Vincent mencengkeram erat kemudi Pajero-nya, hatinya berdebar tidak sabar untuk tiba di lokasi. Hari ini sayembara itu telah dimulai, dua lelaki kekar membuka gerbang besi menyilakan Pajero hitam itu melintas. Vincent jarang sekali turun langsung ke markas, bahkan bisa dihitung dengan jari selama satu tahun. Ia lebih banyak memberi instruksi melalui telepon.
"Silakan Tuan," seseorang menyilakan Ia duduk di kursi lapuk. Vincent hanya mengangguk dengan wajah dingin.
Gedung seluas delapan kali dua belas meter dengan tinggi tidak lebih dari tiga meter berlokasi tersembunyi dan sangat jauh dari jangkauan penduduk. Gedung itu dulunya adalah pabrik kuno yang ditinggalkan pemiliknya, orang-orang Vincent membersihkan bagian dalamnya dan mereka gunakan sebagai markas. Enam layar lebar beserta puluhan komputer mereka gunakan untuk bekerja.