Balqis tak bisa berpikir tenang karena pikirannya terus saja bergelayut tentang bagaimana kondisi Arnaf sekarang.
Wajahnya murung dan hatinya tak karuan.
Di setiap ada langkah kaki yang berjalan di depan kamarnya, Balqis selalu menghentikannya dan menanyai kondisi Arnaf sekarang bagaimana.
Ada rasa ingin menemui pria itu, tapi entah kenapa dia begitu malu karena sudah mematahkan hati seorang pria yang sudah berada bersamanya sampai saat ini.
Nasi yang tadi dihidangkan oleh pembantunya pun sudah dingin.
Rasanya Balqis tak berselera untuk makan ataupun melakukan sesuatu hal yang seharusnya ia lakukan.
Pikiran buruk itu selalu bergentayangan hebat di dalam isi kepalanya sendiri. Berusaha bersikap baik-baik saja, justru hal itu semakin sulit untuk ia lakukan.