AKU membuka mata saat sinar matahari menembus sela-sela tirai jendela. Kepalaku masih terasa sakit dan pusing. Saat aku melihat di sekitar, aku berada di sebuah kamar yang aku tak tahu rumah siapa. Aku pun bangun sambil memegang kepalaku yang masih terasa sakit. Saat aku bangun, aku terkejut melihat tubuhku yang tengah telanjang tanpa sehelai benangpun.
"Apa yang terjadi padaku semalam?" Gumamku mencoba mengingat.
Tiba-tiba seorang pria yang sepertiku kenal masuk ke kamar hanya mengenakan handuk. Sepertinya dia baru saja selesai mandi.
"Sudah bangun lu Dit?" Tanya pria tersebut.
"Si.. siapa kamu?" Seruku balik bertanya seraya mengambil selimut untuk menutupi kemaluanku.
"Hah? Lu lupa sama gua? Gua Andres, semalam kan kita ke diskotik.
Aku pun terdiam mencoba mengingat. "Ah... iya gua ingat, kemaren....."
"Malam yang sangat indah." Seru Andreas.
"Astaga gua ingat, kami semalam melakukan hal menjijikkan." Gumamku.
"Lu mabuk dan gak sadarkan diri, makanya lu ku bawa ke rumah gua." Seru Andreas.
"Se... semalam tidak terjadi apa-apa kan?" Tanyaku gugup.
"Apanya yang tidak terjadi apa-apa. Semalm kita melakukannya dan lu sangat menikmatinya." Jawab Andreas dengan santai seraya mendekatiku.
"Jangan mendekat." Teriakku. "Brengsek lu, lu telah menodai gua? Menjijikkan."
"Heii, apa maksud lu? Bukannya lu menyukai itu. Malah lu menikmatinya."
"Kurang ajar lu, gua sedang mabuk malah lu kerjain."
"Jangan sembarangan ngomong ya, lu bahkan juga ikut menikmati tubuh gua. Jangan munafik lu."
"Apa? Apa yang gua lakukan pada lu.?" Tanyaku penasaran.
"Ya semua, lu mencium seluruh tubuh gua dan menikmati tubuh gua. Main lu juga seperti berpengalaman." Jawab Andreas tersenyum.
"Bajingan lu, gua ini bukan gay. Kurang ajar..... brengsek." Teriakku merasa kesal dan jijik pada diriku sendiri.
"Lu itu hanya belum menerima, tapi lambat laun lu pasti terbiasa." Seru Andreas menghampiriku dan meraba dada ku yang bidang.
Saat Andreas meraba dadaku, aku langsung kembali merasakan nikmat. Tapi itu tidak lama, aku langsung sadar dan mendorong Andreas.
"Menjauh kau bajingan, sudah gua bilang kalau gua masih normal. Dan lu memanfaatkan kondisi gua yang sedang mabuk." Seruku sangat marah.
"Hahahahaha..... lu mabuknya itu setelah menikmati semuanya. Saat di diskotik kita berciuman itu lu masih sadar. Dan gua tau titik ransangan lu." Sahut Andreas tersenyum.
"Terus lu melakukan apa saja pada gua?" Tanya ku secara kasar.
"Semuanya..., layak nya sepasang suami istri." Jawab Andreas dengan santai.
"Anjiiiing lu, apa lu juga memasukkannya ke bokongku?"
"Ya iya lah, enak sekali lobang yang masih sempit itu. Hahahahah, ternyata lu masih perawan."
"KURANG AJAAAAAR, brengsek lu." Teriakku menghampiri Andreas dan memukul wajahnya hingga bibirnya berdarah. Tapi Andreas tidak membalas dan hanya tersenyum.
Aku langsung mengambil pakaian dan memakainya, lalu keluar dari rumah ANdreas dengan perasaan yang kesal dan marah. Selama ini aku yang berpikiran buruk tentang Rain dan menghindarinya. Tapi sekarang malah aku yang melakukan hal menjijikkan itu. Aku bener-benar merasa sakit hati. Bagaimana kalau Angel dan Rain sampai tahu apa yang ku lakukan saat ini. Angel pasti langsung pergi meninggalkanku, sedangkan Rain pasti akan membenciku.
