Chapter 12 - Masalah Serius

Dias melepaskan tangan Ririn. Dia berbalik lalu menatap Andre dengan wajah dingin. Dias berkata dengan suara yang dalam, "Andre, kamu segera minta maaf kepada Ririn, atau kamu akan menyesalinya."

"Menyesal? Hah, yang satu menyuruhku meminta maaf kepadamu, dan yang lainnya menyuruhku meminta maaf kepada Ririn. Kalian berdua pikir kalian siapa? Hantu miskin yang mengendarai sepeda dan pelacur yang berpura-pura lugu. Kalian berdua yang akan menunggu pembalasanku! Aku yang akan memperingatkanmu dengan keras, kau akan tahu akibatnya menyinggung seorang Andre. "

Andre emosi hingga lepas kendali dari citranya sebagai wakil ketua senat mahasiswa, dia mengancam Dias dan Ririn di depan umum.

"Kamu yang akan menyesal telah mengatakan hal-hal ini."

Dias membalas berkata dengan dingin, lalu berjalan menuju Andre.

Tapi begitu dia melangkah, Ririn dengan cepat meraih tangannya dan menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Lupakan, ayo pergi."

Mendengar permintaan Ririn, hati Dias melunak. Dia memelototi Andre sambil berkata "Kamu sangat beruntung, karena aku membiarkan kamu pergi hari ini. "

Setelah berbicara, Dias dan Ririn berbalik untuk pergi.

Tapi kemudian, Andre mengambil beberapa langkah dengan tiba-tiba lalu menghalangi jalan mereka. Andre menatap ke arah Ririn, "Kau tahu bahwa aku adalah master klub judo, apakah kau takut bahwa aku akan melukai wajah putih kecilmu ini?"

Ririn marah hingga pipinya merah. Semakin dia melihat Andre, semakin menjengkelkan jadinya. Ririn membiarkan Dias pergi, bukan karena dia takut pada Andre, dia takut Dias yang marah dan akan melukai Andre.

Orang lain harus tahu bahwa Dias dapat menghabisi beberapa gangster yang memegang pisau sambil duduk di atas sepeda.

Dias secara alami mengetahui pikiran Ririn lalu Dias menoleh untuk melihat Ririn sambil berbisik lembut, "Ririn, aku harus menendangnya. Kita akan pergi setelah menendang, oke?"

Ririn menatap Dias dengan tatapan lembut. Perkataan Dias menggetarkan hatinya lalu Ririn berbisik kepada Dias, "Lakukan apapun yang kau mau. Kenapa minta pendapatku? Aku bukan pacarmu."

"Sial, kalian berdua cuekin aku!" Andre meraung marah. DIa mengangkat tinjunya dan memukul Dias

Melihat bahwa gerakan tinju Andre cukup kuat, Dias bisa tahu bahwa Andre benar-benar telah melatihnya.

Sayang sekali, pria yang berdiri di depannya saat ini adalah orang terkuat di Organisasi Khusus Bela Diri Indonesia.

Tinju Andre sangat cepat sehingga dia mengira akan mengenai wajah Dias. Senyum menyeringai muncul di sudut mulut Andre, seolah-olah dia telah melihat Dias muntah darah.

Tapi dalam sekejap, Dias menendang kaki Andre dari bawah, lalu menendang lutut Andre dengan kuat, dan langsung menampar dagunya.

Saat berikutnya, tubuh Andre langsung terbang setinggi lebih dari dua meter. Selama sepersekian detik di udara, Andre kemudian mendarat dengan keras di atas sebuah meja makan yang panjang, membuat semua piring dan makanan hancur berantakan.

Rahang Andre patah, darah mengalir dari mulutnya, beberapa gigi di mulutnya patah, dan kepalanya sangat sakit.

Ririn tidak menyangka tendangan Dias begitu mengerikan, dia dengan cepat menarik Dias keluar dari kantin.

Ketika mereka pergi, Andre bangkit dari meja makan dengan kesakitan. Andre mengamati kerumunan penonton sambil menekan dagunya yang berdarah lalu bergumam, "Dias, kau akan mati! Aku akan membuatmu membayar banyak!" Teriak Andre.

Ririn sedang duduk di bar 28 tapi merasa pikirannya tidak nyaman. Dia menatap Dias yang sedang mengendarai sepeda laluberkata dengan ekspresi yang serius, "Dias, kamu mengalahkan Andre seperti itu, dia pasti tidak akan melepaskanmu. Aku dengar bahwa latar belakang keluarganya sangat penting, kamu harus berhati-hati. "

Dias tersenyum dan berkata, "Aku tidak takut padanya, dia yang melakukannya lebih dulu. Aku percaya bahwa dunia memiliki keadilan dan hukum. Terlebih lagi, untuk melindungimu, aku bersedia mengambil risiko dan menjadi kesatriamu. "

"Kesatriaku?"

