Iyong mengulurkan tangannya untuk menyentuh bagian belakang kepalanya, dengan ekspresi cemas di wajahnya, dan berkata, "Bagi saya, ini benar, tetapi untuk Anda, saya salah. Jadi, saya minta maaf."
"Itu tidak terlalu buruk..."
Kata-kata yang hendak diucapkan Jelita tiba-tiba menghilang.
Seseorang berdiri tidak jauh, sosok tinggi berdiri di sana seperti pohon pinus hijau, dan sepasang mata seperti tinta memantulkan kemegahan kota saat ini. Namun, dalam pemandangan yang bising ini, dia tampak seperti individu yang terisolasi dari kembang api duniawi, penuh kegelapan dan kesepian.
Ketika Jelita Wiratama berjalan dari mobil, akhirnya ada gerakan di matanya, dan cahaya samar pingsan di matanya, membuat kagum dia yang datang.
Dia melambaikan tangannya dengan berani, dan melihat bahwa mobil yang melaju dengan mantap ketika datang, berbalik dengan tampan dan langsung keluar. Tidak tahu mengapa tiba-tiba dia begitu cemas, Jelita Wiratama berbalik diam-diam.
