Chereads / Young, Wild, & Sexy / Chapter 20 - Jangan Pisahkan Kami!

Chapter 20 - Jangan Pisahkan Kami!

Perjodohan ini harus batal! Apapun yang terjadi, kisah Siti Nurbaya itu tidak boleh dibangkitkan! Apapun yang terjadi, Rin dan Kei tidak boleh menjalani kisah perjodohan kuno. Hei, mereka itu anak yang terlahir di jaman milenial, hal seperti itu sama sekali tidak cocok dengan gaya mereka!

"Ano.. se-sebelumnya saya minta maaf pada semuanya. Pada kakek, papa, dan juga mama. Maaf, maafkan saya tidak bisa menerima perjodohan ini. Saya sudah memiliki kekasih." Kata Rin.

"..." Semua orang terdiam mendengarkan si cantik yang kecantikannya bak Ulzzang Jepang itu berbicara.

Rin merasa nyalinya menciut ketika semua orang yang ada di hadapannya menatap ke arahnya. Percayalah, ia sama sekali tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia merasa insecure dan ketakutan ketika berada dalam posisi itu.

Namun, kembali ke tujuan awalnya, ini menyangkut masa depannya, tentu saja ia akan melindungi masa depannya dengan semampu yang ia bisa. Dijodohkan? Jangan bercanda!

Rin pun mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Semua harus diakhiri!

"Elyasa Kei adalah kekasihku!!" Rin menundukkan badannya. Menata detak jantungnya yang berdetak sangat kencang.

"..."

.

.

.

.

EH?

.

.

.

.

"Se-sebelumnya saya minta maaf pada semuanya. Pada kakek, papa, dan juga mama. Maaf, maafkan saya tidak bisa menerima perjodohan ini. Saya sudah memiliki kekasih... Elyasa Kei." Rin kembali menegaskan ucapannya.

Rin mengucapkannya dengan cukup percaya diri meski rasanya saat ini sangat takut jika keputusannya menolak perjodohan ini akan berbuntut panjang dan menimbulkan banyak masalah di kemudian hari.

Semua orang terdiam di kumpulan tiga keluarga itu. Rin melakukan permintaan maaf dengan bahasa yang sangat sopan. Keluarga Rin tahu, ini adalah tempat umum, bukan di rumah. Rin tidak bisa sembarangan menggunakan tata bahasanya.

Rin meraih pucuk kemeja Kei seolah memberi kode untuk segera ber-acting ria mengikutinya.

Kei tak bodoh, ia memahami tugasnya. Itu memang bagian dari rencananya juga.

Nyatanya Kei juga ingin melakukan hal yang sama seperti Rin.

Bukankah saat ini waktu yang sangat cocok untuk beracting ria?

"Saya sangat mencintai Rin." Rin ingin muntah mendengarkannya. "Kami saling mencintai dan sudah menjalin hubungan selama sebulan ini. Jadi ayah, tolong batalkan perjodohan saya juga. Saya tidak bisa meninggalkan Rin. Rin adalah hidup saya dan segalanya bagi saya." Kei ikut membungkuk sopan.

Acting Kei menjanjikan sekali. Meyakinkan. Hebat. Rin mengakuinya walau sesungguhnya, tidakkah kalian berpikir jika itu sama sekali bukanlah gaya dari seorang Kei yang terkenal dingin dan cuek itu?

Tunggu, ada yang membuat Rin merasa heran. Rupanya Kei juga terjebak di masalah yang sama dengannya? Pantas saja ngotot suruh menemani dan si Kei pun oke-oke saja berpartner dengannya dalam 'membohongi' orang tau masing-masing.

"Perjodohan? Oh, jadi ini maksudnya? Kei juga akan dijodohkan. Baguslah kita berpura-pura seperti ini bersama-sama dan saling menguntungkan. Untung Kei juga memiliki masalah yang sama. Haduh, apa negeri hebat ini identik dengan jodoh menjodohkan?" Batin Rin.

"..." Semua terdiam.

Alasan super manis dari Kei sepertinya kurang meyakinkan ya? Rin dan Kei mencari cara agar kedua keluarga mereka lebih percaya.

Perlu membuat cerita yang dramatis agar lebih cepat dipahami orang tua masing-masing. Pengakuan cinta ala budak cinta itu tidaklah cukup. Mari naikkan level ke level yang lebih tinggi. Dua-duanya memiliki otak yang jenius, tentulah hal ini bukanlah perkara yang sulit, kan?

