Chapter 32 - Efek Obat

Ketika Wiro Suryo menerima kabar bahwa Andre sedang diikat di jendela hotel, dia sedang asik berhubungan seks dengan dua wanita asing. Detik kemudian Wiro Suryo tidak peduli lagi dengan dua gadis asing yang baru saja didatangkan dari Rusia. Setelah berpakaian, Wiro Suryo bergegas menuju Hotel Aston.

Melihat Andre yang baru saja diselamatkan dari jendela dengan seluruh wajahnya bengkak, Wiro Suryo sangat terkejut dan bertanya-tanya lalu dia dengan cepat melangkah maju kemudian berkata, "Andre ... apa yang terjadi?"

"Aku ingin membunuhnya, aku ingin membunuhnya "

Andre mengerang dengan sangat marah. Dias telah menggantung Andre di luar jendela, dia melihat dirinya sendiri menjadi bahan lelucon semua orang di bawah sana. Kejadian itu merupakan kejadian yang paling memalukan dalam hidupnya. Kejadian itu bahkan lebih buruk daripada dibunuh.

Wiro Suryo melihat bahwa Andre telah kehilangan akal sehatnya sedikit, jadi Wiro Suryo menenangkan Andre untuk sementara waktu. Setelah suasana hati Andre tenang, Wiro bertanya, "Apa yang kau lakukan? Siapa yang menempatkanmu di luar? Siapa yang menggantungmu di luar?"

Ada tatapan yang sangat ingin membunuh dalam sorot mata Andre. Dia menggertakkan gigi lalu berkata, "Dia adalah orang yang aku katakan sebelumnya, yang awalnya aku bilang ingin membalasnya. Tapi aku tidak menyangka, bajingan itu bahkan tidak mempan meski diberi obat tidur. Dia benar-benar mampu bertarung. Aku sama sekali bukan lawannya."

"Sial, bahkan dia berani memukul tuan muda Geng Serigala Hitam dan menggantungmu di luar jendela. Itu sama saja penghinaan bagi reputasi Geng Serigala Hitam kita. " Wiro Suryo mendengus dingin. Dia melanjutkan, "Andre, jangan ditutupi. Katakan padaku siapa itu. Aku akan menyuruh seseorang untuk menangkapnya dan membuangnya ke laut untuk makanan ikan."

"Dv, wajahnya terekam di dalam dv." Andre mengambil kamera mini dv di tanah lalu menunjukkan video yang baru saja direkam ke Wiro Suryo.

Ketika Wiro Suryo melihat wajah Dias yang tampak seperti orang biasa, dia langsung menarik napas karena tercengang.

Pria ini, Dias, dia tidak hanya mampu bertarung, tapi dia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Jarot Gumelar saja, yang merupakan orang terkuat di Geng Serigala Hitam, dapat dengan mudah dipukul hingga terbang oleh Dias hanya dalam satu pukulan. Apalagi Andre, anak ini bahkan tidak punya kekuatan untuk mengikat seekor ayam.

Wiro Suryo mengumpat geram, dia tidak menyangka bahwa orang yang akan dihadapi Andre adalah Dias yang telah memerasnya tujuh ratus juta.

Wiro Suryo menunjuk wajah Dias yang ada di kamera DV, dia mengerutkan kening lalu bertanya, "Andre, orang yang ingin kamu balas adalah dia?"

"Ya, bajingan ini, dia telah memukuliku dua kali. Dia harus mati." Andre berkata dengan marah.

Wiro Suryo mengerutkan kening karena tahu bahwa dia tidak bisa lagi membereskan masalah ini sendirian. Dia tidak berani berurusan dengan Dias lagi.

Namun, Wiro Suryo mengingat lagi bagaimana Andre yang sudah ditelanjangi dan digantung di luar jendela hotel. Kejadian memalukan ini pasti akan segera menyebar di seluruh Kota Yogyakarta. Jika Geng Serigala Hitam tidak membalas dendam, mereka pasti akan dipandang rendah oleh orang lain dan hal itu akan mempengaruhi reputasi geng mereka.

"Sepertinya masalah ini hanya bisa ditangani oleh bos."

Wiro Suryo menggelengkan kepalanya secara diam-diam, kemudian dia dengan tenang menelepon Kertarajasa, bos dari Geng Serigala Hitam. Wiro Suryo semua kejadian yang berhubungan dengan Dias dan bagaiamana situasi saat ini. Setelah mendengar semua penjelasan WIro Suryo, Kertarajasa terdiam. Dalam waktu yang cukup lama, hanya satu kalimat yang diucapkan.

"Untuk saat ini, aku akan mencari cara untuk membuatnya mati."

...

Dias tidak tahu di mana Retno tinggal, jadi dia tidak bisa membawa Retno pulang ke rumahnya, kemudian Dias hanya menyewa sebuah kamar di hotel. Setelah mendapatan kunci, Dias membawa tubuh Retno ke tempat tidur.

Melihat Retno yang terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur, Dias tersenyum.

Meskipun wanita ini berusaha mendekati Andre untuk berdamai, cara tersebut tentu agak konyol. Tetapi Dias sangat tersentuh oleh upaya Retno yang ingin menyelesaikan masalahnya

"Uh, uh ..."

