Ciitt...
Rem berderit terdengar, lalu semua mata lelaki yang penuh iri dan benci memandangi sepeda tua yang berhenti di pintu masuk kantin Fakultas Teknik. Dias turun dari sepedanya sambil mengulurkan tangan untuk menyambut Ririn, "Ririn, silakan turun."
Ririn turun dari sepeda dengan wajah malu-malu melepaskan tangan Dias. Keduanya pun berjalan berdampingan ke kantin.
"Aku masih memperhatikan, apa bagusnya anak ini? Bunga kampus benar-benar naik di atas sepedanya," ujar salah seorang di kantin.
"Pasti kuncinya adalah sepeda itu," balas orang lain.
"Sepeda itu biasa-biasa saja, bahkan itu adalah sepeda yang rusak."
Mata setiap laki-laki di sana penuh dengan sorotan tertekan dan sedih. Mereka tidak dapat memahami bagaimana mereka bisa kalah dengan Dias dan mengapa mereka tidak bisa mendapatkan perlakuan seperti itu dari bunga kampus.
Dias dan Ririn pergi ke kantin Fakultas Teknik, Universitas gajah Mada. Awalnya memang Dias yang menawarkan untuk mentraktir Ririn, tapi dia masih baru di sini jadi dia belum punya kartu makan, akhirnya Ririn yang mentraktirnya sebagai gantinya.
Mereka berdua menemukan tempat untuk duduk, kemudian Dias berkata, "Ririn, hari ini kau mentraktirku. Lain kali aku harus mentraktirmu makan besar."
"Tidak apa-apa, aku hanya mengeluarkan beberapa belas ribu saja." Jawab Ririn sambil tersenyum sedikit . Tiba-tiba, mata para mahasiswa laki-laki di sekitarnya menjadi sedih. Mereka semua berharap bisa menjadi Dias yang bisa makan dengan Ririn sambil bertatap muka.
Saat itu juga, ponsel Ririn berdering. Sebuah pesan teks dari teman sekamarnya yang menyuruhnya untuk membaca postingan berita di kampus.
Ketika Ririn membuka link berita dari ponselnya, pipinya memerah karena malu. Dia melirik ke arah Dias dan mengatakan dalam hati bahwa orang yang memposting postingan ini benar-benar jahat.
Dias melirik ponsel Ririn lalu tersenyum, "Apa, tunjukkan padaku."
Ririn cemberut dan pura-pura marah. Dia menyerahkan ponselnya ke Dias lalu bergumam, "Orang-orang ini sedang membicarakan judul berita yang click-bait sekali. Judulnya penuh kebencian. "
Dias membaca konten berita di ponsel Ririn dengan serius, "Tentu saja, judul ini memang click-bait. Padahal jelas-jelas seorang dewi duduk di atas bunga teratai. Mengapa menggunakan judul "Bunga Kampus Murni Duduk di Atas Pria Misterius", "Batang Besar Tiba-Tiba Naik dan Turun". Bukankan aku hanya mengendarai sepeda? Ini terlalu bohong dan berlebihan bagi mahasiswa biasa sepertiku."
Melihat keseriusan Dias, Ririn terkejut lalu berkata dalam hati, "Apakah Dias benar-benar gagal untuk memahami arti dari judul itu, dia kira bahwa mereka sedang berbicara tentang mengendarai sepeda? Tapi apa maksud dewi dengan duduk di atas bunga teratai?"
Ririn terdiam. Setelah Dias berhenti bicara, Ririn melihat ke arah Dias dengan rasa penasaran, "Apa maksudmu dengan dewi duduk di atas bunga teratai?"
Ririn mengatakan ini dengan suara keras. Semua orang di sekitarnya mendengar perkataannya dengan jelas lalu mereka melebarkan mata mereka. Ekspresi mereka menunjukkan bahwa mereka mulai tertarik dengan perkataan Ririn.
Ekspresi mereka semua seolah berkata, "Apakah ini masih gadis kampus kita yang lugu? Dia sebenarnya sedang mendiskusikan dewi yang duduk di atas bunga teratai dengan laki-laki lain?"
Ririn memperhatikan mata orang-orang dengan heran. Dia mengerutkan kening, lalu berbisik, "Dias, apakah kau mengatakan sesuatu yang salah? Apa arti dewi yang duduk di atas bunga teratai?"
"Tentu saja aku tidak mengatakan sesuatu yang salah." Dias terkekeh. Ketika dia hendak menjelaskan kepada Ririn, sebuah suara terdengar di sampingnya, "Ririn, Gdewi yang duduk di atas bunga teratai yang dikatakan anak ini sebenarnya adalah sikap untuk melakukan "itu". Dia menghinamu, tetapi kamu masih belum tahu. "
Mendengar ini, wajah cantik Ririn memerah. Ririn menatap Dias sedikit curiga, " Apa yang dia katakan itu benar? "
Sebenarnya dalam hati Ririn, dia menganggap Dias yang telah menyelamatkan dirinya sendiri, sebagai orang yang baik. Dia tidak ingin percaya bahwa Dias akan mengatakan hal-hal buruk seperti itu.
Ketika Dias melihat seseorang yang mengganggu situasi ini, orang itu ternyata adalah orang yang dia kenal. Andre, orang yang membenci Dias karena dia dikalahkan dalam balapan mobil tadi malam, yang tanpa diduga dia juga seorang mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada.
"Wah, Senior Andre, tampan sekali!"
