya akan mengambil satu barang lalu pergi" kata hyunsang enteng. Ia merasa dikenal oleh siapapun karena dirinya adalah seorang pangeran dan arak-arak kerajaan tentunya juga pernah lewat depan toko ini berkali kali.
Penjaga toko menambahkan, "aku yakin aku seperti pernah melihatmu, tapi kenapa kau berbeda sekali sekarang?" hansung yang merasa tatapan mata itu untuknya langsung membeku seketika, "orang ini mengetahui aku yang sebenarnya?" tanyanya dalam hati.