Setelah itu, dia sendiri harus meratapi bahwa dunia berubah terlalu cepat.
Tentunya terakhir kali mereka bertemu, gadis tenang di depannya hanyalah seorang anak kecil yang ingin melihat judi di bebatuan. Ketika mereka bertemu lagi, pihak lain sudah menjadi bos besar di balik perusahaan perhiasan. Dan karena keberuntungannya, dia mengusir hijau kekaisaran dari lubang kaca tua, dan sejak itu dia menghidupkan kembali Paviliun Giok. Pikiran ini membuatnya mendesah.
Keberuntungan Tuan Wiratama terlalu bagus!
Dia menantikan perjalanan berikutnya ke Myanmar. Sekelompok enam orang menaiki jet pribadi Budi Irawan langsung dari jalur khusus. Karena mereka berjalan terburu-buru, rombongan lainnya akan tiba dengan pesawat sipil keesokan harinya. Selain awak, hanya tersisa enam penumpang di pesawat.
"Paman, berapa banyak yang kau habiskan untuk pesawat ini?" Jelita Wiratama bertanya sambil duduk di sofa.
Budi Irawan mengangkat alisnya, dan kelopak matanya melonjak tanpa bisa dijelaskan.
