Di sebuah kamar bernuansa abu-abu dan putih, tampak Aurel masih tidur di ranjang king size yang empuk dan nyaman. Matanya mengerjap-ngerjap saat mendengar suara alarm. Dengan kesal, ia mengambil alarm di nakas dan membantingnya sampai pecah.
Prangg
Masih dengan wajah mengantuk, Aurel mendudukan dirinya di ranjang. Tangannya menjulur untuk mengambil ponselnya yang berada di nakas dan dilihatnya sebuah pesan dari Papanya.
Aurel, tolong kamu gantikan Papa di perusahaan ya. Papa sama Mama masih di luar kota dan baru nanti malam kami sampai di rumah~Papa.
Aurel berdecak kesal dan melempar benda pipih itu ke ranjang. "Ngapain Papa nyuruh gue sih? Kenapa gak nyuruh sekertaris pribadinya coba? Nyebelin!"
Dengan ogah ogahan, Aurel beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Setelah 15 menit kemudian, Aurel keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya. Aurel membuka lemari dan mengambil pakaian sesuai seleranya. Sesudah memakai pakaiannya, Aurel memakai sepatu kets yang berwarna putih. Rambut panjangnya, Aurel sisir dan biarkan tergerai bebas. Aurel langsung keluar kamar tanpa bermake-up karena ia memang tidak suka hal begituan, bukan gayanya seorang Aurel Shelvy.
Aurel turun dan melangkah menuju meja makan. Saat sampai di sana, Aurel melihat beberapa makanan tersaji di meja itu. Bi Inah datang dari dapur dan menyambut majikannya dengan hangat.
"Mari makan, Non. Bibi udah masak kesukaan Non Aurel" Bi Inah tersenyum hangat dan mengajak Aurel untuk duduk.
Aurel mengangguk dan duduk di kursi. Bi Inah langsung mengambilkan nasi dan lauk pauk kesukaan Aurel yang diantaranya adalah Ikan asam manis. Dengan lahap, Aurel memakan makanannya. Bahkan satu kakinya terangkat ke kursi sebagai tumpuan tangannya. Melihat majikannya makan tidak sopan, Bi Inah hanya geleng-geleng kepala dan mengambilkan minum untuk Aurel.
Setelah selesai makan, Aurel meminum sampai tandas. "Bi, aku mau ke pergi dulu. Kalau ada apa-apa telfon aja Bi!" ucap Aurel setelah minum.
"Iya Non!"
Aurel tersenyum dan langsung berjalan meninggalkan meja makan sambil menyampirkan jaket kulit hitamnya ke bahu kanannya. Aurel pergi menuju garasi, dilihatnya ban motor kempes. Ia berdecak kesal dan menukar kunci motornya dengan kunci mobilnya yang sudah lama tidak ia pakai, tapi masih sering dibawa ke bengkel untuk mengecek keadaan mobilnya. Lalu Aurel melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.
Sesampainya di perusahaan HRN, Aurel turun dari mobil dan melangkah memasuki perusahaan itu. Karyawan lain yang melihat penampilan Aurel seperti anak jalanan langsung berbisik-bisik pada teman mereka. Sedangkan Aurel cuek bebek tanpa memperdulikan mereka semua. Hingga resepsionis wanita yang bernana Mika melarang Aurel untuk masuk karena mereka semua tidak mengetahui siapa Aurel.
"Maaf Mbak, anda tidak boleh masuk tanpa persetujuan dari Tuan Harry!"
"Harus?"
"Iya Mbak!"
Aurel memutar bola matanya malas. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Saat ingin menelpon, sekertaris pribadi Papanya yang bernama Hani menghampiri dirinya.
"Mari Nona!"
Aurel mengangguk dan langsung melenggang pergi diikuti Hani. Mika yang melihat interaksi itu hanya terdiam dengan pikirannya sendiri. Ingin sekali, dia bertanya kepada Hani tapi ia enggan karena Hani itu sangat galak.
"Cewek tadi siapanya Mbak Hani ya?" tanya temannya yang sesama resepsionis, dia bernama Kelly.
"Kerabatnya mungkin" Mika menjawab asal karena ia tidak tahu, lagian ia tidak suka dengan gadis tadi. Dari gayanya bicara, ia sudah bisa menebak kalau gadis itu sangat cuek.
