Maylinda tertegun, dan kemudian suaranya bergetar sedikit, dan dia tidak bisa bersuara.
Teguh mencubit hidung kecilnya, "Memanggil seseorang."
Hidung Maylinda agak sakit, karena dia nyata dan tidak pernah menelepon ibunya.
Santika sangat tenang dan tersenyum, "Saya akan selalu terbiasa."
Maylinda akhirnya berteriak dengan suara gemetar, seperti nyamuk. Tapi ini sudah cukup. Mulai sekarang, dia bukan putri Mira, tapi istri Teguh. Setelah Maylinda selesai menelepon, Teguh mengusap rambut panjangnya dan tersenyum, "Sangat pemalu?"
"Saya selalu menggertaknya." Santika memandang putranya dengan tidak setuju, dan kemudian mengeluarkan gelang giok putih yang dia tinggalkan bersamanya, "Saya tidak siap. Saya akan memilih beberapa yang saya suka nanti."
Dia memakainya untuk Maylinda. Batu giok putihnya lembut dan cocok untuk membesarkan bayi. "Oke, ayo masuk!" Santika tersenyum.