Ririn bergumam di dalam hatinya, pipinya memerah karena malu. Dia dengan cepat menghindari sorot mata Dias yang serius. Kemudian Ririn berkata lagi "Dias, salahkan aku. Jika bukan karena aku, Andre tidak akan menargetkanmu. "

"Kamu tidak bisa mengatakan itu. AKu pikir ada semacam takdir di antara kita. Sejak aku bertemumu di pagi hari, kemudian bertemu di kelas, kemudian aku menyelamatkanmu dari gangster itu. Apa menurutmu semua ini benar-benar hanya kebetulan belaka? "

Dias mengayuh sepedanya dan melihat ke depan sambil berkata dengan sungguh-sungguh.

Mendengar ini, hati Ririn bergetar sambil berkata dalam hati, "Apakah dia benar-benar kesatria yang ditakdirkan untukku? Meskipun dia mengenakan pakaian biasa dan mengendarai sepeda yang tua, dia adalah pria yang berani dan tegas, baik hati, dan pandai bela diri ... Oh, apa yang aku pikirkan? "

Ririn tidak berani berbicara dengan Dias lagi, hanya menatap ke depan dalam diam, tapi dia tidak bisa menyingkirkan pikiran aneh di benaknya.

"Dias, aku akan naik dulu."

Di area parkir jurusan Ilmu Komputer, Ririn langsung turun dari sepeda. Karena takut seseorang di kelas akan melihat dia dan Dias begitu akrab, dia bergegas ke atas.

Ketika Ririn tiba di ruang kelas, Ririn melihat Kirana lalu berpikir, "Dias telah menyinggung Andre, apa yang harus aku lakukan jika dia membalas? Kirana punya pengaruh yang sangat kuat. Jika aku meminta bantuannya, dia mungkin bisa membantu Dias melawan Andre. Ya, benar. "

Berpikir tentang ini, Ririn kemudian duduk di sebelah Kirana lalu berkata menghadap Kirana "Kirana, bisakah tolong bantu saya. "

Kirana tidak menyangka komite kelas di sebelahnya ini mengambil inisiatif untuk memulai percakapan dengannya. Untuk sesaat dia tertegu, lalu tersenyum dan berkata, "Ririn, jika kamu butuh bantuan, aku pasti akan membantumu."

"Ini bukan urusanku, ini tentang Dias."

"Apa, bos?"

Ketika Kirana mendengar bahwa ada hubungannya dengan Dias, Kirana tiba-tiba menjadi tertarik. Setelah mendengarkan Ririn menceritakan kisahnya, Kirana mengerutkan kening dan menemukan bahwa segala sesuatunya menjadi cukup rumit.

Meskipun keluarga Kirana dalam kondisi yang sangat baik, keluarganya Andre tidak lebih lemah dari mereka sama sekali. Apalagi dalam beberapa bidang kekuasaan, keluarganya Andre jauh lebih kuat daripada keluarga Kirana dalam masalah ini, bahkan bisa membuat keluarga Kirana cemburu.

Tapi bagi lingkup keluarga kaya di Kota Yogyakarta, keluarganya Andre pasti tidak berani menyerang Kirana. Namun masalahnya, meski Dias bisa mengendarai mobil lebih hebat, dia tidak memiliki latar belakang yang kuat. Andre tidak akan pernah mendengarkannya, bahkan jika Kirana berbicara, mungkin tidak akan berhasil.

" Kirana, apakah ini sesuatu yang merepotkan?" Ririn melihat tatapan sendu di mata Kirana, yang terlihat lebih khawatir. Bahkan Kirana menunjukkan ekspresi seperti itu, maka Dias pasti tidak akan bisa menghadapi Andre..

"Aku akan mencoba menelepon dulu. Bos sedang terkena masalah, aku pasti akan membantu."

Kirana tampak serius lalu dia mengeluarkan telepon dan memanggil Andre.

Setelah panggilan terhubung, Kirana berkata melalui handset, "Hei, Andre, ada yang ingin aku diskusikan denganmu."

"Uang seratus juta yang hilang darimu dalam balapan tadi malam, aku akan mentransfernya untukmu,"

"Nona Kirana tiba-tiba kamu menelepon untuk membayar hutang? Apakah kamu takut aku tidak mampu membelinya? "

"Bukan ini, aku hanya ingin mengatakan, bisakah kamu melupakan masalah antara kamu dan Dias? "

" Lupakan? Haha, dia mematahkan tulang rahangku, menghancurkan ketiga gigiku dan membuatku malu di kantin. Dengan semua ini, apakah kamu pikir aku bisa memaafkannya? "

" Dia bosku, bisakah kau hanya mengambil uangku, aku tidak ingin seratus juta itu. "

"Jangan katakan seratus juta, bahkan satu miliar, aku tidak akan melepaskannya. Dan biar kuberitahu padamu, aku telah memberi tahu ayahku tentang hal ini. Dia tahu bahwa aku terluka dan dia sangat marah. Dia akan melakukan apa saja demi anaknya. DIa akan mengerahkan semua tenaga untuk menangani Dias. Selamat tinggal! "

Setelah berbicara, Andre menutup telepon. Bunyi bip terdengar dari gagang telepon.

Mendengar kata-kata terakhir Andre, ekspresi Kirana menjadi pucat. Ayah Andre memintanya untuk memobilisasi personel secara sewenang-wenang, pasti dia akan menjatuhkan hukuman mati kepada Dias!

"Bos, harus segera lari."