Ini bukanlah dendam antara keluarga Pramudya dan keluarga Wiratama, lebih seperti keluarga Pramudya dan nenek mengadakan sebuah acara, dan mereka harus menggunakan cara yang kejam untuk berurusan dengan nenek.
Mengetahui bahwa nenek jelas-jelas tidak berada disini sekarang. Jelita Wiratama berpikir jika bertanya padanya secara langsung jelas bukan cara yang baik. Tapi melihat pria yang berkeringat di depannya, Jelita Wiratama berpikir bahwa tidak lama lagi dia akan mengetahui kebenarannya.
Tanpa diduga, mimpinya menjadi kenyataan begitu cepat.
"Paman, berpikirlah secara jernih sebelum menjawab." Jelita Wiratama menunjuk pada pria bodoh yang sedang berada di depannya, dan berkata dengan ringan kepada Aji Suratmono. Kemudian percakapan berubah menjadi lebih serius, "Katakan padaku siapa yang menyuruh paman untuk melakukan semua ini, dan apa tujuan melakukannya? Selama paman menjawabnya dengan jujur, akan ku pastikan bahwa masalah yang terjadi hari ini, atas nama Keluarga Wiratama akan menganggapnya sebagai masa lalu."
Seolah menggemakan kata-katanya, matanya melebar kemudian dia menatapnya dengan kejam.
Pria itu menunjukkan rasa takut, ketika dia akan membuka mulutnya, dia mendengar seseorang dari luar halaman mendengus dingin, suaranya memecahkan telinga "Sungguh pintar, apa guru di sekolahmu mengajarimu untuk menggunakan apa yang telah kamu pelajari untuk menipu petani biasa?"
Dia diikuti oleh sekelompok orang, jelas orang itu memiliki aura pemimpin. Dia memiliki sepasang mata seperti harimau tanpa kemarahan dan gengsi, dan saat ini dia sedang menatap tajam ke arah Jelita Wiratama.
Diantara orang-orang lain, ada sosok yang diketahui semua orang, dia adalah Prabu Halim, walikota Kota Pasuruan. Saat ini, dia hanya berdiri di belakang beberapa orang, dan penampilannya yang sederhana membuat orang-orang desa yang melihatnya sedikit aneh. Tetapi penampilannya juga menunjukkan bahwa dirinya bukan termasuk orang rendahan.
Jelita Wiratama mengerutkan keningnya. Justru Rama Sagara lah yang tidak pernah menyangka dia akan datang ke tempat ini.
Saat ini, Rama Sagara masih menjadi sekretaris Komite Partai. Setelah dia dipindahkan dari militer ke pemerintah lokal, dia ditempatkan di posisi Komite Partai Probolinggo dengan keahlian dan usahanya sendiri. Tidak peduli seberapa keras usahanya, tanpa latar belakang kekayaan, dia hanya dapat mencapai tingkat departemen saja hingga dia pensiun. Namun, sebelum kematian Jelita Wiratama di kehidupan sebelumnya, dia sudah menjadi sekretaris kotamadya, tingkat yang setara dengan tingkat provinsi dan kementerian. Dan pada saat itu dia belum pensiun.
Jelita Wiratama mengenalnya karena di kehidupan sebelumnya dia tertarik dengan sejarah perkembangan legendarisnya. Kala itu, Rama Sagara terus bersyukur atas takdir istimewa yang Tuhan berikan kepadanya. Meskipun Rama Sagara tidak memberitahu latar belakang keluarganya secara detail, tetapi dia memberitahu latar belakangnya yang kuat. Tidak lama kemudian, karena konflik dengan keluarga Pramudya, Jelita Wiratama mengetahui lebih banyak tentang Rama Sagara, dia merupakan bagian dari keluarga Nalendra di Surabaya.
"Guru hanya mengajari kami untuk mencari kebenaran berdasarkan fakta" mata Jelita Wiratama bertemu dengan Rama Sagara, matanya jernih, dan dia tidak menunjukkan rasa takut sama sekali. "Semua paman dan bibi yang hadir disini pasti bukan orang yang membalikkan hitam dan putih, jadi kalian bisa membantuku untuk membuktikannya."
Rama Sagara mengerutkan kening. Dia tidak menyangka bahwa Jelita Wiratama tidak hanya cerdas, tetapi juga tidak memiliki rasa takut sama sekali. Aura yang memancar dari dalam dirinya sangat kuat.
Tapi, Rama Sagara adalah orang yang baru pertama kali berada di suatu kasus, sepasang mata tajam menatapnya, dan dengan sikapnya yang tegas kemudian berkata "Saudari Wiratama, tahukah kamu apa itu kejahatan? Di negara kita, semua tindakan yang membahayakan kepentingan negara dan rakyat adalah sebuah kejahatan. Apakah perilaku orang ini merugikan kepentinganmu? Menurut bukti yang kami miliki, keluargamu telah mengumpulkan dan menanam lusinan tanaman langka, dan menggunakannya untuk menyuap pensiunan kader. Hal semacam ini sangat membahayakan negara!"
