Chereads / Beautiful Peach Blossom / Chapter 28 - BAB 28 "KECEROBOHAN YANG TAK HARUS KULAKUKAN"

Chapter 28 - BAB 28 "KECEROBOHAN YANG TAK HARUS KULAKUKAN"

ROSE AND SUNSET

Sinar matahari sudah mulai naik, merambat menerobos lubang-lubang udara yang ada di balik dedaunan. Istana-istana Nampak seperti bangunan emas yang berdiri kokoh di tengah perkotaan. Sungguh indah, apalagi ditambah mekarnya bunga-bunga sakura yang hidup mengelilingi istana. Pemandangan indah seperti ini seperti sarapan bagi hansung setiap harinya.

Sama seperti hari-harinya yang biasa, ia selalu bangun terlebih dahulu dibandingkan teman-teman seangkatannya. Pagi itu, ia sedang memetik satu bunga sakura di samping tempatnya duduk. Saat itu ia sedang duduk di pagar tertinggi di sebelah barat yang ada di samping kaki bukit, tempat itu serasa menjadi markas pribadinya karena ia sering menghabiskan waktu paginya sebelum sarapan dan berkumpul dengan temannya disana.

Namun, pada pagi itu, ia menemukan sesuatu yang tak terduga. Sebuah suara jatuh yang sangat keras. Ia kira adalah suara seekor kucing, tapi setelah ia menoleh ternyata ada sesosok manusia yang menggunakan baju serba hitam yang tak lain adalah teman satu asramanya, lee dohyun.

"Dohyun? Kau sedang apa disini?" dohyun yang dipanggil hansung langsung kebingungan. Dirinya tidak menyangka akan bertemu teman seasramanya disini.

"Aku? Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?" Tanya dohyun memutar balikkan pertanyaan temannya.

"aku memang datang ke sini setiap paginya. Kau seperti baru datang dari suatu tempat, kau bangun jam berapa tiap harinya? Apa jangan jangan kau tidak tidur?" Tanya hansung.

"aku memang tidur bentar kalau malam hari. Aku habis olahraga keliling ibukota" jawab dohyun dengan jelas.

"oh, begitu. Ya sudahlah" kata hansung kemudian.

"ayo kembali ke asrama, kita harus bersiap untuk kelas selanjutnya" kata dohyun kepada hansung.

Hingga akhirnya mereka berdua berjalan menuju ke asrama untuk bersiap-siap ke kelas selanjutnya.

# # #

Berbeda dengan kehidupan para gadis bangsawan di istana, musim semi ini mereka semua sedang mempersiapkan penampilan terbaik mereka untuk mengikuti perlombaan panahan. Perlombaan panahan ini bukanlah perlombaan panahan biasa, tidak semua wanita bisa mengikutinya, salah satu persyaratan mengikuti perlombaan ini adalah merupakan bangsawan yang berpengaruh di ibukota. Jika ada seorang gadis yang ayahnya merupakan bangsawan dan ibunya merupakan rakyat biasa maka dipastikan tidak akan lolos dalam babak penyisihan.

Semua gadis di istana sangat antusias terutama bagi chaewon dan dawon yang akan mempertaruhkan nama ayah mereka. Sejak pagi hari ketika mereka berdua dipanggil ke ruang pribadi ibunya, mereka selalu mengatur jadwal dengan pelatih panahan khusus atas perintah ibunya.

Tentu saja, kesempatan untuk menunjukkan kekuasaannya seperti ini tidak akan pernah dilewatkan oleh lee jungyeon yang haus akan harta dan kekuasaan. Ia mengharapkan kedua putrinya akan menjadi putri bangsawan paling unggul semasa hidupnya. Berbagai cara licik akan ia gunakan untuk menaikkan derajatnya di mata orang banyak, si sulung dawon selalu membantu ibunya dalam menjalankan rencana kotor akan tetapi bagi si bungsu chaewon, dia hanya menjalankan tugas dari sang ibu tanpa pernah menduga hal buruk apa yang sedang dipersiapkan ibunya untuk dirinya dan kakaknya.

Suatu malam, lee jungyeon keluar dari mansionnya dengan diam-diam bersama dayang pribadinya. Ia menyelinap melewati lorong rahasia yang ia buat tanpa sepengetahuan suami dan anak-anaknya. Jungyeon menyelusuri jalanan sepi di ibukota, dirinya melewati gang-gang sempit di pasar hingga akhirnya seperti lenyap ketika melewati sebuah pohon sakura yang lebat bunganya di ujung pekarangan seorang warga.

"aku harap kau tidak mengecewakanku kali ini" kata jungyeon kepada seorang pria yang menghadap ke pembakaran besi dengan api yang menyala-nyala besar.

