Chereads / Mahesa Arnaf / Chapter 21 - Balqis: Penasaran

Chapter 21 - Balqis: Penasaran

Aku semakin antusias saat mendengar Tiara bercerita.

Wajahnya yang selalu ceria dan jarang sekali memperlihatkan rasa kesakitannya, membuat dia menjelma menjadi sosok wanita yang tegar dan kuat.

"Mimpiku ini terlalu singkat, kak. Padahal aku sangat berharap di dalamnya kita bisa saling bersenda gurau dengan orang yang kita cintai. Termasuk, aku sangat berharap bisa kembali bertemu dengan ayah dan ibuku walau aku sendiri tahu hal itu adalah hal yang tidak mungkin."

Aku masih terdiam dan memberinya kesempatan untuk terus berbicara.

"Bagi Tiara, hidup ini telah memberikan banyak teka-teki dan misterius yang luar biasa. Di sana kita bisa mendapatkan banyak sekali pembelajaran ataupun pelajaran baru. Dan yang paling terpenting saat Tiara menghadapinya, Tiara ternyata bisa hidup tanpa saudara atau keluarga terdekat. Walau mungkin terlalu berat jika harus diterima oleh orang-orang yang baru. Tapi sejak kecil Tiara sudah disimpan di sini. Dan kita, anak-anak semua tidak ada yang bisa mengingkari bahwa para pengurus di yayasan Bunda Kasih ini benar-benar baik dan penyayang. Mereka tak pernah membeda-bedakan anak. Sikapnya adil dan tak pilih kasih. Aku sangat bersyukur bisa diperkenalkan dengan orang-orang yang baik hatinya seperti Bu Anita dan guru-guru lain yang ada di sini. Tiara juga sangat bersyukur kepada orang yang telah memberikan hartanya untuk kesuksesan yayasan ini. Semoga beliau sukses selalu dan rezekinya selalu melimpah."

Aku sungguh berdecak kagum tatkala mendengar Tiara bisa dengan dewasanya mengatakan hal selugas ini. Seperti bukan Tiara yang aku kenal kemarin-kemarin.

Sikapnya terlihat berubah.

Tapi sebenarnya aku terlalu menyayangkan anak-anak di bawah umur, yang mana pemikiran mereka harus didewasakan sebelum waktunya.

Karena apa? Bagiku semua orang memiliki porsinya tersendiri saat menjalani fase kehidupan.

Masa kecil, adalah masa-masa yang paling menyenangkan bagi kita karena di dalamnya..., kita sama sekali tidak memikirkan sulitnya permasalahan dan beban hidup.

Kita menjalani kehidupan dengan apa adanya. Yang ada dipikiran hanya main, main dan main.

Lalu masa remaja, adalah masa di mana kita mulai bertumbuh menjadi anak yang seharusnya sedikit bisa mandiri dan mulai berfikir tentang suatu hal yang logis. Maksudku jangan terlalu kekanak-kanakan atau ingin dimanja.

Di sana kita dilatih untuk menjadi anak yang jangan terlalu mengandalkan orang lain, harus bisa me-manage waktu, dan di masa itulah kita juga bisa mengenal arti cinta monyet ataupun persahabatan.

Aku yakin setiap orang pasti memiliki liku-likunya sendiri saat menghadapi kehidupan dan masa remajanya.

Tentunya semua itu dibumbui rasa bahagia, ceria, cinta, jail, usil bahkan mood tiba-tiba bisa berubah drastis hanya karena alasan sepele.

Dan untuk masa dewasa, bagiku masa itu adalah masa-masa yang paling menentukan bagaimana masa depan kita nanti.

Kita harus memiliki banyak rencana disertai usaha dan doa agar mampu mengimbangi itu semua.

Karena apa? Bagiku semua orang berhak untuk sukses.

Tidak hanya lelaki ataupun wanita, mereka semua sama. Kita sama sekali tidak boleh membanding-bandingkan seseorang hanya karena gender. Sebab masing-masing juga memiliki haknya tersendiri untuk berdiri menjadi dirinya sendiri.

"Kakak pernah mendengar satu cerita dari guru kakak. Kamu mau dengar?" tanyaku pada Tiara.

Dia mengangguk kegirangan. "Iya kak. Memangnya apa?"

