Chereads / Young, Wild, & Sexy / Chapter 8 - Hari Pertama MOS: Tensi Naik Level 1

Chapter 8 - Hari Pertama MOS: Tensi Naik Level 1

The first day of MOS...

Baju seragam sekolah AISH terlihat sangat pas ditubuh Rin. Rambut yang diikat dua memakai pita pink sangat cocok dengan penampilan Rin yang cute sexy. Pink yang senada dengan lipbalmnya.

Pagi hari ini, sekolah sudah mulai rame. Para kakak angkatan sudah menunggu di depan gerbang sekolah dengan membawa tongkat-yang entah buat apa. Mungkin untuk menakut-nakuti junior?

Yang jelas mereka terlihat garang dan penuh wibawa. Mereka memiliki julukkan yaitu Predator Muba (Murid Baru) sang anggota OSIS AISH. Terdiri dari siswa pilihan sekolah yang rata-rata kelas XII. Mulai dari sang ketua, Prem. Sang wakil, Zack. Disusul para anggota lain seperti Sean, Kouri, Hidan, Melki, Nanda, Deika, dan Tora. Ada juga senior dari kelas XI, Tari, Kikan, dan yang lain.

"Hoi, tas kreseknya dipakai!" Kata Hidan menyuruh junior yang mencoba masuk sekolah tanpa memakai tas kresek pink yang sudah diperintahkan.

Semua junior langsung memakainya. Takut kena hukuman. Mungkin lebih tepatnya akan malas jika disuruh melakukan hal merepotkan yang memalukan.

Para senior mengamati baik-baik para juniornya. Mencari-cari kesalahan adalah kemampuan khusus mereka.

"Mana name tagmu?" Tanya Nanda. Rin mengambilnya dari dalam tas kreseknya. Ia menunjukkannya pada Nanda. "Pakai!" Perintah Nanda. Tanpa banyak bicara, Rin langsung memakainya. Di name tag itu terpampang foto cantik Rin dengan tulisan nama AERIN TANN a.k RIN memakai spidol hitam. "Hoo, jadi kau ya yang jadi bahan pembicaraan kemarin..." Nanda mengamati Rin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rin merasa risih..."Lumayan.. Masuk sana! Kumpul di lapangan!" Lanjutnya.

Rin melenggang pergi setelah mengucapkan terima kasih.

Kisa dan Pampam terlihat berangkat tergesah-gesah. Rupanya mereka agak telat karena Kisa harus memberi makan anjingnya dahulu, sedangkan Pampam sibuk sarapan ekstra karena ia pasti akan kelaparan selama MOS.

Belum apa-apa, mereka sudah dicegat Senior, Sean dan Zack yang menyuruh mereka berdua untuk membenahi perlengkapan mereka. Seperti menulis nama mereka di name tag yang terbuat dari kertas karton pink dengan tali rafia untuk menggantungkannya di leher.

"Lain kali jika ada pengumuman, dicatat!" Kata Zack.

"Maafkan saya, Senior." Kisa dan Pampam rupanya lupa membuat name tag. Beruntung mereka membawa foto dan perlengkapan lengkap jadi bisa membuat di sekolah. Beruntung juga yang mereka temui adalah Zack dan Sean, mereka berdua adalah senior yang cukup menolerir kesalahan pemula.

Siswa terus berdatangan. Yang terakhir sebelum gerbang ditutup adalah gank Kei yaitu ada Zayn, Agara, Nelson, Syaheer, dan Shameel. Mereka memang niat datang terlambat agar tak disuruh memakai tas kresek warna pink dan name tag karton warna pink super jumbo dengan foto wajah mereka.

Bukankah itu akan memalukan?

Bagi Zayn sih tidak begitu masalah, ia telat bukan karena itu. Ia hanya bangun kesiangan.

"Cih, adikmu lolos. Jika bukan karena bel masuk, aku pasti akan membuatnya memakai name tag dan tas kresek itu." Kata Sean.

Zack hanya tersenyum. "Aku yang akan membuatnya memakai itu semua!" Kata Zack senang.

***

Lapangan sekolah...

Semua siswa berbaris dua banjar cewek-cowok sesuai kelas masing-masing. Mulai dari kelas A-F. Berarti ada total 12 banjar. Para senior melakukan pemerikasaan kelengkapan bawaan. Seperti yang disepakati kemarin yaitu, name tag karton pink dengan foto, tas kresek pink, dan kotak makan pink tentunya berisi bekal makanan. Rambut ikat dua dengan pita pink untuk siswi dan ikat kepala pink untuk laki-laki.

Ini apa coba semua serba pink? Itu ide Tora dan Zack!

Urutan pemeriksaan dari barisan depan ke belakang. Rin berada di baris paling belakang bersama Kei. Mereka sama-sama tidak mau terlihat mencolok. Ngapain coba berdiri di barisan paling depan? Seperti itu kiranya yang mereka berdua pikirkan.

Di baris paling belakang,

Rin dan Kei yang berdiri berdampingan mulai saling melotot sembari menunggu giliran pemeriksaan bawaan. Hal itu dimulai semenjak mereka mendapatkan perintah untuk merapikan barisan. Mereka berdua yang awalnya memilih berdiam diri, tapi berubah jadi emosi karena 'sedikit' bersenggolan sewaktu merapikan barisan.