"Meski baru berjalan sebulan, tapi cinta kami begitu besar. Setiap hari saya memimpikan Kei. Mau makan teringat Kei. Mau tidur teringat Kei. Mau apa-apa juga teringat Kei. Ketika Kei tidak ada di samping saya, saya merasa hampa dan saya pun sering mengira jika bayangan Kei ada di hadapan saya. Saya berhalusinasi saat jauh dari Kei! Kei sangat berarti untuk saya." Kata Rin yang ingin segera berkumur dengan pembersih mulut tujuh kali dan diulang seratus dua kali.

"Saya merasa jika Rin adalah sosok wanita yang Tuhan takdirkan untuk saya. Kami bertemu sekali dan langsung jatuh cinta. Perasaan kami semakin dalam di pertemuan kami berikutnya. Sulit bagi saya berpisah dengan Rin. Meski masih tergolong singkat kebersamaan kami, kami merasa di kehidupan kami sebelumnya, kami sudah pernah bersama. Hal itu pun berimbas pada kehidupan kami yang sekarang. Saya dan Rin merasa sudah kenal lama, ketika kami bertemu, perasaan itu semakin kuat dan menjalar sampai ke raga dan jiwa saya." Lanjut Kei. Hoek banget pikirnya. Bisa-bisanya ia berbicara konyol dan masuk akal seperti ini?

"Kami merasa jika kami adalah jodoh dari surga. Jodoh takdir Tuhan. Perasaan kami sedalam lautan Pasifik. Seluas samudra yang ada di bumi ini. Bahkan setinggi langit lapis ke tujuh. Menembus atmosfer dan galaxy jagad raya ini. Saya ingin mengekspresikan perasaan saya kepada Kei sebisa yang saya mampu. Namun, pengandaian keindahan di dunia ini tidaklah cukup mewakili bagaimana saya mencintai Kei. Kei itu hidup dan mati saya." Rin berlebihan sekali.

Kei menatap Rin, Rin membalas menatapnya. Mereka saling mengangguk seolah terluka jika sampai terpisahkan. "Kami tidak akan memaksa kalian semua memahami bagaimana perasaan kami. Kami hanya tak berdaya ketika Sang Maha Cinta memilih kami untuk menerima anugerah dari-Nya. Intinya, kami tidak bisa hidup tanpa satu sama lain."

Kei dan Rin saling lempar perkataan manis secara bergantian. Tidak memberikan ruang untuk yang lain berbicara. Kata sok manis ini tidak boleh diinterupsi. Akan sangat bahaya jika sampai terjeda. Bisa buyar pikiran dan kata-kata yang sudah tersusun rapi mungkin saja akan menghilang.

"Hidup saya tanpa Kei tidak lengkap. Kehampaan panjang bagaikan sendirian di gurun Sahara tanpa setetes air."

"Hidup ini terasa tak bermakna tanpa Rin di sini. Saya tidak bisa membayangkan apabila saya bernafas tanpa Rin di masa depan." Kei memegang tangan Rin dan meletakkannya di dadanya.

"Jadi....."

"Kami mohon, jangan pisahkan kami! Jangan paksa kami untuk menerima cinta yang lain!" Mereka berbicara bersama. Penutup acting yang sempurna ala Rin dan Kei.

Padahal mereka berdua tidak latihan sama sekali. Kenapa bisa sebaik ini?

Bakat acting mereka luar biasa. Tanpa ada kesalahan sedikitpun. Mereka bisa sambung menyambung kalimat tanpa keabsurdtan yang berarti meski sesungguhnya pemilihan kalimat mereka sangat berlebihan dan merujuk ke budak cinta atau kerennya, bucin akut tingkat dewa level 10.

Jelas bukan gaya mereka. Dua-duanya tipe rasional yang sangat tidak mungkin bisa menggombal seperti itu. Namun mari berharap pada acting mereka yang super menjanjikan itu. Berharap mendapatkan nominasi Grammy Award.

"Heee, apa itu benar, sayang?" Tanya Ibu Misha, Ibunya Kei. Ia kaget luar biasa saat mendengar penuturan anak bungsunya.

Anaknya sudah memiliki kekasih? Sebulan yang lalu? Bahkan terlihat sangat mencintai? Astaga... Sepertinya banyak hal yang terlewatkan olehnya.

"Iya Ibu.." Jawab Kei cepat. "Mohon jangan ragukan kekuatan cinta kami! Sungguh, saya sungguh sangat mencintai Rin." Tambahnya.