Pada pagi hari, rumah sakit terlihat sangat sepi. Terlihat di koridor bagian rawat inap seorang dokter yang bertugas membuka kamar dengan membawa catatan medis di tangannya. Sudah ada tiga orang di dalam kamar rawat inap duduk menunggu dengan penuh semangat.
"Setelah menyelesaikan prosedur kepulangan, Anda sudah boleh meninggalkan rumah sakit, tetapi saya ingatkan sekali lagi bahwa Anda merupakan pasien yang sudah tidak muda lagi dan mempunyai trauma serius. Sebenarnya dia harus dirawat di rumah sakit untuk diawasi setidaknya selama tiga hari. Tapi, Anda sangat meminta agar pasien dipulangkan hari ini."
"Ini adalah surat keterangan pasien." Dokter mengambil selembar kertas rekam medis, lalu meletakkannya di ranjang, kemudian segera berbalik dan pergi keluar kamar rawat inap.
"Dokter ini sangat tidak kompeten, seolah-olah seseorang berhutang kepadanya." Zafran Mahesa mengeluh, mengambil surat keterangan itu dan memeriksanya beberapa kali sebelum meninggalkan rumah sakit.
Kakek Haris Mahesa tersenyum dengan lembut, tidak peduli dengan sikap buruk dokter tadi, sebaliknya, dia sedang dalam suasana hati yang bahagia sekarang. Meskipun ia seorang sastrawan, namun penampilannya tidak terlihat lemah sama sekali. Tingginya 1,8 meter dan terawat dengan baik. Ia terlihat sangat mengesankan. Wajahnya terluka tapi tidak terlihat banyak perubahan. Pada tahun-tahun awal ketika kakek Haris Mahesa masih dalam kelompok penelitian, dia sama sekali tidak seperti seorang akademisi muda, melainkan seperti seorang prajurit yang tegas.
Jadi ketika wajah seperti itu tersenyum datar pada Jelita Wiratama, benar-benar terlihat menyeramkan.
"Nah, Jelita, apakah kamu benar-benar akan membawa Kakek ke Desa Kanigaran?" Kakek Haris Mahesa memang tidak memiliki alasan tertentu, karena dalam kesannya, wanita keluarga Wiratama sangat baik, cukup untuk menjadikan sebagai alasan tinggal di Desa Kanigaran. Termasuk Rosalina Wiratama mempunyai sifat yang baik. Menurutnya, Rosalina Wiratama bukanlah wanita gila atau wanita pedesaan seperti yang dikatakan orang-orang. Bakat istimewanya tidak kalah jika dibandingkan dengan ahli tumbuhan top di Indonesia dan dunia. Terutama tanaman langka yang dibawa Rosalina Wiratama dari pegunungan dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, perjalanan cintanya dengan nenek Jelita Wiratama, Ratna Wiratama, perjuangannya naik turun, dan sebagian besar alasannya karena dia merasa harga dirinya rendah.
Hanya kakek Haris Mahesa yang mengerti bahwa bisa bertemu dengan Ratna Wiratama saja sudah suatu anugerah. Terlebih lagi bisa menjadi anggota di keluarga Wiratama adalah keberuntungan terbesar dalam hidupnya.
Jelita Wiratama tersenyum, mengangkat alisnya, dan berkata, "Apakah Kakek khawatir dengan bunga dan tanaman? Jika demikian, kakek tidak perlu khawatir. Bahkan jika bunga dan tanaman itu tidak kembali, Kakek dapat membantu pekerjaan keluarga Wiratama sebagai gantinya."
kakek Haris Mahesa membuka mulutnya dengan terkejut. Lalu, dengan gembira dia bertanya, "Jelita, kamu, maksudmu kakek bisa tinggal di Desa Kanigaran?"
Melihat kakek itu begitu terkejut dan tidak bisa berkata-kata, Jelita Wiratama menoleh ke Zafran Mahesa, lalu segera mengangguk. Kemudian, dia berkata pada Haris Mahesia, "Aku dan Zafran telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kami di SMAN 5 Pasuruan. Selain itu, kakek juga benar-benar ingin membantu pekerjaan keluarga kami."
"Oke, tidak masalah, selama Jelita membutuhkannya, kakek akan berusaha! Meskipun kakek bukan siapa-siapa, dan tidak tahu apa yang bisa kakek lakukan untukmu dan keluargamu. Tapi selama kakek di sini, kakek tidak akan pernah mengecewakan keluargamu!" kakek Haris Mahesa bersumpah dengan wajah penuh kegembiraan.
Jelita Wiratama tersenyum, dia berkata dengan penuh arti "Oke, kita akan membicarakannya lagi setelah kembali ke rumah."