Mendengar ini, Jelita Wiratama sangat marah sehingga dia tahu bahwa pihak lain ingin memanfaatkan tanaman langka tersebut untuk berurusan dengan keluarga Wiratama. Dia tidak menyangka bahwa wajah keluarga Wiratama begitu hebat sehingga seorang hakim yang bermartabat mengajukan tuntutan sebesar itu kepadanya!
Haris Mahesa sangat marah, tapi dia tidak dapat melawan atau berbicara apapun, karena apa yang dikatakan Rama Sagara ada benarnya, dan benar bahwa semua varietas tanaman langka di keluarganya berasal dari keluarga Wiratama. Dalam situasi seperti ini, hanya keluarga Wiratama yang berhak berbicara, jika ada sedikit kesalahan maka semuanya akan berakhir. Pada saat itu, bahkan jika Rama Sagara membiarkan wajah tua ini, Haris Mahesa akan tetap menjaga keluarga Wiratama.
Jelita Wiratama melirik Zafran Mahesa, mengangguk padanya, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke Rama Sagara, dan berkata dengan percaya diri "Keluarga Wiratama kami tidak mencuri ataupun merampok, kami tidak bersalah, kami merupakan pekerja keras. Saat ini Paman jadi memfitnah keluarga Wiratama, saya tidak tahu apakah itu berasal dari ucapan orang jahat yang sengaja ingin menjatuhkan keluarga kami atau memang ini cara Anda dalam melakukan sesuatu."
"Begitu banyak orang hadir disini hari ini, hanya untuk membuktikannya kepada keluarga Wiratama. Jika ternyata Rosalina Wiratama, seperti yang Anda katakan, sangat membahayakan kepentingan negara, maka kami bersedia bertanggung jawab. Tapi,"
Mata Jelita Wiratama memerah menatap Rama Sagara, tentara sekaligus politikus yang pernah dia yakini adil, suaranya terdengar dingin sampai ke tulang "Jika hasil akhir membuktikan bahwa keluarga Wiratama tidak bersalah, maka Anda harus memberikan pernyataan secara terbuka di surat kabar dan mengakui bahwa semua ini adalah kesalahan Anda sendiri. Orang-orang yang dengan egois melakukan ketidakadilan terhadap keluarga kami, mereka harus meminta maaf kepada kami dan memberi kompensasi kepada kami atas kerugian yang kami alami terutama ini semua berdampak terhadap mental kami!"
Ada keheningan di tempat kejadian. Semua orang, termasuk Rama Sagara, terpaku oleh kata-kata Jelita Wiratama.
Dia terkejut. Meskipun masalah hari ini ditengahi oleh wanita yang sudah menikah dari keluarga Nalendra tersebut, semua orang tahu prinsip dan intinya. Jika tidak ada bukti konklusif, tidak mungkin baginya untuk menggunakan otoritasnya. Selain itu, alasan mengapa dia setuju untuk mengambil alih masalah ini adalah karena kata-kata Nona Ye Da "Tangani dengan adil."
Tetapi begitu melihat situasi sekarang ini, segala sesuatu tampak tidak sesuai dengan informasi yang Rama Sagara temukan. Apalagi saat mendengar gadis di hadapannya mengucapkan kalimat itu dengan nada yang sangat menyedihkan, perkataan gadis itu membuat jantungnya bergetar dan merasa malu.
"Apakah sekretaris Rama demam panggung?" Melihat keraguannya, Jelita Wiratama merasa sedikit lebih baik, tetapi nadanya masih terdengar agresif. "Jika Sekretaris Rama sedang memikirkan perkataan orang jahat yang membuat Anda bingung, lebih baik ambil kesempatan ini dan biarkan keluarga Wiratama membuktikan bahwa kami tidak bersalah!"
Segera setelah Jelita Wiratama selesai berbicara, dia berkedip pada leluhurnya, dan membawa Haris Mahesa dan Zafran Mahesa menuju aula.
"Kakek, ingatlah untuk berpura-pura terluka parah nanti, Zafran akan memberitahumu lebih lanjut. Zafran, kamu sudah siapkan semua bukti? Hari ini, aku ingin orang-orang itu menyesal telah menyerahkan tangan mereka kepada keluarga Wiratama!"
Suara Jelita Wiratama terdengar dingin, kemudian wajahnya menyeringai.
Di luar rumah, Nenek Marisa sedang menyanggul rambutnya, lalu memindahkan pot bunga dari halaman belakang ke halaman depan. Pertengahan musim ini ditandai ketika banyak bunga bermekaran, bunga itu berwarna-warni seakan-akan sedang berlomba-lomba agar terlihat indah.
Selang beberapa waktu, celah yang ada di halaman depan sudah dipenuhi dengan berbagai tanaman.
Rama Sagara dan ahli tanaman yang berdiri di belakangnya terkejut di tempat, dan penduduk desa lainnya tidak percaya ketika melihatnya, karena apa yang mereka lihat hanyalah bunga dan tanaman pada umumnya.
Bahkan beberapa tanaman tersebut tidak lebih baik daripada tanaman dan bunga milik penduduk desa lainnya!
"Apakah ada yang salah dengan tanaman-tanaman ini? Rumput yang rusak ini, apa juga disebut sebagai tanaman langka? Bahkan istri pengelola tenaga kerja lebih cantik daripada tanaman yang ditanam di halaman belakang rumah ini!"