Jati menyaksikan laporan kematian terus dikirim, dan menggebrak desktop dengan keras. Cahaya haus darah melintas di matanya, dan dia menelan buih darah di mulutnya dengan penuh semangat. Dia melihat ke luar jendela dan berkata, kata demi kata: "Dimas, jangan salahkan saya, kata saudara, semua orang di neraka lagi! "
Ketika Dimas terbunuh oleh kekuatan petir terakhir dari keluarga Nugraha dan jatuh, selain kepuasan bahwa dia akan melihat lelaki tua itu tersiksa, ada jejak rasa bersalah di wajah Dimas.
Jelita, maafkan Nusa Group karena tidak memberimu suaka lagi. Tolong, pertahankan seperti biasa. Jika ada kehidupan setelah kematian, jangan lupakan Dimas Mahendra.
Jati perlahan menutup matanya, setetes darah dan air mata mengalir, dan tiba-tiba teringat sebuah adegan di benaknya.
Bertahun-tahun yang lalu, ketika Dimas kembali dari luar negeri, kematian banyak menghilang. Meskipun luka-luka serius, tekanan dari neraka dengan aneh bisa dikendalikan.