Time skip, setelah pulang sekolah...
Rin dan Sean beserta Zayn tengah berjalan di kompleks pertokoan yang tak jauh dari sekolah mereka. Mereka sedang mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk MOS esok hari. Banyak toko yang sudah mereka masuki, tapi segala keperluan belumlah lengkap.
Daftar barang-barang yang perlu dibeli cukup banyak. Rin menggerutu sepanjang jalan. Baginya yang bersekolah di luar negeri, ia tidak pernah mendapatkan tugas seperti ini.
Jika sudah diterima di sekolah baru, ya langsung menjalankan proses blajar di kelas tanpa ada acara MOS yang menurutnya itu sangat merepotkan. Berulang kali sang kakak menasehatinya dan mengoceh banyak hal menarik yang ada di MOS.
Tetap saja, Rin cukup malas dengan hal seperti itu.
"Kertas karton warna pink, sudah. Spidol, tali rafia warna pink, sudah." Rin mulai membaca catatan yang diberikan Zack di kelas tadi. "Hei Kak, apa di rumah ada gunting, cutter, penggaris, lem?"
"Ada sepertinya. Beli saja yang baru untuk jaga-jaga, biar mudah! Aku takut, aku tak menemukannya di rumah." Kata Sean, Rin hanya mengangguk. Ia juga berniat membeli alat tulis dan beberapa buku tambahan.
Mereka menuju stand peralatan kantor.
Zayn mencari kresek warna pink yang untungnya ada di toko itu. Ia juga mendapatkan pita pink untuk Rin.
"Kalian sudah mendapatkan semuanya?" Tanya Sean. Rin dan Zayn memeriksa belanjaan mereka.
"Hanya kurang kotak makan warna pink." Jawab Rin.
Zayn ingat ia tahu tempatnya. Tadi waktu ia membeli kresek pink, rasanya ia melihat jejeran kotak makan. "Ayo ikuti aku! Aku tahu tempatnya."
Mereka berjalan menuju stand perlengkapan masak, sementara Sean mencari minuman dingin karena ia merasa sangat haus.
Sesampainya di stand perlengkapan masak, mereka melihat banyak sekali model kotak makan mulai yang kecil sampai yang super jumbo. Zayn langsung nyemplong jika yang super jumbo itu pasti menjadi pilihan Pampam dan Rin juga menyetujuinya. Lumayan bercanda sedikit buat menghilangkan rasa lelah.
Mereka berdua memilah dan memilih kotak-kotak makan itu. Mencari kotak makan standar dengan warna pink. PINK!
Zayn mengambil satu, akhirnya ia menemukannya. "Aku mendapatkannya! Yosshh, akhirnya dapat juga yang warna pink!" Ia merasa sangat senang.
"Ahh, aku belum.." Keluh Rin.
"Coba sisir yang sebelah sana! Kita belum mencarinya di tumpukan sana."
Baru berjalan beberapa saat saja, Rin sudah menemukan kotak makan mencolok warna pink yang ada di tumpukan paling atas dan paling pojok. Kenapa ia dan Zayn malah membolak-balik di sisi yang sama? Bukankah sebaiknya melihat dulu yang terlihat mata? Yang ada di tumpukan paling atas misalnya?
Rin yang terlampau senang, segera berjalan untuk mengambil kotak makan warna pink itu.
Namun, saat ia mencoba mengambilnya, ada tangan lain yang juga mencoba mengambilnya. Rin langsung menoleh ke arah pemilik tangan yang mencoba mengambil kotak makan incarannya dan ya.. matanya langsung memincing kesal.
Ah, dia lagi. Elyasa Kei! Dunia sesempit itu kah?
"Ini milikku!" Kata Rin. Ia mencoba menarik kotak makan itu dari tangan Kei.
Kei membalas menariknya. "Milikku!"
Rin menarik kotak makan pink itu kembali. "Aku yang menemukannya duluan!"
"Aku yang melihatnya duluan!" Kei juga menarik kotak makan pink itu lagi.
Rin dan Kei saling memelototkan mata. Oke, di antara banyak toko, kenapa ia harus bertemu dengan Kei? Dan bagi Kei, bertemu Rin di jam makan siang seperti ini rasanya membuatnya semakin lapar saja.
"Aku yang pertama mengambilnya, singkirkan tanganmu, Elyasa!"
"Tidak bisa, Jidat! Aku lebih cepat 0,999 detik darimu!" Ini otak Kei kalkulator atau apa sih? Maklumi saja, orang jenius soalnya.
Rin kesal. "Aku sudah memintamu dengan baik-baik, tapi kau menyebutku pinky. Dasar Ayam kurang ajar! Cepat berikan kotak makan pink itu!"
"Mulutmu manis racun, Jidat. Gunakan mulutmu itu untuk berkata lebih bijak! Kotak makan ini milikku! Kau cari saja lagi yang lain!"
Zayn menyadarinya. Ya ampun, ini dua orang kenapa sih? Mereka bertengkar di hari pertama ia berangkat sekolah. "Hei, sudah-sudah! Kalian berdua apa-apaan sih? Woy, ini tempat umum!" Zayn mencoba melerai karena cukup banyak pasang mata yang menatap aneh kepada mereka.
"Kau diam saja, Zayn!" Kata Kei.
"Ini urusanku dengan Ayam tiren. Aku tak akan melibatkanmu." Kata Rin.
Zayn menghela nafas. Kenapa ia yang mencoba mendamaikan keadaan malah kena semprot?
