Wanita itu berjalan penuh amarah ketika semua jawaban dari seorang pria yang dia cintai begitu menyesakkan hatinya.
Dia berlari dengan cepat dan menghiraukan ucapan demi ucapan yang dikatakan oleh sang ibu untuk memanggilnya.
Tak tahu kenapa dia masih ingin sekali sekeras mungkin berteriak untuk menghilangkan seluruh rasa kesal yang ada dalam hatinya.
Rasa kesal itu benar-benar kentara hingga dia sendiri merasa tak tahu bagaimana caranya menyembuhkan semua itu.
Dia banting pintu lalu segera menyobek kertas undangannya hingga hancur berantakan.
Amarahnya sedang bergejolak. Semua barang-barang yang sudah dirapikan oleh Arnaf tadi, kembali diberantakan oleh wanita tadi sambil menangis histeris dan tak peduli barang-barang itu hancur atau tidak.
Hatinya sungguh tak bisa terkontrol untuk saat itu. Rasa sesak yang ada di dalam dadanya seketika tumpah dan tidak ada orang yang bisa menenangkannya selain dirinya sendiri.