Usia Jelita Wiratama masih belum genap lima belas tahun, dan jalan kehidupannya masih sangat panjang. Kehendak Tuhan telah memungkinkannya untuk dilahirkan kembali dan mengubah takdir keluarganya. Semua berjalan dengan sesuai rencana. Baik itu mencegah atau melawan sesuatu, dia percaya bahwa orang-orang jahat yang telah menyakiti keluarga Wiratama di kehidupan sebelumnya akan menanggung akibatnya satu per satu. Tapi, Jelita Wiratama tidak bisa hanya memikirkan balas dendam dan mengabaikan masa depannya.
Keluarga Wiratama sekarang berada dalam situasi yang sangat memalukan. Dan walaupun Jelita Wiratama memiliki keterampilan yang berharga, tidak ada yang mengetahuinya.
Ada begitu banyak warisan budaya kebangsaan Indonesia, dan semuanya memiliki kemampuan yang sangat hebat. Banyak orang yang tidak dapat melihat satu atau dua di antaranya seumur hidup. Warisan budaya yang diturunkan oleh nenek moyang ini sebagian besar diturunkan di beberapa keluarga. Sejak lahirnya negara Indonesia, terdapat banyak keluarga yang telah diwarisi beberapa warisan ini. Keluarga Wiratama merupakan salah satu yang mendapatkannya. Warisan yang didapatkan Keluarga Wiratama adalah ilmu tentang obat kuno. Selain itu keterampilan medis keluarga Wiratama juga dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno.
Keterampilan medis nenek Marisa dikatakan telah mencapai tingkat kualitas yang luar biasa, tetapi Jelita Wiratama belum pernah melihatnya. Itu karena nenek Marisa terlalu misterius dan pendiam. Dalam istilah populer di generasi selanjutnya, nenek Marisa merupakan gadis rumahan. Dikatakan bahwa teknik jarum emas nenek dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan membunuh orang yang masih hidup. Jelita Wiratama sendiri belum pernah melihat teknik yang misterius itu. Tetapi dia sangat mengagumi keterampilan menyulam nenek Marisa. Dan nenek Marisa, dia lahir mengenal tumbuhan. Menurut nenek Marisa, dirinya merupakan keturunan yang dipilih oleh nenek moyangnya, maka dia lahir dengan kemampuan mengenal tumbuhan.
Tentu saja, semua ini hanyalah sebuah legenda. Selain bakat luar biasa sang nenek, dua penatua lainnya juga luar biasa dalam keterampilan medis, tetapi menurut pandangan Jelita Wiratama mereka hanyalah omong kosong. Kalau bukan hanya omong kosong, bagaimana bisa keluarga Wiratama di kehidupan sebelumnya hampir musnah?
Bagaimanapun, bagi Jelita Wiratama, pemilik perusahaan farmasi yang berusia 32 tahun. Bagaimana bisa dia mengabaikan jalan yang lebih cepat untuk menghasilkan uang?
Belum lagi bakat yang dimiliki Ibu, hanya kemampuannya yang bisa menjadikan industri pengobatan pada jaman dulu melesat keluar dari dunia medis.
Dalam kehidupan ini, Jelita Wiratama tidak lagi menderita kesialan, jadi sekeras apapun dia bekerja, dia pasti akan mendapatkan banyak keuntungan. Selain itu dalam hidup ini, Jelita Wiratama akan menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari kehidupan sebelumnya!
Jelita Wiratama harus menjadi pribadi yang kuat, agar tidak ada satu orang pun yang berani menyakiti keluarganya. Dia akan membiarkan orang-orang jahat melakukan penghinaannya sendiri, dan mulai fokus pada orang-orang yang peduli padanya supaya tetap sehat dan memiliki umur yang panjang.
Ketika Jelita Wiratama memikirkan hal ini, dia merasa pemikirannya mulai terbuka lebar, pemikirannya menjadi tercerahkan. Membuat Jelita Wiratama seolah-olah merasa berdiri di titik tertentu.
Dan masalah yang telah mengganggunya untuk waktu yang lama, perlahan-lahan dapat diselesaikan satu per satu.
Misalnya ketika kakeknya ternyata benar-benar memiliki hubungan langsung dengan apa yang terjadi pada keluarga Wiratama di kehidupan sebelumnya.
Seperti yang dikatakan nenek Jelita Wiratama, apapun pun kesalahan kakek, dia tetaplah orang yang lebih tua darinya. Meskipun kakek tidak pernah menikmati cintanya, tetapi kakek masih sangat mencintai nenek. Tidak mungkin bagi Jeliata Wiratama untuk melenyapkan semua ini, serta tidak mungkin juga baginya untuk membiarkan musuhnya lolos begitu saja, maka dia harus ...
Saat duduk di dalam mobil untuk pulang, perasaan Jelita Wiratama menjadi tenang.
"Jelita, katakan padaku, bagaimana kamu mendapatkan barang-barang ini?" Zafran Mahesa, yang sedang duduk di sebelahnya, diam-diam melihat bukti yang tiba-tiba diberikan Jelita Wiratama padanya.
