Tidak ada hari yang indah baginya meski bunga-bunga di taman bermekaran, kupu-kupu dan capung beterbangan, angin berhembus kecil, berita internasional menayangkan begitu cepatnya dinamika bisnis. Semua hanya nampak sebagai tembok kosong bagi Vincent, hatinya sudah mati, hari-harinya hampa.
Ia benci apapun yang ada di sekitarnya, sudah puluhan vas bunga pecah berserakan di lantai, jam digital maupun lampu duduk tidak ada harganya lagi, semuanya hancur. Tidak ada pelayan pun yang berani mendekat, mereka bersembunyi di tempat yang tidak nampak oleh Vincent karena lelaki itu akan mendamprat siapapun yang ditemui.
Dengan langkah gontai, Vincent membuka lemari es yang kini sudah penuh dengan berbagai macam anggur dari berbagai merk dan tahun. Ini adalah minuman utamanya jika perutnya terasa kosong. Menurutnya selain menghilangkan lapar juga membuatnya melayang, melupakan segala keresahan di hatinya. Melupakan Bella yang tega meninggalkannya saat Ia berada di puncak mencintai gadis itu.