SETELAH lama aku berputar-putar di daerah yang tidak ku kenal, akhirnya aku singgah di sebuah bar. HP sengaja ku matikan saat ini karena pikiranku sedang kacau. Mungkin dengan minum beberapa botol akan menghilangkan semua kekacauan ini.
Aku melihat ke sekeliling, ternyata bar ini sangat rame pengunjungnya. Aku langsung mencari meja yang kosong. Belum sempat aku duduk, salah satu waiter mendekatiku.
"Di sebelah sana kosong bang, bisa saya bantu?" Seru waiter tersebut sambil menunjuk meja yang kosong.
"Tidak usah, gua bisa sendiri. Tolong bawakan gua 2 botol minuman yang paling enak di sini." Sahutku seraya menuju meja yang kosong.
Baru saja aku mau duduk di kursi tiba-tiba seseorang menabrakku. Karena pikiranku yang sedang kacau, aku langsung menarik kerah baju pemuda tersebut.
"Kurang ajar kau, pake mata kalau jalan." Ketusku kesal.
"Woiii sabar-sabar." Seru pemuda tersebut. "Eh, tunggu-tunggu sepertinya gua kenal sama lu, tapi dimana ya?
Aku terdiam dan melepaskan kerah baju pemuda tersebut. "Kenal sama gua? Gua gak kenal sama lu, minggir gua mau duduk."
"Oh iya, gua ingat. Lu yang tadi siang terobos lampu hijau dan mau menabrakku." Seru pemuda tersebut.
"Oh ya gua ingat." Sahutku seraya duduk.
"Sama siapa lu ke sini?"
"Sendiri."
"Wah sepertinya lagi galau nih, boleh gua gabung?"
"Silahkan kalau lu mau gabung."
Pemuda tersebut langsung duduk di sebelahku sambil tersenyum melihat wajahku yang sedang muram.
"Perkenalkan, Nama gua Andreas!" Seru Andreas memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangannya.
"Radit." Jawabku menyalami tangan Andreas.
Suasana bar sangat rame dengan pengunjung. Cahaya yang redup dengan alunan musik slow membuat pikiranku sedikit tenang. Aku melihat bermacam ragam orang yang berada di sini. Ada cewek-cewek yang berpakaian seksi sedang merayu tamu yang baru saja datang. Ada juga yang tengah mabuk sambil berkoar-koar tidak jelas. Bukan pertama kalinya juga aku datang ke tempat seperti ini. Aku juga pernah ke bar bersama Angel.
"Sepertinya lu sedang banyak masalah, makanya lu datang ke sini ya?" Tanya Andreas sambil memanggil waiter.
"Iya, gua lagi pusing." Jawabku sambil meletakkan kedua tangan ke kepalaku.
"Ini pesanannya bang." Seru waiter datang memberikan minumanku.
"Gua pesan 1 yang seperti itu ya." Seru Andreas memesan minuman.
Waiter pun mencatat pesanan Andreas, dan memberikan bil minuman yang harus ku bayar.
"Sudah, minuman dia gua yang bayar, masukan ke bil ku. Bentar gua ambil uangnya." Seru Andreas mengeluarkan uang ratusan ribu beberapa lembar.
Banyak juga uang orang ini. Padahal baru saja kenal, tapi dia mau membayar minuman ku yang harganya sangat mahal. Tapi lumayan juga, jadi gak keluar uangku.
"Gila lu, belum aja minum udah mesan 2 botol. Sepertinya benar-benar banyak masalah lu." Seru Andreas.
"Hehehe, ini mah kecil buat gua. Gua gak akan mabuk hanya dengan 2 botol." Sahutku dengan sok nya.
"Hmmm, awas aja lu kalau mabuk berat. Gua tinggalin lu di sini ya." Ketus Andreas.
Aku pun mulai membuka tutup botol minumanku, lalu menuangkannya ke gelas yang sudah berisi es batu. Baru saja aku minum 2 gelas, minuman Andreas pun datang. Dia pun langsung membuka tutup botol dan menuang minumannya ke gelas. Aku melihat Andreas minum sedikit-sedikit saja seperti membasahi bibirnya.
Andreas memandangku sambil tersenyum. Sepertinya dia sedang mengolokku. Aku sih cuek saja, terserah dia mau menertawakan aku yang penting sekarang ini aku ingin mabuk.