Zafran Mahesa berbagi pandangan yang sama dengan Jelita Wiratama, dan keduanya merasa bahwa masalah ini tidak ada hubungannya dengan Kakek. Zafran Mahesa tidak tahu bahwa keluarga Wiratama tidak seperti Jelita Wiratama yang terlahir kembali, jadi dia tidak pernah berpikir bahwa masalah ini ada hubungannya dengan keluarga Wiratama.
Jelita Wiratama meliriknya sambil memikirkan sesuatu, tetapi dia enggan mengatakan apa yang sedang ada dipikirannya. Kemudian Jelita Wiratama dengan hati-hati mengumpulkan semua bukti yang ada. Saat ini dia menyadari bahwa mobil bukanlah tempat yang baik untuk berbicara.
Ketika Jelita Wiratama dan yang lain sampai di pintu masuk desa, mereka melihat petani perempuan berpasangan yang sedang berkumpul dan berbicara dengan gembira, mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang mengejutkan.
Melihat Jelita Wiratama dan yang lain, para petani tersebut terlihat terpaksa tersenyum menatap Jelita Wiratama.
Keluarga Wiratama biasanya enggan berinteraksi dengan wanita-wanita berlidah panjang ini, jadi hubungan antara mereka tidak terlalu baik. Karena itulah Jelita Wiratama hanya mengangguk sambil menyapa lalu melanjutkan perjalanan pulang. Ketika dia semakin dekat dengan rumah, entah bagaimana jantungnya mulai berdetak cepat.
Sesuatu pasti telah terjadi di rumah!
Memikirkan hal ini, Jelita Wiratama mempercepat langkahnya dan sebelum dia sampai di rumah keluarga Wiratama, dia mendengar suara yang keras. Kata-kata "pelacur, janda, najis" terdengar saat itu, yang kemudian membuatnya marah.
Rona wajah kakek Haris Mahesa yang semula bahagia menjadi lebih serius sambil menatap Zafran Mahesa.
"Zafran, pergilah ke rumah kepala desa dulu dan minta dia datang. Kakek khawatir, tidak ada yang bisa menggertak jika Kakek tidak ada di sini!"
Jelita Wiratama berjalan ke pintu masuk halaman beberapa langkah, dia mendengar suara kasar seorang wanita dari dalam sambil berteriak "Rosalina Wiratama, kamu pikir kamu bisa mencuri barang-barangku dengan berpura-pura menjadi gila dan bodoh. Kamu memang tidak bertanggung jawab! Dasar tidak tahu malu! Hei teman-teman, dia telah mencuri angsaku."
"Aku, aku tidak, angsa itu, angsa itu milikku, aku ingin memberikannya kepada Jelita! Kembalikan angsaku, itu untuk Jelita!"
Meskipun para wanita berlidah panjang di Desa Kanigaran memandang rendah keluarga Wiratama, yang tidak memiliki pria bertanggung jawab di keluarganya, mereka semua sering bergosip tentang keluarga Wiratama. Mereka bergosip dengan memberi julukan "Tiga Janda Keluarga Wiratama". Meskipun keluarganya sering menjadi bahan gosip mereka, ini pertama kalinya Jelita Wiratama mendengar seseorang memarahi ibunya seperti ini, dengan nada yang sangat marah, seolah ingin membunuhnya dengan pisau!
Dan nenek Jelita Wiratama yang pendiam, dia tidak ada dalam situasi ini sampai sekarang. Jelas bahwa wanita itu ingin mencoba merusak reputasinya, dengan memfitnah bahwa ibunya merayu pria dan mencuri barang-barang orang lain. Rosalina Wiratama sebenarnya hanya mengamati seekor angsa dan ingin memberi Jelita seekor angsa!
Hal ini membuat Jelita Wiratama marah sekaligus terharu.
"Hei Bodoh! Kapan keluargamu memelihara angsa, kenapa aku tidak pernah tahu. Oh, bagaimana jika biarkan orang datang dan menilai, keluarga Wiratama benar-benar memperdaya kita semua! Kamu sudah mencuri angsaku dan tidak mengakuinya."
Wanita itu marah dengan puas. Wanita itu tidak tahu jika keluarga Wiratama ini memiliki pengetahuan tentang obat, mereka biasanya menghasilkan uang dengan menjual beberapa jamu.
Diantara anggota keluarga lainnya, Rosalina Wiratama merupakan seseorang yang ahli dalam memelihara ayam dan bebek. Tidak mudah memanggil angsa gemuk besar ini untuk pergi bersamanya. Memikirkan hal ini, matanya bergetar, sambil menatap dengan tatapan yang menghina pada Rosalina Wiratama yang semakin bingung.
"Bagaimana jika ibuku bisa memanggilnya untuk membuktikan kebenaran dari angsa ini?"