Di kamar mandi kecil, wajah Daniel dipenuhi dengan warna merah dan biru, bibirnya terkatup erat karena menahan sakit di bagian bawah tubuhnya. Suaranya yang kesakitan, tapi pelan itu terus mengalir dari mulutnya. Bagaimana tidak? Winona sudah menendang tempat paling sensitif bagi pria. Gadis ini tidak main-main!
Saat ini jari-jari Daniel masih dipegang oleh Winona. Winona hanya membutuhkan sedikit tenaga lagi untuk mematahkan jarinya, tapi dia tidak ingin meninggalkan jejak. Daniel juga tidak berani bergerak karena takut gadis ini akan bertindak nekat. "Winona, lepaskan!" Dia menggertakkan gigi.
Winona yang melihat ini merasa bahwa pria di depannya belum merasa jera. "Seperti yang aku katakan barusan, jangan berteriak, jangan melakukan apa pun. Jika aku berteriak dan keluargamu bergegas masuk, apa kamu bisa menjelaskannya pada mereka?"