Sambil memegangi ponselnya, Rava mengintip dari balik sebuah mobil. Ia berusaha mati-matian untuk tidak muntah karena bau anyir darah. Mayat-mayat yang bergelimpangan di sekitarnya pun mati-matian tak dihiraukannya.
Ia mengamati para bidadari yang masih berjuang. Seorang bidadari berbusana hitam terus mengayun-ayunkan kapaknya ke leher monster yang terbaring miring di aspal itu, seperti seseorang yang menebang pohon. Cairan hitam pun banyak bermuncratan ke mana-mana.
Sementara itu, Kacia terus memanah tentakel-tentakel yang akan menyerang Mireon. Seperti kata Mireon, monster itu begitu sensitif dengan rasa sakit. Begitu salah satu tentakelnya terkena, dia meraung keras, gerakannya jadi kacau.
Lama-kelamaan, raungan monster itu memelan. Ia memang beberapa kali berusaha bangkit. Namun, Mireon selalu menebas kakinya, membuat monster itu rubuh lagi.
Rava bernapas lega. Monster itu makin tak berdaya. Serangan tentakelnya sudah tidak bertenaga dan terarah.