Janu berbaring di lantai kamarnya, sementara Mireon menempati kasur. Bidadari itu tampak membelakangi sang tuan. Sedari pulang dari pertempuran di gedung kantor itu, kamar mungil Janu terus diselimuti kesunyian. Baik bidadari dan tuannya sama-sama menutup rapat mulut masing-masing.
"Apa kamu tidak mau bertanya mengapa aku melakukan itu?" tanya Mireon lirih dan datar.
Butuh waktu beberapa saat sampai Janu membuka mulutnya. "Memangnya apa yang harus dijelaskan lagi? Intinya, kamu punya tujuan dan ingin mewujudkannya, kan?"
"Apa ini artinya kau setuju aku membunuh mereka."
Helaan napas pelan keluar dari mulut sang tuan. "Nggak, aku nggak setuju. Cuman, aku belum tahu bagaimana caranya nyegah kamu buat nggak ngelakuin hal itu."
Kesunyian itu pun kembali lagi, bahkan sampai memakan waktu beberapa menit.
"Barangkali, aku memang tidak cocok untuk membunuh," ucap Mireon lagi.
"Lalu, kenapa kamu tetap nekat melakukannya?"