Seumur hidupnya, Rava tidak pernah berlari sekencang itu.
"Uwaaaaaa!!! Hussss! Hussss! Pergi!" teriak Rava, masih saja melesat ke sana ke mari, menghindari kejaran monster pempek itu. "Kenapa aku yang dikejaaaaarrrr!!!"
Untuk kesekian kalinya, Kacia memanah monster itu. Panah itu memang menancap tepat ke tubuh si monster, seperti panah-panah yang barusan dilepaskannya, tetapi sama sekali tak memberikan dampak. Monster tersebut masih saja penuh energi, melata dan menggeliat-geliat layaknya cacing.
Akhirnya, Kacia melompat dan menunggangi monster itu. Dia memukul-mukulkan busurnya kepada sang monster. Bukannya melemah, monster itu malah semakin giat menggeliat, bahkan sampai melompat-lompat. Kacia jadi tak bisa mempertahankan pegangannya. Tubuhnya pun terlempar.