ADA yang aneh dalam diriku saat ini, dan aku berusaha untuk melawannya. Bukan cuma aku yang merasakan hal tersebut, tapi Alex juga merasakannya. Perubahan yang terjadi pada diriku ini apakah semua ini karena Rain. Aku sempat berpikiran seperti itu. Tapi batinku selalu menolak akan hal tersebut.
Aku masih normal 100 persen. Aku bukanlah seorang gay, aku memiliki pacar yang cantik dan baik. Mungkin hanya pikiranku yang sedikit pusing memikirkan sifat Ray hingga akhirnya terbawa dan selalu menghantuiku.
Masalah Andreas, itu sama sekali bukan kemauanku. Dia mengambil kesempatan saat kondisiku sedang mabuk berat dan tak sadarkan diri. Ya, aku bukanlah seorang gay.
Malam ini Alex tidur di kamarku bersama Rain. Sedangkan aku tidur di kamar bawah yang biasa di pakai oleh tante Henny. Aku tak tahu keadaan tante Henny sekarang. Masa bodoh dengan dia. Orang yang jahat menumpang hidup dengan kami malah seenaknya menguasai rumah ini.
Aku sangat gelisah sekali, dari tadi aku tak bisa memejamkan mata. Aku berbalik kanan dan kiri seperti orang stres. HP Angel pun tak aktif dihubungi. Padahal aku ingin mengobrol banyak sambil menunggu mataku bisa di tidurkan.
Semakin malam aku menjadi tambah gelisah. Tiba-tiba aku teringat kejadian saat di rumah Alex, Sewaktu dia mendekatiku tanpa tanpa mengenakan baju. Dia terus mendekatiku hingga tubuhnya hanya satu jengkal dariku, dan dia mengucapkan 'Kamu bukan gay kan?'
"Ahhhh... sial, kenapa kejadian itu terus menghantui pikiran gua." Gumamku membalikkan badan.
Benar-benar membuatku gelisah dan tidak dapat memejamkan mata. Aku langsung bangun dari tempat tidur dan perlahan melangkah keluar kamar. Aku berjalan perlahan menaiki tangga menuju kamarku. Sesampainya aku di depan kamar, perlahan aku membuka pintu kamar tersebut sedikit saja lalu mengintip Alex dan Rain.
Mereka sudah tidur dengan nyenyak. Alex sama sekali tidak mengenakan baju. Tubuhnya yang bagus dan berotot tampak mengkilat terkena sinar lampu. Rain mengenakan singlet bewarna hitam tengah memeluk Alex. Tangan Rain melingkar di perut Alex, seperti biasa Rain memang suka tidur sambil memeluk.
"Syukurlah, mereka hanya tidur. Tidak seperti apa yang gua pikirkan." Gumamku lega.
Aku harus membuang pikiran buruk tentang Rain dan Alex, kami ini semua normal. Rain hanya sedikit manja orangnya. Kalau Alex hanya suka bercanda padaku, lantaran aku selalu berpikir kalau Rain adalah gay. Makanya Alex mencoba menggodaku berpura-pura seperti seorang gay.
"Huuftt, apa yang gua khawatirkan ternyata tidak terjadi. Gua benar-benar harus membuang pikirang buruk ini." Gumamku.
Saat aku mau menutup pintu kembali, Alex tiba-tiba bergerak menghadap Rain dan memeluknya. Sekarang mereka saling berpelukkan. Pemandangan macam apa ini, masa laki-laki tidur saling berpelukkan. Kalau saja cuma salah seorang dari mereka yang memeluk itu masih wajar, tapi mereka saat ini saling berpelukan.
Saat melihat pemandangan tersebut tiba-tiba ada yang mengeras di bagian bawah tubuhku.
"Astaga, kenapa hal semacam ini malah membuat kemaluanku menjadi naik.?" Gumamku seraya mundur dan menyenggol Meja yang ada di samping kamar hingga menimbulkan suara.
"Deg"
"Radit"? Seru Alex terbangun. "Lu kah itu?"
Aku yang tetkejut mendengar suara Alex yang terbangun langsung berlari ke kamar bawah. Aku langsung melompat ke atas kasur dan menutupi seluruh badanku dengan selimut. Tak lama terdengar suara pintu kamar terbuka. Yang benar saja, masa Alex sampai datang ke kamar ini.