Benar saja, aku selalu menuduh Rain. Tapi sekarang, aku bisa-bisanya melakukan hubungan dengan orang yang baru saja ku kenal. Semuanya jadi kacau dan berantakan. Aku juga tak tahu apa yang terjadi pada diriku saat ini. Aku memastikan kalau aku ini masih normal.
Di perjalanan aku terus saja memikirkan kejadian menjijikkan itu. Tak pernah selama ini aku membayangkan akan melakukan hal ini bersama seorang cowok. Aku sangat kesal mengingat Andreas mengambil kesempatan ini sewaktu aku mabuk berat.
"Bodoh, bodoh, bodoooh!" Teriakku sambil memukul stir mobil.
Aku baru saja sadar kalau mobilku berada di rumah Andreas. Aku bertanya-tanya, siapa yang membawa mobilku ke rumahnya. Sedangkan dia pasti juga membawa mobil sendiri karena dia orang kaya, rumahnya begitu besar dan tidak mungkin dia tidak membawa mobilnya. Aku curiga dia tidak sendiri, dia bersama dengan temannya mengerjai aku. Tapi untung saja tidak ada barangku yang hilang.
Untuk kembali ke rumah Alex aja aku sudah malu, apalagi bertatapan langsung dengan adikku. Apa yang ku takutkan padanya terjadi padaku sekarang.
Tiba-tiba ada pesan WA masuk dari Rain. Baterai HP ku juga sudah low, charger ku malah ketinggalan di rumah Alex. Benar-benar sial sekali nasibku. Aku pun membuka pesan dari Rain.
Rain : Lu adalah kakak brengsek. Awas saja kalau lu pulang, akan ku habisi lu.
"Kurang ajar, apa maksudnya anak itu bicara seperti ini pada gua." Gumamku merasa kesal.
Tiba-tiba HP ku langsung mati karena kehabisan baterai. Sepertinya aku harus membeli charger yang baru. Aku pun langsung mencari konter HP terdekat. Perutku malah terasa sangat lapar. Aku melihat jam di mobil, ternyata sudah jam 12.10 siang. Pantas saja perutku terasa sangat lapar, belum ada di isi dari pagi.
Aku masih kepikiran dengan Andreas. Aku sangat benci sekali padanya setelah apa yang dia lakukan padaku. Aku tidak akan mau bertemu dengan dia lagi meskipun secara kebetulan. Membayangkan wajahnya saja aku menjadi muak dan muntah.
Aku pun melihat sebuah konter HP di tepi jalan. Aku pun berhenti dan turun dari mobil lalu membeli charger HP. Setelah selesai aku bergegas kembali ke mobil dan mengecas HP ku.
Lihat saja diriku, belum mandi maupun cuci muka. Penampilanku sangat kucel dan berantakan. Aku tak ada pakaian ganti lagi. Terpaksa aku harus pulang, dan meminta maaf kepada Rain karena telah meninggalkannya berhari-hari.
Semoga saja Rain hanya marah melalui chat saja, dan dia masih mau memaafkan aku. Aku tahu betul bagaimana adikku rain. Dia tidak bisa berlama-lamaa marah kepadaku. Mudah-mudahan kali ini dia bisa memaafkanku.
Jantungku berdetak kencang saat menuju rumah. Ada perasaan takut dan juga malu kepada Rain. Tapi apa boleh buat, sejak aku meninggalkannya sendirian hidupku malah menjadi kacau. Mungkin aku adalah kakak yang jahat, makanya hidupku menjadi kacau begini. Tapi bagaimanapun, dia tetaplah adikku dan aku adalah kakaknya. Pasti dia akan baik-baik saja, tidak mungkin dia mau membunuhku.
Akhirnya aku pun sampai di rumah. Aku pun turun dari mobil dan perlahan melangkah memasuki rumah. Jantungku berdebar sangat kencang sekali.
"Praaaang." Suara pecahan kaca terdengar sangat keras membuatku terkejut.
Aku langsung berlari masuk ke rumah melihat apa yang terjadi. Aku memeriksa ke dapur, tapi tak ada seorangpun disana. Lalu aku menaiki tangga menuju kamarku dengan Rain. Saat aku membuka pintu kamar betapa terkejutnya aku.
"RAIN!!!"