"Apa? Seratus juta yang baru saja ditolak?" Berita yang dibawa kembali oleh Hosea membuat Panji hampir berpikir bahwa dia salah dengar. Dia berdiri seperti banteng yang kesal dengan mata terbuka lebar. Hidungnya sedikit melebar. Urat biru di lehernya sangat jelas terlihat. Giginya menggigit bibirnya. "Kenapa?" Satu kata ini benar-benar keluar dari sela-sela gigi. Dia tidak membuka mulutnya.
"Dia bilang dia tidak punya waktu untuk menulis skrip akhir-akhir ini." Hosea tidak tahu mengapa Dirga menolak, jadi dia hanya menyampaikan kata-kata Dirga secara utuh.
Panji yang membenci jawaban ini, menahan amarahnya hingga giginya berderit. Dia akan meledak! Dia sangat marah, tapi justru tertawa. Dia bahkan mengangguk, seolah mengerti, lalu memasukkan cerutu di tangannya ke dalam gelas. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Hosea dengan mata tajamnya. "Kurasa kalian berdua tampak sangat akrab, bagaimana kamu bisa menjelaskan hal itu?"