"Berikan itu padaku!" Kata Rin.
"Tidak mau!" Kata Kei.
"Berikan!"
"Tidak!"
"Kau bisa cari lagi yang lain."
"Tidak mau!"
Rin semakin kesal. "Lady first."
"Sorry, itu tidak ada di kamusku." Kei memasukkan kotak makana pink itu kedalam keranjang belanjaannya.
Kei melenggang pergi meninggalkan Rin tanpa ragu.
Rin yang kesal akut, langsung mengambil kotak makan di dekatnya dan berniat melemparkan ke kepala Kei. Beruntung Zayn menghentikannya.
"Sudah, Rin! Kei memang keras kepala, tapi tak aku sangka dia sampai seperti ini. Biasanya dia baik kok. Ya memang tidak juga sih.." Kata Zayn.
Kei itu rada lain jika bertemu Rin, itu yang tengah Zayn pikirkan. Kei menjadi lebih banyak berekspresi.
"Baik apanya? Aku ingin meremas mukanya dan membuangnya ke tong sampah!"
"Ahh sudahlah, lupakan itu bocah! ... Ayo cari lagi, kali ada warna pink di tumpukkan bawah!" Zayn mencoba menenangkan Rin.
Rin meletakkan kembali kotak makan di tangannya. Ia menyetujui saran Zayn untuk mencari kembali.
Namun, entah apa, atau memang hari ini adalah hari yang kurang mujur untukknya, sudah mencari sampai ke tumpukkan yang bawah, tetap saja ia tak menemukannya.
Kotak makan warna pinknya tidak ada! Haruskah ia membeli cat dan mengaplikasikannya ke dalam kotak makannya?
***
Zayn mencoba bertanya kepada karyawan toko, tapi karyawan toko bilang jika warna pink memang sudah habis karena sebelum kedatangan mereka, sudah banyak siswa yang membelinya.
Sold out dalam waktu yang singkat!
Gerombolan siswa baru yang takut dihukum.
Hah, Rin menghela nafas panjangnya. Kesal.
"Senior Zack bilang, jika tidak membawa sesuai perintah maka akan mendapatkan hukuman, kan? Haah..." Rin merasa ingin pasrah saja.
Apa besok tidak usah berangkat saja? Ide yang bagus. Tapi sepertinya akan ada hukuman lain yang menanti. Sekali lagi, Rin menghela nafasnya.
"Yaelah Rin, baru juga beberapa toko yang kita masuki. Jatah masih banyak. Kita ke toko seberang jalan ya habis ini. Kau pasti akan mendapatkannya. Percayalah!" Kata Zayn.
Itu artinya ia harus kembali berjalan? Di siang yang cukup panas?
"..."
"Jangan menyerah! Aku akan membantumu mencari itu kotak makan warna pink sampai kau mendapatkannya!" Zayn kembali memberi semangat pada Rin.
"Thanks ya, Zayn.."
"Sama-sama! Ayo menyusuri sebelah sana!" Zayn menunjuk barisan lain dari toko itu.
"Hn.."
Ketika rasa frustasi membuncah, tiba-tiba secerca cahaya harapan datang memberi harapan.
Ya, Elyasa Zack datang menghampiri mereka berdua. Rupanya Zack bertemu dengan Sean yang sedang mengambil minuman dingin di stand barisan minuman yang tak begitu jauh dati tumpukan kotak makan.
Zack juga sedang belanja untuk kebutuhan MOS esok hari.
"Rin? Zayn? Belanja juga?" Tanya Zack.
"Iya begitulah.." Jawab Zayn. Rin hanya mengangguk.
"Kotak makan warna pink?" Tanya Zack lagi.
"Memang ada yang lain selain itu?" Kata Zayn.
Zack nyengir, itu ide MOS darinya sih. "Sudah mendapatkannya?"
"Aku sudah mendapatkannya. Hanya Rin yang belum. Tadi ia mengalah demi adik tercintamu, Senior Zack."
"Hoo.. adikku memang suka seenaknya saja. Ini..." Zack memberikan kotak makan warna pink kepada Rin yang rencananya ia mau beli untuk Kei. Tapi, ya, sudah diketahui jika Kei sudah mendapatkannya.
Zack bertemu dengan Kei di dekat kasir sebelum masuk ke dalam toko minimarket.
"Untukku?" Tanya Rin.
"Kei sudah punya, kau belum, kan? Anggap saja kompensasi atas kelakuan Kei yang seenaknya saja padamu." Zack tersenyum. "Ayo, terimalah!"
Rin menerima kotak makan warna pink itu. "Terima kasih banyak, Senior Elyasa."
"Senior Zack saja. Kau terlalu formal. Aku mengenal baik kakakmu dan sepertinya kita akan menjadi dekat di masa depan." Senyuman Zack penuh misteri.
"Eh?"
"Senior Zack! Jangan menggodanya!" Kata Zayn.
"Hahaha.. Daa, sampe besok ya.." Zack melenggang pergi.
Rin mematung.
Menjadi dekat di masa depan? Karena Kei pasti?
Seketika itu Rin ingin muntah karenanya. Menyebalkan sekali. Hidup di masa depan dengan Kei adalah mimpi buruk!
Kenapa jika menyangkut nama Kei, ia langsung kesal dibuatnya? Hari yang menjengkelkan.
Tapi..
Tidak munafik jika hari ini Rin merasa senang dan juga-lega. Berkat Elyasa Zack tentunya.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku."