Rava mengenakan jaketnya, berjalan meninggalkan lapak jualan, menghampiri Kacia yang duduk termenung di salah satu meja pasar kuliner.
"Kacia," panggil Rava, sedikit mencolek tangan Kacia.
Bidadari bertubuh mungil itu tersentak luar biasa. "Rava, jangan bikin kaget begitu, dong!"
Rava mengangkat sebelah alis. Bidadari petarung seperti Kacia harusnya bisa merasakan keadaan sekitarnya. "Masa begitu aja kaget, sih? Kalau ada monster tiba-tiba yang muncul juga kamu nggak pernah kaget."
"Kalau sampai menyentuh kulit .... Kulit ...." Kacia membuang mukanya yang mulai dihiasi sedikit rona merah.
Rava menggaruk rambutnya. Wajahnya juga mulai terasa panas. Barangkali Kacia sudah menyadari kedatangannya, tetapi tak menduga akan dicolek seperti tadi.
"Errrr ...." Kejadian barusan membuat Rava canggung. "Keluar jalan-jalan, yuk. Beberapa hari terakhir, kamu kelihatan down. Barangkali kamu butuh refreshing."
"Dengan yang lain?"
"Cuma kita berdua."