Tiba-tiba, Retno yang berada di tempat tidur mengerang sambil mengipasi badannya dengan tangannya sendiri, dia berteriak, "Panas sekali ..."

Dias memperhatikan gerakan Retno. Wajah Retno saat ini memerah, matanya berkabut, lalu dia mengangkat satu kakinya kemudian sepatu hak tingginya ditendang. Saat ini, Retno seperti dipenuhi dengan aura yang sangat menawan dan seksi. Tindakan Retno saat ini, seperti sebuah kejahatan.

"Tidak, sepertinya Andre pasti menambahkan obat lain ke dalam gelas anggur merahnya."

Dias bergumam, kemudian dia melihat Retno tiba-tiba duduk tegak di atas kasur. Detik berikutnya, Retno melepas jas dan kemejanya hingga yang terlihat hanya tank top berenda warna hitam. Pakaian dalam tersebut memperlihatkan bahu yang mulus serta lengan ramping seperti akar teratai.

Mata Retno kabur seolah-olah tertutup lapisan kabut. Dia menjilat bibirnya yang kering, lalu berkata kepada Dias dengan sedikit genit, "Aku sangat panas, mengapa begitu panas!?" Penampilan Retno yang sangat menggoda saat ini, ditambah tubuh rubah alaminya, membuat daya tarik Retno bertambah berkali-kali lipat hingga membuat Dias hampir kehilangan akalnya.

"Untungnya, aku bukan pria biasa. Jika tidak, kamu pasti akan menderita."

Dias tidak pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Meski di depannya sudah ada wanita cantik, Dias akan bermain dengan wanita itu hanya jika wanita itu juga mau.

Retno tiba-tiba berdiri dari tempat tidur, lalu berjalan terhuyung-huyung menuju Dias.

Dias mencium aroma angin yang harum saat Retno berjalan ke arahnya, lalu tiba-tiba Retno terjun ke pelukan Dias dan memeluknya erat. Tetapi karena Retno saat ini hilang kesadaran, dia tidak memiliki tenaga untuk berdiri dengan stabil hingga hampir jatuh, kemudian Dias dengan sigap meraih tubuh Retno.

"Bu Retno, kamu terlalu proaktif ..."

Dias menyeringai jahil. Dia mengulurkan tangannya lalu menepuk pantat Retno dengan ringan. Tubuh Retno bergetar, tetapi dia sama sekali tidak mendengar apapun yang dikatakan Dias.

Meskipun saat ini Dias dapat melakukan apapun yang dia inginkan, dia tidak mengambil tindakan yang lebih jauh. Dias memapah Retno lalu meletakkannya di atas kasur.

Jari telunjuk kanan Dias dengan cepat mengetuk beberapa titik akupunktur pada tubuh Retno untuk mengembalikan energi Retno. Cara itu bisa melepaskan efek negatif dan mengubah obat berbahaya yang masuk ke tubuh Retno menjadi energi.

Segera setelah itu, suara erangan Retno menjadi semakin kecil, kemudian perlahan-lahan Retno menjadi tenang dan dia tertidur.

"Untungnya, konsentrasiku cukup baik, kalau tidak aku akan tergoda oleh tubuh rubahmu ." Dias melihat ke tubuh Retno, tubuh wanita ini sangat bagus hingga membuat Dias tidak bisa tidak memujinya. Tubuh Retno bagus sekali, apalagi bokongnya yang bulat sangat kencang.

"Sepertinya dia pandai melahirkan anak laki-laki di masa depan."

Dias tersenyum lalu menutupi Retno dengan selimut. Dias berbaring di tempat tidur di sebelahnya kemudian tertidur dengan tenang.

Malam berlalu, saat sinar matahari pagi mulai masuk melalui celah jendela kamar hotel, Retno mendengus sambil perlahan membuka matanya.

Retno sedikit bingung pada awalnya, kemudian dia ingat bahwa semalam dia pingsan setelah meminum anggur yang diberikan Andre. Detik berikutnya, jantung Retno melonjak. Dia mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya dengan cepat lalu melihat tubuhnya yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam.

Retno tidak bisa tenang lagi, dia duduk dengan ragu-ragu sambil melihat sekelilingnya. Dia menemukan bahwa dirinya saat ini sedang berada di kamar hotel.

Berada di hotel dan tidak mengenakan pakaian. Dalam situasi ini, bukankah itu berarti dia sedang ...

"Bu Retno, apakah Anda sudah bangun?"

Tiba-tiba terdengar suara malas datang dari tempat tidur di sebelahnya, membuat Retno dengan cepat melihat ke arah sana.

Pada saat yang sama, Dias membuka matanya lalu melihat Retno, yang sedang duduk di tempat tidur dengan selimut tergelincir ke bawah yang memperlihatkan tubuh bagian atasnya hanya mengenakan pakaian dalamnya. Pemandangan yang mematikan!

"Bu Retno, Anda terlalu proaktif. Efek obatnya seharusnya sudah hilang, lalu sekarang apa lagi yang Anda inginkan?"