Saat sudah sampai di hall utama hotel. Kei dan Rin langsung disambut oleh para pelayan hotel yang memakai jas hitam dan kemeja putih rapi.
Rin langsung mendekatkan tubuhnya pada Kei ketika hawa suasana di hall utama hotel berubah menjadi sangat ramai.
Kei tidak begitu mengerti dengan ketakutan Rin. Apa itu karena phobia atau apa, tapi ia tidak tega melihat Rin yang seperti itu.
Ini bukan main-main, jika terlalu narsis, atau Rin sedang mencuri kesempatan. Bukankah sebelumnya Rin menyatakan cinta padanya? Tidak... Ini sungguh rasa ketakutan yang tak Kei mengerti.
Ini nyata, tidak pura-pura.
Rin sungguh-sungguh merasa ketakutan! Tubuh Rin bahkan gemetar saat menempel pada lengan Kei. Iapun membiarkan Rin berpegangan kemejanya.
"Ke-Kei.. ini tidak akan lama, kan?" Tanya Rin takut. Ia mencengkram kain jas hitam milik Kei dengan cukup erat.
Kei mencoba mengerti apa yang Rin rasakan. Lagian suasana seperti ini juga bukan gayanya.
Kei lalu menggandeng tangan Rin agar membuat Rin membaik. "Tidak, setelah kau berkata 'YA', kita langsung pergi."
Rin bahkan tidak menolak sentuhan tangan darinya!
"Eum. Baiklah. Ayo! Aku ingin segera pergi dari tempat ini. Aku sudah tidak tahan."
"Hn."
Dan mereka melanjutkan langkah.
Semua mata langsung tertuju pada muda mudi yang baru saja datang ini... Maklum saja, dua pasangan ini terlihat sangat mencolok. Si cowok adalah pangeran Elyasa yang sangat terkenal. Sementara si cewek adalah putri cantik bak dari negeri dongeng.
Oke, itu lebay, setidaknya mereka membuat banyak orang terkesima.
Maklum saja, keluarga Elyasa adalah pemarkrasa acara ini. Keluarga yang sangat terkenal di seantero negeri yang adidaya ini.
Sehebat itukah keluarga Elyasa? Ada yang bilang, keluarga Elyasa kebal hukum! Weeh... Komisaris? Entahlah.
***
Kei dan Rin celingak-celinguk mencari orang tua mereka. Rin yakin, orang tua dan keluarganya pergi ke tempat ini, sesuai info yang ia dapatkan dari sang kakek. Itu artinya jika salah satu dari orang di tempat ini adalah calon suaminya, seperti yang dikatakan orang tuanya kemarin malam.
Rin melirik takut-takut, bagaimanapun suasana juga sedikit menakutkan. Orang berjas hitam itu terlihat menakutkan. Banyak wanita yang memakai gaun super mahal. Ada pula yang memakai pakaian tradisional.
Ini acara apa?
Berbagai baju mahal di sana sini. Rin melihat banyak pakaian yang belum lama ini ada di majalas fashion milik designer ternama kelas dunia.
Hall utama hotel yang dipakai buat pesta saja sudah sangat mewah. Rin yakin, jika disewa pasti akan menghabiskan banyak uang. Belum lagi berbagai jenis makanan kelas resto Eropa yang sering ia temui saat jamuan makan malam dengan klien ayahnya.
Wine bahkan ada! Ini bukan pesta kelas orang biasa. Sungguh, Rin tidak tahu siapa yang mengadakan pesta ini. Apa yang punya hotel? Keluarga Agara? Itu artinya orang tua Agara?
Apa mungkin keluarga Kei? Keluarga Elyasa?
Rin semakin bingung. Ia tidak tahu apa-apa mengenai pesta mewah ini.
Ini memang bukan acara khusus keluarganya. Keluarganya hanya memenuhi undangan saja. Rin hanya akan di kenalkan dengan putra teman ayahnya yang katanya akan dijodohkan dengannya.
"Ke-Kei, me-mereka yang memakai baju tradisional itu siapa?" Bisik Rin.
"Kau lihat laki-laki yang memakai jas itu?"
"..." Rin mengangguk. Laki-laki imut seperti panda China itu adalah Agara, teman sekelasnya di AIHS.
"Dia putra dari pemilik Hotel ini. Dia anak yakuza penguasa Negara ini bagian utara.. Teman sekelas kita."