1 gelas saja belum habis oleh Andreas, sedangkan aku sudah habis 1 botol. Mataku sudah mulai kabur, dan kepalaku sudah mulai terasa agak pusing.
"Woi woi woi, sabar. Pelan-pelan minumnya." Seru Andreas menarik botol yang hendak ku buka lagi.
"Ahhh.... ngapain sih lu." Sahutku merebut botol tersebut dari tangan Andreas. "Urus saja diri lu sendiri."
"Gawat, lu udah mabuk tau."
"Gua gak mabuk hahahahaha....."
"Parah nih anak." Ketus Andreas mulai kebingungan. 'Ntar yang bawa lu pulang siapa kalau lu mabuk berat."
"Hahahaha....., gua bisa tidur di jalan, di mobil atau di rumah lu." Seruku mabuk tapi masih sedikit sadar.
Andreas geleng-geleng kepala melihatku minum begitu cepat. Dia langsung merapatkan duduknya kepadaku lalu merangkulku.
"Hei, sadar lu udah mabuk." Seru Andres mencoba menahanku agr tidak minum lagi.
"Ehh.... awas, lu jangan dekat-dekat." Sahutku mendorong Andreas.
Tapi kekuatanku sudah tidak ada, saat aku mendorong Andreas, aku malah mau terjatuh. Untung saja Andreas langsung menangkap tubuhku yang mau rebah ke lantai.
"Gila ni anak, gua belum apa-apa dia udah mabuk." Ketus Andreas membantuku duduk di sofa yang kosong.
"Hahahaha, mana minuman gua. Sini, jangan lu buang minuman gua." Seruku tak berdaya.
"Iya-iya lu tenang aja, gak akan kemana-mana itu minuman lu." Sahut Andreas.
"SINIIIIII!!!" Teriakku menarik kerah baju Andreas sampai kancingnya lepas 3 biji dan terlihat jelas dadanya yang bidang dan kekar.
"Sial, apa sih yang lu lakuin?" Ketus Andreas kesal.
Saat Andreas memperbaiki bajunya yang baru saja ku tarik, aku langsung meraba dadanya yang bidang. Antara sadar dan tak sadar aku terus meraba dadanya yang bidang dengan kedua tanganku seraya sedikit meremasnya. Andreas memperhatikanku sambil memegang tanganku. Sepertinya Andreas menikmatinya.
Andreas mendekatkan wajahnya kepadaku dan bertanya. "Apakah lu gay?"
"Hahahaha... apa maksud lu.... Gua ini normal tau, bukan gay hahahaha..... " Seruku sambil terus meremas-remas dada Andreas yang bidang dan keras.
Andreas hanya tersenyum melihatku dan menikmati remasanku. Andreas perlahan mulai merangkulku. Tangannya perlahan masuk ke dalam baju kaosku dan mengelus-ngelus puting dadaku. Itu merupakan titik nafsuku yang di pegang Andreas, hingga aku menggeliat menikmatinya.
"Ternyata bagian ini yang membuat lu terangsang?" Seru Andreas ke telingaku.
Andreas perlahan menaikkan ke atas baju kaos ku. Lalu dia menjilati puting dadaku yang bidang dan itu membuatku sangat menikmatinya. Kalau sudah puting dadaku yang di mainkan, nafsuku dengan cepat naik sampai burung ku menjadi tegak dan keras.
Andreas terus menjilati puting dadaku dengan liar sambil sedikit menggigitnya, perlahan tangannya mulai masuk ke dalam celana dan meremas kejantananku yang besar dan keras.
Aku tak bisa berbuat apa-apa melainkan cuma menikmati kenikmatan yang dilakukan oleh Andreas. Kepalaku bertambah pusing dan mataku berkunang-kunang. Aku tak bisa lagi melihat dengan jelas, tapi kenikmatan ini masih bisa ku rasakan.
Aku tak bisa lagi menahan nafsuku saat Andreas menjilati dada dan meremas kejantananku. Tapi lama kelamaan kepalaku semakin pusing, mataku berkunang-kunang dan terasa mual. Tiba-tiba aku merasakan dingin di daerah bibirku, seperti ada benda yang basah menggeliat-geliat di dalam mulutku. Hingga akhirnya pandanganku lama-kelamaan mulai kabur dan gelap.