"Dulu, saat aku belum bertemu dengan kalian, guru les ku pernah bilang seperti ini." ujarku sambil mengingat-ingat kejadian itu. "Kita hidup tidak bisa sendiri. Meskipun pada hakikatnya kita akan membawa amal kita sendiri dan mempertanggung jawabkannya pun sendiri, yapi tetap saja kita selama hidup pasti membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa menjadi asing ataupun mengasingkan diri dari mereka. Sebab apa? Sekaya apa pun manusia, tetap saja mereka akan membutuhkan orang-orang yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bayangkan kalau orang yang ada di dunia ini semuanya kaya. Siapa yang akan berjualan? Siapa yang akan menanam padi? Berkebun dan mengolah bahan makanan? Lalu coba bayangkan kalau semua orang yang ada di dunia ini miskin. Siapa yang akan membeli barang dagangan mereka?"

Aku melihat Tiara manggut-manggut seakan mengerti. Dia duduk terdiam sambil memperhatikan dengan seksama apa yang aku katakan.

"Ternyata benar. Semua yang Allah ciptakan dan Allah takdirkan itu adil. Tidak ada suatu hal yang tercipta dengan sia-sia. Semua manusia akan saling membutuhkan satu sama lain. Kasarnya, orang kaya membutuhkan orang miskin untuk membeli beras, ikan, jajanan, dan kebutuhan lainnya. Lalu orang miskin, juga membutuhkan orang kaya agar dagangannya bisa dibeli oleh mereka. Semuanya saling mengimbangi. Dan sekali lagi, Allah itu adil. Dia menciptakan sesuatu seadil-adilnya. Tidak ada yang kurang, dan tidak ada yang percuma." jelasku panjang lebar.

"Lalu bagaimana dengan orang-orang seperti kak Mahes? Dia tunawicara sedangkan banyak sekali orang yang ada di dunia ini bisa bicara." tanyanya dengan serius.

Aku tersenyum. "Tadi kakak sudah bilang, kalau Allah itu adil. Pastinya ada alasan tertentu kenapa Allah menciptakan Mahes dengan kondisi fisiknya yang seperti itu. Sederhananya saja seperti ini. Kita bisa bicara. Tapi terkadang mulut kita tidak bisa menjaga ucapan-ucapan yang dilontarkan kepada orang lain. Bahkan ada yang tidak peduli apakah orang lain itu akan tersinggung atau sakit hati. Yang penting mereka sudah berpendapat, dan pendapatnya harus bisa didengar oleh orang lain tanpa pernah memikirkan perasaan mereka seperti apa. Lalu coba kita bayangkan seorang Mahes yang tidak bisa bicara." sesekali aku melihat pria itu sedang duduk sambil bercakap-cakap dengan Zaid lewat suara seadanya yang sering dia utarakan juga kepadaku. "Allah tak membiarkan hal itu terjadi pada Mahes. Dia menjaga mulut Mahes agar tetap bersih dari hinaan, cercaan dan ujaran-ujaran kotor yang bisa saja Mahesa ucapkan kalau dia bisa bicara."

Tiara membulatkan mata.

"Ya Allah..., aku baru bisa memahami semuanya saat mendengar ucapan kakak. Ternyata benar ya? Allah itu sangat adil."

"Iya. Begitu pula orang yang tidak bisa melihat. Sebenarnya dia sempurna. Bahkan seharusnya kita bisa mengintropeksi diri, saat melihat orang yang tidak bisa melihat karena apa? Allah menjaga pandangan dia dari hal-hal yang buruk. Seperti menonton video-video yang mengandung dosa, ataupun melihat orang yang sedang berzina, dan juga Allah melindungi dia dari pandangan terhadap wanita yang seringkali auratnya terbuka ketika di jalanan. Bagaimana?"

Tiara mengangguk dengan cepat sambil tersenyum. "Aku sangat paham kak."

"Dan satu. Allah juga menciptakan orang yang tidak bisa mendengar itu, bukan karena Dia tidak sayang. Justru, Allah ingin melindungi orang-orang yang tunarungu dari berbagai dosa yang bisa kita dapat karena mendengar. Contohnya apa..., kamu tahu?"

"Em...," dia nampak berpikir. "Apa..., menggunjing orang lain termasuk dosanya kak?"

Aku mengangguk sambil mencubit pipi kanannya. "Benar sekali. Kamu pintar, Tiara."

...