Yakuza?
Mafia!
Eh?
***
Bayu Agara anak dari keluarga mafia atau yakuza!
Underground bussinessman.
Fakta tentang keluarga Agara membuat Rin sangat kaget. Ia tidak menyangka jika ia memiliki teman dengan latar belakang segila ini. Dia pikir hal-hal seperti ini hanya ada di film atau novel-novel yang pernah ia baca.
Sungguh, ayolah... Satu sekolah dengan anak mafia? Di sekolah umum bertaraf international?
Fakta mengejutkan apa lagi ini? Sumpah, ini benar-benar anti mainstream.
Rin mengangguk-angguk tidak jelas saat Kei menjelaskan tentang siapa Agara itu. Di sana, laki-laki yang sedang berdiri di kerumunan orang berjas itu adalah Agara, teman sekelasnya di SMA AIHS.
"Dia putra dari pemilik Hotel ini. Dia anak yakuza penguasa negara ini bagian utara.. Teman sekelas kita."
Rin kaget tak terkira. "Ya-yakuza? Aga-Agara?"
"Iya. Kenapa kaget seperti itu? Jika kau sampai merasa sangat takut, kau bisa memelukku?" Kei lebih suka menggoda saat ini. Rin langsung mencubit keras pinggang Kei yang ia gunakan untuk pegangan. "Sakit, bodoh!"
Bayu Agara adalah anak mafia yang menguasai negara adidaya ini bagian utara! Rin kembali menegaskan fakta itu pada otaknya.
Tunggu ada hal yang mulai menyeruak dari dalam otaknya. Hal ini menimbulkan pemikiran gila dan tak waras.
Orang yang akan dijodohkan dengannya adalah putra dari keluarga mafia, kan?
Rin ingat dengan sangat jelas kata-kata dari sang kakek kemarin malam.
"Apa dia calon suamiku? Heee? Yang benar saja! Agara? Tapi hotel ini milik keluarganya Agara dan orang tuaku diundang. Apa mereka berteman? Apa memang dia dan aku akan dijodohkan? Loh... kenapa aku jadi blank seperti ini... Apa yang harus aku lakukan? Mana mungkin, kan? Lagian aku juga tak begitu mengenalnya... Aku harus kembali ke rencana awal. Aku tidak mau menciptakan kecanggungan di sekolah nanti.." Batin Rin.
Kei melihat orang tuanya yang berdiri di dekat orang tua Agara. Mereka sedang berbincang-bincang.
Rin mendapatkan sms dari kakaknya. Kakaknya melambaikan tangan dari arah yang sama dengan kumpulan orang tua Agara.
Agara bahkan sudah bersama keluarganya menunggu kedatangannya.
Mati sudah!
Jadi benar yang akan dijodohkan dengan dirinya saat ini adalah putra yakuza penguasa Negara ini bagian utara, Bayu Agara? Keluarganya berada di tempat yang sama dengan keluarga Agara.
Mereka pasti sedang mengharapkan kehadirannya!
Tidak masalah.
Rin akan kembali ke rencana semula. Ia hanya harus menolak dengan baik-baik dan mengenalkan diri jika ia sudah memiliki kekasih. Elyasa Kei. Maka semua akan baik-baik saja karena ayahnya dan kakeknya juga akan membantu menjelaskannya pada keluarga calon suaminya.
Agara memang tampan sih, baik juga. Tipikal cowok yang diidamkan jadi suami. Tapi bagi Rin saat ini, itu bukanlah hal yang tepat.
Agara ataupun laki-laki lain juga tidak ada yang bisa mengisi lembar kisah romantisnya.
Rin memiliki tujuan lain saat ia memutuskan untuk meninggalkan New York. Dan tujuan itu lebih besar dari apapun termasuk lebi besar dari persoalan kehidupan asmara.
Hidup layak dan bahagia tanpa cinta romantisme masa muda!
Itu tujuan utama Rin. Ia sudah memutuskannya dengan sangat matang. Ia tak mau salah menafsirkan perasaannya. Ia menembak Kei waktu awal masuk sekolah itu adalah bukti salah tafsir rasa.
Ia tak ingin terlena dengan apapun yang disebut dengan cinta.
Masa muda yang penuh keceriaan adalah impiannya. Itu sangat penting baginya.
Dan Agara adalah seseorang yang lebih cocok untuk dijadikan seorang teman.