Pria berbadan besar itu menoleh sedikit ke belakang, "tentu saja aku tidak pernah mengecewakan siapapun". Pria berbadan besar itu kemudian berdiri dan menuju ke sisi ruangan yang lain. Tak lama kemudian dirinya membawa dua buah kantong anak panah berisi penuh dan dua buah busur di masing-masing kantong anak panahnya.

"semua sesuai seperti apa yang kau pesan nyonya" kata pria itu sambil menyerahkan dua kotak berisi anak panah beserta busur kepada jungyeon. "baiklah, aku harap kau tidak akan pernah menghianati kepercayaanku" ucap jungyeon dengan nada penuh ancaman.

"tentu saja tidak nyonya, asal kau juga menepati janjimu" kata pria berbadan besar tadi.

# # #

Di kelas pagi itu, semua anak sudah duduk di tempatnya masing-masing sambil membawa tugas yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Hansung duduk sejauh mungkin dan hyunsang, ia tidak mau terlibat menjadi objek kemarahan dan keangkuhan hyunsang lagi. Di sampingnya ada seonho yang selalu mendampinginya dimanapun ia akan pergi.

Setelah semua siswa masuk dan duduk dengan rapi di dalam kelas pelatih mereka pun masuk. Jadwal hari itu adalah pelatih yoon shinwon, beliau adalah ahli dalam seni gambar dan arsitektur, selain itu pelatih shinwon merupakan ahli dalam bidangnya yaitu matematika. Hampir semua rumus dan perhitungan angka dan ukuran mampu ia selesaikan dalam sekejap mata.

"selamat pagi anak-anak, aku harap kalian datang ke kelasku dengan keadaan bugar dan semangat untuk belajar. Untuk materi awal kita pagi ini setelah pengantar kemarin adalah filosofi ukuran. Namun, sebelum masuk ke materi utama pagi ini bapak harap kalian mengumpulkan semua tugas kalian ke meja depan samping saya ini" kata pelatih yoon sambil menunjuk meja yang ada di dekatnya.

Hansung berdiri dengan bangga karena ia yakin akan hasil kerja kerasnya kemarin. Berbeda dengan hyunsang yang selalu menatap kea rah hansung, ia merasa khawatir apakah dia akan mendapat masalah hari ini atau bukan. Namun, meskipun khawatir ia pun tetap mengumpulkan tugasnya ke depan.

Hyunsang merupakan siswa terakhir yang mengumpulkan hasil tugasnya ke depan kelas, hal itu dikarenakan ia mengamati setiap detail hasil kerja hansung yang dikerjakan bersama minhyung. Ia takut jikalau ada sesuatu yang menjadi bahan usil dari kedua orang tersebut.

Merasa yakin akhirnya hyunsang mengumpulkan dengan sikap yang mantap. Setelah semua siswa kembali duduk di tempatnya masing-masing, pelatih yoon kemudian mengamati secara sekilas setiap hasil pekerjaan peserta didiknya. Ia paham, bahwa tidak semua anak memiliki keterampilan dalam menggambar dan merancang sebuah bentuk bangunan meskipun hanya bangunan yang sederhana.

Setelah melihat beberapa hasil karya siswanya ia pun langsung memanggil nama siswanya agar bisa mempresentasikan hasil kerjanya kepada siswa lain. Diantara semua siswa yang duduk di kelasnya, hanya putra mahkota yang ia cukup kenal. Oleh karena itu ia pun memanggilnya.

"lee hyunsang! Silakan ke depan dan terangkan rancangan seperti apa yang menjadi daya tarikmu terhadap bangunan tradisional"

Hyunsang merasa ragu sejenak, ia tahu bahwa hasil tugasnya merupakan hasil kerja orang lain. Namun, semua pasang mata menuju kea rah tempat duduknya hingga akhirnya ia putuskan untuk berdiri ke depan kelas.

Sesampainya di depan kelas, ia hanya melihat hasil gambarnya hansung dan minhyung yang sangat rapi dan tepat. Berulang kali ia melihat kea rah temannya kemudian kea rah hasil tugasnya. Ia harusnya tahu, bahwa tidak ada yang salah dalam tugasnya, namun yang salah ada pada dirinya. "kenapa aku tidak sempat menanyakan maksud gambarku ini kepada mereka berdua? Bodohnya aku!" gumam hyunsang pada dirinya sendiri.

Ia pun mengamati hansung yang duduk di tempat duduknya sendiri. Hansung yang merasa diamati langsung merinding, bulu kuduknya berdiri. Ia sama sekali tidak ada pikiran bahwa hyunsang harus menerangkan apa yang telah ia kerjakan bersama minhyung.

Melihat gelagat hyunsang yang memandang hansung dengan tajam, pelatih yoon sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh diantara mereka berdua.