"Ternyata dia Senior Andre. Bukan hanya dia tampan, tapi kudengar keluarganya juga sangat kaya, dan dia juga wakil ketua senat mahasiswa."
"Kalau kamu bisa menikah dengan pria seperti itu, tidak akan ada penyesalan selama sisa hidupmu."
Kehadiran Andre menarik perhatian gadis-gadis di kantin itu. Andre menyibakkan rambutnya dengan cara yang sok keren sambil engangkat kepalanya dengan arogan. Dia memandang Dias dengan jijik, "Heh bocah, kau sebenarnya menghina Ririn, sekarang kau tida tahu bagaimana menjelaskannya pada Ririn, kan?"
Dias mencibir dengan membuat ekspresi yang terlihat marah, lalu menunjuk ke Andre, "Kau jangan memfitnahku. Maksudku, Ririn ini sangat baik seperti seorang dewi dan murni seperti bunga teratai, tetapi kau memutarbalikkan fakta. Artinya, sama saja ini adalah penghinaan bagi Ririn, dan aku tidak bisa memaafkanmu. "
Mendengar perkataan Dias, mata Ririn berbinar. Wajah Ririn kini menjadi lebih yakin dan dia berkata dalam hatinya, " Benar saja, Dias bukanlah orang jahat. "
Andre melihat bahwa Ririn memercayai perkataan Dias, dia langsung menjadi cemas lalu berkata, "Dias, tidakkah kamu ingin memutarbalikkan fakta. Siapa pun yang ada di sini tahu apa arti dewi yang duduk di atas teratai."
"Saya tidak tahu." Ririn menjawab tegas sambil mendengus, wajahnya serius. Ririn kemudian berdiri sambil menatap Andre, "Senior Andre, aku tahu kamu ingin mengejarku, tapi kamu tidak bisa merendahkan orang-orang di sekitarku karena ini. Dias adalah pria yang baik, aku ingin kamu meminta maaf kepadanya atas fitnah barusan. "
Melihat Ririn melangkah maju untuk melindungi Dias, anak laki-laki di kantin semuanya memandang iri, sambil berkata bahwa anak baru ini terlalu beruntung.
Andre mengerutkan kening dan menjelaskan, "Ririn, Dias bukanlah orang yang baik. Bagaimana kamu bisa mempercayai kata-katanya."
Dias menyempitkan mulutnya dan berkata, "Ririn, aku baru pertama kali datang ke kampus ini, tapi dia tiba-tiba tahu namaku. Aku curiga dia telah merencanakan sesuatu untuk melawanku."
Dias memang benar tentang ini, Andre memang datang untuk melawannya.
Setelah ditangkap di Biro Keamanan Umum tadi malam, Andre dengan mudah dibebaskan dengan jaminan karena pengaruh kuat keluarganya. Andre kemudian berencana untuk menemukan Dias dan membalaskan dendamnya atas apa yang terjadi tadi malam.
Tanpa diduga, ketika Andre melihat berita di kampus hari ini, Dias tiba-tiba muncul di kampus sambil mengendarai Phoenix 28. Sepeda itu bahkan membawa bunga kampus, Ririn, yang sudah dia kejar selama lebih dari dua bulan.
Sekarang Andre bahkan lebih tidak senang lagi, makanya dia bergegas ke kantin untuk mencari masalah dengan Dias.
Dia tidak menyangka bahwa Ririn, yang dia kejar begitu lama, akan membela Dias dengan cara seperti itu seakan-akan Dias dianggap hampir seperti pacarnya.
Ketika Ririn mendengar kata-kata Dias, dia seperti mendapat sebuah penjelasa, dan mengerti situasinya. Ririn melihat ke Andre lalu berkata, "Senior Andre, sepertinya kamu benar-benar menargetkan Dias. Jika tidak, bagaimana kamu tahu namanya. Hmm, aku benar-benar salah paham. Ternyata kamu adalah orang seperti ini. "
Setelah itu, Ririn meraih tangan Dias dan berjalan keluar dari kantin," Dias, ayo pergi. Abaikan orang jahat semacam ini. "
Melihat Ririn pergi, Andre sangat marah.
Dia selalu bertingkah baik, dan sopan di depan Ririn. Andre sudah lama tertekan, tapi perlakuan seperti itu sulit untuk dia terima.
Sebenarnya, Andre tidak terlalu menyukai Ririn. Dia hanyalah gadis yang lugu bagi Andre, tapi dia belum pernah mencoba gadis seperti Ririn sebelumnya, jadi Andre mulai mendekati Ririn untuk selanjutnya dia ajak pergi ke tempat tidur.
Tanpa diduga, Andre mengejar Ririn selama dua bulan. Itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Dias yang bisa mengambil hati Ririn hanya dalam sehari.
Saat ini, Andre tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia akhirnya mengungkapkan watak aslinya. Andre menunjuk ke Ririn sambil berkata, "Yah, kamu Ririn. Kau berpura-pura lugu di depanku sepanjang hari, tetapi kamu tidur dengan bocah itu. Kau benar-benar munafik. Sangat memalukan, sangat memalukan! "
Ririn yang sudah merasa terhina sebelumnya, mendengar perkataan Andre barusan membuatnya berhenti berjalan. Tubuhnya gemetar, air mata kemarahan hampir mengalir dari matanya.
Melihat Ririn yang menggigit bibirnya dan mengerutkan kening karena merasa terhina, Dias marah saat ini juga.
Bagaimana bisa gadis yang begitu lugu dihina oleh Andre!