Kei langsung refleks mengibas-ibaskan bekas senggolan itu dengan tangannya. Rin sontak merasa tersinggung karena ia merasa apa yang dilakukan Kei itu melukai harga dirinya.

Membersihkan bekas senggolan darinya? Apa Kei pikir dirinya itu kotoran? Najis? Virus pembawa penyakit sehingga harus segera dibersihkan?

Rasanya masalahnya sangat sepele, tapi mereka berdua membuatnya semakin rumit. Mereka berdua pandai menjabarkan sesuatu. Percayalah, akan sangat panjang jika harus dibuat cerita.

"Apa lihat-lihat?" Kata Rin.

"Apa?"

Rin melotot. "Kau yang apa?"

"Cih."

Rin menatap ke arah depan. Ia menyilangkankan tangannya di depan dada. Sementara Kei juga menatap ke depan dan memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana.

"Dari banyaknya siswa di kelas A, kenapa harus kau? Membuat sepat di mata." Gerutu Rin.

OK, Kei menemukan teman debat yang cukup tajam kata-katanya. "Pantas saja sepat, matamu tak beres."

"Mataku normal!"

"Gunakan kaca matamu agar matamu kembali normal!"

Rin menoleh ke arah Kei. Ia menatap tajam Kei yang menatap lurus ke depan. "Sudah aku bilang mataku ini normal dan aku dapat dengan jelas melihat wajahmu yang tengil itu meski tanpa kaca mata, Elyasa!"

"Benarkan? Ada yang tak beres dengan cara matamu memandang."

"Mataku sangat normal, tapi entahlah, melihat wajahmu dari mataku selalu terihat busuk."

"Berdebat denganmu hanya membuatku mual saja."

"Jika mual, muntahkan saja!"

Kei menoleh ke arah Rin. "Di bajumu!"

Perempatan muncul di kening Rin. "Apa?"

"Kenapa? Kau yang menyuruhku memuntahkannya, kan?"

"Aku tak sudi menjadi tempat penampungan muntahan kebusukkanmu!"

"Kau tahu, WC jauh lebih baik dari pada bajumu, Jidat!"

Mereka terlalu terbawa suasana debat sehingga melupakan dimana dan sedang apa mereka saat ini. Cara berdebat mereka yang awalnya hanya bisa didengar oleh mereka berdua saja, tapi kini bisa di dengar hampir ke semua peserta MOS.

"Jangan kau pikir aku sudah lupa kejadian di toko kemarin, Ayam!"

Sungguh, ada dua makna atas kejadian di toko kemarin.

Pertama, ia kalah perebutan kotak makan dengan Kei dan itu sangat menjengkelkan, ke dua, karena hal itu pula ia bisa sedikit lama mengobrol dengan Zack setelah belanja. Itu membuatnya cukup senang karena bisa bertemu lebih dekat dengan sosok bak pangeran baik hati yang pernah ia temui di gerbang sekolah.

Terima kasih pada Kei? Jangan harap! Itu hanya terjadi di dalam mimpi yang tidak berguna!

"Jika kau punya banyak waktu, gunakan otakmu untuk mengingat hal yang penting, Jidat Lebar!"

"Harga diri yang terluka itu sangat penting, Ayam!"

"Hoo, jadi kau merasa harga dirimu terlukai karena kau kalah dalam perebutan kotak makan itu, Jidat New York?" Kei menyeringai.

"Vangkek! Jangan memanggilku Jidat New York, Ayam Tiren!"

"Kenapa? Itu terlihat sangat cocok denganmu, Jidat New York Lebar!"

Rin menarik kerah baju Kei dengan tangan kirinya, ia juga mengacungkan telunjuknya di depan muka Kei. "Kau..." Entah kenapa Rin ingin sekali mencekik leher Kei beberapa hari ini.

"HOIII, APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Potong Deika menggunakan toak dari mini panggung mimbar upacara. "KALIAN BERDUA, PALING BELAKANG DARI KELAS A! KENAPA KALIAN SIBUK SENDIRI? KALIAN PIKIR INI TEMPAT PACARAN, HAH?"

PACARAN? Itu hanya untuk mempermudah penyebutan.

Semua menoleh ke arah Rin dan Kei. Bahkan beberapa senior juga mendekat. Ada Zack, Sean, dan juga sang ketua OSIS. Habislah sudah.

"Rin, lepaskan tanganmu dari kerah baju Kei!" Perintah Sean.

Rin menoleh ke arah Sean.."Tapi dia keterlaluan, Kak! Dia membuatku sangat kesal!"

"Lepaskan, Rin! Kau sudah berjanji padaku untuk tidak membuat masalah!"

Rin menatap kakaknya yang terlihat khawatir daripada marah atas kelakuannya. Rin hanya menurut saat sang kakak melepas tangannya dari kerah baju Kei.

Rin menundukkan kepalanya."Maaf, Kak..." Ia dirangkul Sean untuk mencari udara segar.

Baru beberapa langkah meninggalkan barisan, Kei sudah kembali mengganggunya. "Hoe, hoe, tak kusangka kau bisa jadi kucing penurut juga."

"Kei, sudah hentikan!" Zack angkat bicara. Jujur saja ia belum mengerti duduk permasalahannya kenapa Rin sampai sekesal itu pada adiknya, si Kei.