"Radit, lu udah tidur?" Seru Alex bertanya.
Aku tetap menyembunyikan wajahku di bawah selimut berharap Alex kembali keluar dari kamar ini. Tapi harapanku itu sirna seketika saat Alex ikut naik ke atas kasur. Dia menggoyangkan badanku, tapi aku tidak menyahutnya sama sekali. Aku langsung memejamkan mata berpura-pura tidur.
"Dit, dit lu tadi kan yang ke kamar atas?" Tanya Alex.
Aku tidak menyahut sama sekali pertanyaan Alex. Bukannya dia kembali ke kamar atas, malah dia ikut tidur di samping aku sambil memelukku. Tangannya melingkar di dadaku. Jantungku langsung berdetak sangat kencang. Telapak tangan Alex langsung menempel di dadaku yang di lapisi selimut. Jantungku berdetak makin kencang.
"Sial, apa yang dia lakukan, ahhh... pasti dia tahu kalau gua belum tidur dan merasakan detak jantungku." Gumamku panik.
Anehnya, Alex makin kuat memelukku. Mungkin saja Alex tau kalau jantungku berdetak sangat kencang, makanya dia memelukku semakin erat. Kemaluanku menjadi semakin tegang.
Apa yang terjadi sebenarnya pada diriku. Kenapa kemaluanku bisa hidup begini saat di peluk oleh seorang pria yang tak lain adalah sahabatku sendiri. Aku tak percaya sama sekali kalau aku ini bernafsu dengan seorang pria. Aku tetap bersikeras dengan pendirianku kalau aku ini masih normal.
Tapi Alex hanya memelukku, dia tidak melakukan hal-hal yang aneh seperti yang di lakukan Andreas padaku. Situasi ini sangat membingungkan. Kalau aku bangun, pasti Alex langsung menuduhku mengintip dia bersama Rain. Lebih baik aku biarkan dia memelukku dan terus berpura-pura tidur, selama dia tidak berbuat macam-macam.
Tapi, apa mungkin benar pikiranku mengenai Alex adalah seorang gay. Tapi itu sama sekali tidak mungkin. Aku berteman dengannya dari kelas 1 SMA, sama sekali dia tidak mempunyai tanda-tanda seorang gay. Hanya saja pikiran ini muncul beberapa hari belakangan, karena masalah ku meninggalkan Rain sendiri di rumah. Masalahnya karena Rain memang terlihat manja sekali sampai-sampai aku berpikir kalau dia adalah gay.
Tapi aku juga tidak boleh berpikiran buruk tentang Rain, dia hanya butuh perhatian lebih dariku.
"Ahhhh..... ini semua membuat gua pusing. Gua pikir dengan pulang ke rumah semua pikiran buruk ini akan hilang, tapi malah sebaliknya. Malah gua yang menjadi aneh." Gumam ku yang tak bisa tidur dari tadi di tambah ALex yang tidur di sampingku seraya memelukku.
"Kenapa lu juga belum tidur? Apa sih yang lu pikirkan?" Tanya Alex tiba-tiba.
"Sial, gua kira dia sudah tidur. Seruku dalam hati. "Gua harus tetap diam agar dia mengira kalau gua udah tidur."
"Kenapa lu diam aja sih? Lu beneran udah tidur ya." Tanya Alex penasaran.
Tiba-tiba Alex membuka selimut yang menutupi kepalaku. Aku terus memejamkan mata seolah sudah tidur. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Alex saat ini karena memejamkan mata. Mudah-mudahan dia cepat keluar dari kamar ini.
"Hmmm... benaran tidur lu Dit, jadi iyang ke atas tadi siapa ya? Apa gua salah lihat atau gimana. Tapi perasaan gua udah menutup pintu, tapi kenapa tadi tiba-tiba terbuka. Terus gua dengar suara juga. Gak mungkin kan rumah ini tiba-tiba berhantu. Ahhh.... mungkin pikiran gua saja, karena tadi baru saja bangun." Seru Alex yang terdengar jelas olehku.
Alex kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Rain malah ditinggalkannya sendiri. Takutnya Rain terbangun dan mencari kami.
Tiba-tiba Alex kembali melingkarkan tangannya di dadaku. Sepertinya malam ini aku tidak bisa tidur, apalagi di peluk Alex seperti ini. Jantungku berdebar sangat kencang.