"Ngaco lu, Mbak Hani aja panggil dia Nona, pasti cewek itu bukan cewek biasa macam kita!" ucapan Kelly membuat Mika kembali berfikir.
"Bener juga omongan Kelly" gumam Mika.
*****
Kini Aurel sedang duduk di kursi kebesaran milik Papanya. Kedua kakinya ia taruh di atas meja kerja Papanya, sungguh tidak sopan gadis ini. Tangan kanannya memainkan pena dan matanya masih melihat seisi ruangan Papanya. Sangat besar seperti kamarnya.
Tok Tok Tok
"Masuk!"
Aurel melihat Hani masuk bersama seorang pria muda yang lumayan tampan tapi tidak membuat Aurel tertarik. Mata Aurel memicing melihat pria itu, memang dia siapa?.
"Apaan Han?"
"Sebelumnya, saya minta maaf Nona!"
Kening Aurel berkerut, memang dia salah apa harus meminta maaf kepada dirinya. "Ngapain lo minta maaf, emang lo punya salah sama gue?"
Hani menghela nafas panjang, Aurel memang tidak ada sopannya sama orang lain. Padahal Hani lebih tua dari anak bossnya ini. Sedangkan pria yang berdiri di samping Hani hanya menatap tajam Aurel.
"Anggap saja seperti itu Nona. Hari ini, saya tidak bisa membantu Nona mengurus perusahaan, karena saya sudah diperintahkan Tuan untuk menjadi asisten pribadi Nyonya Winda" penjelasan Hani membuat Aurel menaikan satu alisnya dan menurunkan kakinya yang berada diatas meja.
"Yang gantiin lo disini siapa? Terus, cowok klimis itu siapa?" mata Aurel masih menatap intens pria itu.
"Saya digantikan oleh putra saya, namanya Yogi Prasetya. Dan laki-laki ini adalah putra saya!"
Mulut Aurel menganga karena terkejut, pantas saja ia merasa pria itu sedikit mirip dengan Hani dan ternyata eh ternyata malah anaknya. Aurel bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Yogi. Ia tahu jika Yogi sedang menatapnya dengan tajam tapi ia tidak peduli. Kini Aurel berdiri di hadapan Yogi sambil menatapnya dari bawah sampai atas. Kemudian ia berjalan memutari Yogi membuat Hani bingung dengan apa yang dilakukan Aurel.
"Berapa umur lo?" tanya Aurel setelah berhenti di hadapan Yogi lagi.
"23 tahun!"
Aurel mengangguk dan melangkah kakinya ke arah sofa. Ia duduk dan menyilangkan kedua kakinya di atas sofa. "Han, gue disini harus ngapain?"
"Tuan bilang, Nona hanya diam di sini dan menandatangi berkas-berkas yang akan di teliti oleh Yogi!"
Lenguhan kesal terdengar jelas oleh Hani dan Yogi. Hani sudah menduga jika Aurel tidak akan menyukai hal ini, karena gadis itu lebih suka beraktivitas di luar bersama teman-temannya.
Aurel bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. "Gue gak mau. Bilangin sama Papa, gak usah nyuruh gue ngelakuin hal-hal tentang perusahaan!"
"Lo sama anak lo yang handel semuanya! Gue gak mau ada penolakan!" setelah mengucapkan itu, Aurel pergi meninggalkan kedua manusia itu.
"Itu cewek gak ada sopannya sama orang, nyuruh-nyuruh orang seenak jidatnya!" gumam Yogi kesal melihat perilaku Aurel yang seperti itu.
"Yogi, kalau Nona kesini karena disuruh sama Tuan. Kamu yang sabar ya ngadepin sikapnya. Anak Tuan Harry memang gitu, karena dia kurang perhatian dari Tuan dan Nyonya" jelas Hani sambil menepuk bahu putranya dengan pelan.
Ia merasa kasihan pada Aurel karena tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Dulu Aurel kecil selalu mencari cara agar orang tuanya memperhatikan dirinya, tapi Harry dan Winda hanya sibuk dengan pekerjaan mereka dan lebih memilih menitipkan Aurel pada Bi Inah.